| |
|
Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad ------------------------------------------------------------ (3/5) Bertentangan dengan di atas, komentar yang diberikan terhadap beberapa ayat Al-Quran, yang akan saya kutip di bawah ini, terutama mengandung pengertian-pengertian material. Kita di sini berada di dalam lingkungan transformasi-transformasi morfologis tulen yang terjadi dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu organisasi yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berturutan. Dengan demikian, kehendak Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib masyarakat manusia, ditampakkan dalam keseluruhan kekuatan dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa ini. Al-Quran, pertama kali, berbicara tentang suatu 'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan menguraikan suatu tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis manusia dilihat sebagai peristiwa-peristiwa yang berturutan. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami memberimu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS 7:11) Karenanya, adalah mungkin untuk membedakan tiga peristiwa berturutan yang dua di antaranya penting bagi studi kita: Tuhan menciptakan manusia dan kemudian memberinya suatu bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab). Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk manusia akan bersifat selaras (perujukan nomor 14): [Tulisan Arab] "Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat: Aku hendak membentuk seorang manusia dari lempung, dari lumpur yang diacu; bila Aku telah membentuknya secara selaras dan meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya." (QS 16 :28-29) Ungkapan 'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam surah 38 ayat 72. Ayat lain menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia didapat melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas struktur. Kata kerja rakkaba dalam bahasa Arab berarti 'membuat sesuatu dari komponen-komponen' (perujukan nomor 16): [Tulisan Arab] "(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu membentukmu secara selaras dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia membuatmu dari komponen-komponen." (QS 82 :73) Manusia diciptakan dalam bentuk apa pun yang Tuhan kehendaki. Ini adalah suatu hal yang amat penting. Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16): [Tulisan Arab] "Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia menurut rencana organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4) Kata bahasa Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu dengan cara terencana' yang, oleh karena itu, berarti suatu susunan kemajuan yang telah lebih dahulu didefinisikan secara cermat. Kebetulan sekali para spesialis evolusi, ketika menguraikan transformasi-transformasi yang terjadi sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula: perencanaan organisasional itu sudah benar-benar terbukti dari studi-studi saintifik mengenai masalah ini. Konteks surah 95, yang darinya ayat di atas diambil, adalah penciptaan manusia secara umum dengan merujuk kepada kenyataan bahwa begitu manusia telah diberi bentuk yang sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan, ia terbenam ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti jompo dalam usia tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut perkembangan embrionik melainkan hanya menguraikan penciptaan makhluk manusia secara umum. Dalam kerangka struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas merujuk kepada spesies manusia sebagai suatu keseluruhan. Penafsiran yang telah saya berikan atas ayat ini mencerminkan pentingnya konteks sebagai sarana untuk menyampaikan apa yang dirujuk oleh suatu kata tertentu (perujukan nomor 17): [Tulisan Arab] "Dia sesungguhnya telah membentukmu dalam tahap-tahap (tingkat-tingkat)." (QS 71:14) Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai 'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat', adalah athwar (kata tunggalnya thaur). Inilah satu-satunya ayat di dalam Al-Quran yang di dalamnya kata tersebut muncul dalam bentuk majemuknya. Tidak mungkinlah untuk mencari-cari di tempat lain di dalam teks tersebut kepastian mengenai apakah 'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk kepada manusia- berkenaan dengan perkembangan manusia di dalam rahim (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas terdahulu dan yang juga merupakan anggapan saya sendiri di dalam buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu menunjuk kepada transformasi-transformasi yang dialami oleh spesies manusia di sepanjang waktu. Ini adalah satu masalah yang patut direnungkan. Untuk memperoleh jawabannya, sudah pasti pertama sekali kita mesti membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di dalam Al-Quran. Demikianlah kita melihat bahwa surah 7l, yang darinya ayat di atas kita ambil, terutama berhubungan dengan tanda-tanda ke-Mahakuasaan dan Kekuasaan Tuhan sebagai Pencipta secara umum. Bagian di dalam Al-Quran yang mencakup ayat 14 (satu bagian yang merujuk pada khutbah Nuh kepada kaumnya) secara esensial tertanam di dalam rahmat Tuhan, kerahiman-Nya di dalam memberi manusia karunia-karunia-Nya dan ke-Mahakuasaan-Nya di dalam menciptakan manusia, langit, matahari, bulan, dan bumi. Berkenaan dengan masalah penciptaan, Al-Quran menyebut aspek spiritual penciptaan manusia dari tanah (perujukan nomor 1 di dalam ayat-ayat yang dikutip di atas). Sama sekali tak ada penunjukan, di dalam surah 71, kepada perkembangan bayi yang belum lahir, suatu persoalan yang oleh para pengulas terdahulu diduga sebagai ditunjukkan oleh kata 'tahap-tahap.' Meskipun kata tersebut tidak dipergunakan di tempat lain dalam teks tersebut, namun Al-Quran tak syak lagi menunjuk secara terinci pada banyak surat lain berkenaan dengan 'tahap-tahap' perkembangan embrionik ini (lihat bab selanjutnya). Meskipun demikian, tak ada perujukan di dalam surah ini. Meskipun demikian, kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa bagian dari Al-Quran yang kita perbincangkan di sini boleh jadi benar-benar menambahkan perkembangan ber-'tahap' embrio di dalam rahim kepada topik-topik lain yang disebutkan di atas: tak ada satu isyarat pun yang menunjukkan bahwa hal tersebut boleh diabaikan. Kenyataannya, perkembangan individu dan spesies-spesies yang memilikinya, berkesesuaian dengan faktor-faktor penentu itu juga sepanjang waktu; faktor-faktor tersebut merupakan gen-gen yang memainkan peran yang amat menentukan di dalam pengelompokan warisan keayahan atau keibuan di dalam tingkatan mula reproduksi. Apakah kita memilih menghubungkan fase-fase ini dengan perkembangan individual atau spesies-spesies itu, konsep yang diungkapkan tetap sepenuhnya selaras dengan data saintifik modern mengenai masalah ini. Kemudian ayat-ayat yang mendahului perujukan nomor 17 secara memadai menyatakan dengan jelas bahwa bentuk manusia mengalami transformasi-transformasi sedemikian sehingga sekalipun jika kita menghilangkan perujukan nomor 17 makna umumnya tidak akan terpengaruh. Dua ayat berikut ini menunjuk pada penggantian suatu masyarakat manusia oleh masyarakat manusia lainnya (perujukan nomor 18) [Tulisan Arab] "Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan mereka, dan apabila Kami kehendaki, maka Kami mengganti mereka sepenuhnya dengan orang-orang yang serupa dengan mereka." (QS 76:28) Amatlah mungkin bahwa 'penguatan' yang disebutkan di dalam ayat di atas menunjuk kepada susunan fisik manusia. (perujukan nomor 19): [Tulisan Arab] "Jika (Dia) menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan menggantimu dengan yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain." (QS 6:133) Kedua ayat di atas menekankan kesirnaan masyarakat-masyarakat manusia tertentu dan penggantiannya oleh masyarakat-masyarakat lainnya, sesuai dengan kehendak Tuhan, sepanjang waktu tertentu. Para pengulas terdahulu, terlebih-lebih, memandang ayat-ayat ini sebagai hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan atas masyarakat-masyarakat yang penuh dosa. Secara umum, aspek religiuslah yang terutama ditekankan. Meskipun demikian, di sana pun ada fakta material dan hal ini jelas diungkapkan dalam bentuk sirnanya berbagai masyarakat (yang ukurannya tidak disebutkan) dan penggantian pada kurun waktu tertentu dari suatu masyarakat-masyarakat tertentu oleh keturunan-keturunan bangsa-bangsa launnya. Oleh karena itu, kesimpulannya ialah bahwa kelompok-kelompok manusia yang telah maujud sepanjang waktu kiranya mempunyai morfologi yang beragam, tetapi modifikasi-modifikasi ini telah berlangsung sesuai dengan rencana organisasional yang ditetapkan oleh Tuhan; masyarakat musnah dan digantikan oleh kelompok-kelompok lainnya: inilah yang dengan berbagai ungkapan harus disampaikan oleh Al-Quran kepada kita. Adalah sia-sia untuk mencari kesenjangan-kesenjangan di antara Al-Quran dan data palentologi atau dengan informasi yang memungkinkan kita untuk membayangkan adanya suatu evolusi kreatif, karena tidak ada hal demikian. (bersambung 4/5) |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |