|
2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (3/6)
"Yang paling mulia di kalangan kamu dalam pandangan Tuhan
ialah yang paling takwa - yang dapat menjaga diri dari
kejahatan."
"Dan bekerjalah, nanti Tuhan akan melihat hasil pekerjaan
kamu, dan balasan diberikan hanya sesuai dengan apa yang
kamu lakukan."
Dan Kebenaran terbesar ialah bahwa Allah itu Benar, tiada
Tuhan selain Dia.
Maut, akhir dan permulaan hidup. Akhir hidup duniawi dan
permulaan hidup akhirat. Soal hidup duniawi yang kita
ketahui hanya sedikit sekali. Yang kita ketahui tentang
hidup hanya yang berhubungan dengan indera kita, dengan akal
kita yang membimbing kita, kemudian dengan jantung kita yang
membukakan rahasia hidup itu kepada kita. Sedang mengenai
hidup akhirat tak ada yang dapat kita ketahui selain apa
yang sudah diterangkan Tuhan kepada kita. Hukum-hukum alam
buat kita masih gelap. Ilmunya ada pada Tuhan. Apa yang
sudah diterangkan Tuhan dalam Kitab Suci mengenai hal ini
sudah memadai kiranya, bahwa itu adalah tempat pembalasan.
Kita menyiapkan diri kita dalam dunia ini dengan perbuatan
kita, dengan kehendak dan niat kita serta sikap kita sesudah
itu; kita bertawakal kepada Allah akan adanya balasan yang
adil itu. Sedang apa yang dibalik itu soalnya ada pada Tuhan
semata-mata.
Sudahkah agaknya mereka sependapat dengan Washington
Irving dari kalangan Orientalis dan diluar Orientalis dalam
melihat sampai berapa jauh kesalahan mereka dalam
menggambarkan jabariah Islam itu? Yang kita catat disini
hanyalah yang ada didalam Qur'an. Kita tidak ingin
menempatkan masalah ini dalam suatu perdebatan seperti
pendapat ahli-ahli ilmu kalam dari kalangan kaum sufi dan
yang lain, termasuk para filsuf dan golongan-golongan
tertentu dalam kalangan Muslimin. Yang jelas sekali
kesalahan Irving ialah dugaannya bahwa masalah qadza dan
qadar (takdir atau nasib) dan ketentuan umur diturunkan dan
disebutkan di dalam Qur'an sesudah Perang Uhud dan setelah
terbunuhnya Hamzah sebagai syahid utama. Pada hal ayat-ayat
yang sudah kita kutipkan itu ialah ayat-ayat yang turun di
Mekah sebelum hijrah dan sebelum peperangan-peperangan
dimulai. Irving dan yang semacamnya telah terjerumus ke
dalam kesalahan semacam itu sebab mereka tidak mau
menyulitkan diri dalam membahas persoalan yang begitu
penting dengan cara yang ilmiah dan cermat. Bahkan mereka
menggambarkan Islam menurut konsepsi yang sejalan dengan
kecenderungan mereka sendiri sebagai orang-orang Kristen,
lalu mereka mengarang-ngarang dalil menurut nafsu mereka
sendiri, dengan dugaan bahwa dalil mereka itu akan sudah
meyakinkan pembaca tanpa ada orang lain yang akan
membuktikan kesalahan mereka itu.
Kalau kalangan Orientalis dapat memahami
arti jabariah Islam seperti yang sudah kita gambarkan,
niscaya mereka dapat pula menghargai konsepsi filsafatnya
yang begitu tinggi, begitu dalam melukiskan hidup ini
sehingga dapat menampilkan teori-teori ilmu dan filsafat.
Dan ini telah dicapai oleh pikiran manusia dalam pelbagai
zaman dengan segala perkembangan dan kemajuannya. Pengertian
filsafat Islam ini ialah pengertian yang berimbang, yang
tidak mempersempit pengertian determinisma, dunia sebagai
kemauan dan pikiran (die Welt als Wille und Vorstellung) dan
evolusi kreatif.5 Bahkan semua mazhab itu, dalam susunannya
mengikuti jalannya hukum alam dan kehidupan. Kalau pun
disini tempatnya tidak cukup memadai untuk menjelaskan
gambaran ini, namun akan saya coba meringkaskannya dengan
seteliti dan sejelas mungkin. Saya kira orang yang sudah
membaca apa yang saya tulis akan sependapat, bahwa dari
semua yang pernah kita ketahui tentang teori-teori,
pengertian ini memang sangat tinggi, luas dan dalam sekali.
Pengertian ini kemudian hari akan membukakan jalan pada
pemikiran umat manusia yang lebih agung.
Sebelum saya menjelaskan ini secara ringkas, ada dua
masalah ingin saya catat dalam hal ini, hendaknya jangan
dilupakan pertama dengan ini saya tidak bermaksud hendak
menentang teori Kristen. Apa yang pernah diajarkan Isa, oleh
Islam juga diakui seperti sudah beberapa kali saya sebutkan
dalam buku ini. Hanya saja apa yang diajarkan Islam lebih
menyeluruh dan memahkotai semua kenabian dan kerasulan
sebelumnya. Kitab-kitab Injil telah juga menegaskan
kata-kata Yesus ini. "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku
datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk
menggenapinya." Begitu juga keimanan Muslimin kepada
Ibrahim, kepada Musa, kepada Isa dan nabi-nabi yang lain
sebelum itu, semua sama. Hanya saja kedatangan Islam
melengkapi apa yang telah diutus Tuhan kepada mereka itu,
mengoreksl kata-kata yang telah dibelokkan oleh
pengikut-pengikut mereka, dari arti yang sebenarnya. Kedua
mengenai filsafat Islam yang diambil dari Qur'an sudah
dikemukakan orang sebelum saya, meskipun tidak sama dengan
yang saya kemukakan sekerang ini. Hanya saja yang saya
tempuh dalam hal ini sesuai dengan garis tuntunan Qur'an dan
dengan cara yang sesuai dengan metoda ilmiah sekarang. Kalau
ini berhasil mencapai sasarannya, sudah tentu karena rahmat
dan karunia Tuhan juga. Kalau hasil itu belum juga saya
peroleh, maka doa yang paling besar saya panjatkan kepada
Tuhan ialah semoga mereka yang berpengetahuan dapat memberi
petunjuk kepada saya untuk mencapai sasaran itu.
Yang mula-mula ditentukan oleh Qur'an ialah bahwa Tuhan
sudah menentukan hukum tertentu dalam alam semesta ini, yang
tidak berubah-ubah dan bertukar-tukar. Sudah tentu alam itu
bukan hanya planet kita ini saja dengan segala isinya, Juga
bukan terbatas hanya pada apa yang tertangkap oleh
pancaindera kita saja yang terdiri dari planet-planet dan
tata surya, tetapi alam itu ialah segala yang diciptakan
Tuhan, yang dapat dan yang tidak dapat dirasakan -
sensibilia dan insensibilia, yang nyata dan yang gaib. Untuk
mengetahui hal ini benar-benar, cukup kalau kita bayangkan
bahwa pengetahuan yang ada pada kita memang sedikit sekali:
eter yang ada di sekitar kita dan sekitar tata surya yang
lain, listrik yang memenuhi eter dan memenuhi bumi kita,
jarak yang begitu jauh memisahkan kita dari matahari dan
planet-planet lain yang lebih jauh dari matahari, dan di
balik planet-planet itu yang jaraknya sampai ribuan tahun
cahaya lebih jauh dari matahari.6
Kemudian, dibalik semua itu yang tiada terbatas, yang
takkan dapat dijangkau oleh imajinasi kita, dan yang halnya
ada pada Tuhan ilmunya semua itu berjalan menurut hukum yang
sudah pasti tak berubah-ubah. Apa yang sudah kita ketahui
semua ini berdasarkan data ilmiah menurut istilah kita
sekarang - yang tidak mencampur adukkan fantasi dengan
fakta. Kemudian fakta itu disamping fantasi menjadi makin
kecil sampai sedemikian rupa, kemudian fakta itu masih
tinggal sejauh yang dapat kita ketahui, yang dapat kita ukur
menurut ukuran kita, dan apa yang kita peroleh dengan dasar
itu, itulah yang kita sebut hukum alam dan kehidupan. Kalau
kita mau melepaskan fantasi kita sebebas-bebasnya untuk
menggambarkan betapa kecilnya apa yang kita ketahui itu,
tentu contohnya akan banyak sekali di hadapan kita, sehingga
ruangan dalam buku ini pun akan terlalu sempit karenanya.
Kita ambil misalnya penghuni planet Mars. Mereka membangun
sebuah pemancar dengan kekuatan 100.000.000 kilowatt supaya
dengan demikian apa yang terjadi di tempat mereka
diperdengarkan dan diperlihatkan melalui pesawat televisi
kepada kita penghuni bumi ini. Sesudah itu, dapatkah kita
menahan pikiran kita? Sedang Mars bukanlah planet yang
terjauh jaraknya dari kita, juga bukan yang paling sulit
akan dapat kita hubungi.
Pengetahuan kita tentang alam ini yang hanya sedikit
sekali, segala yang ada dalam alam itu memberi pengaruh juga
kepada kehidupan bumi kita dengan segala isinya. Andaikata
satu saja dari planet-planet itu dengan ketentuan dari Tuhan
berbeda edarannya, tentu hukum alam itu akan jadi berubah,
dan berubah pula hidup kita yang pendek dan sedikit ini,
terpengaruh oleh keadaan di sekitar kita, oleh hal-hal yang
tiada penting sekalipun. Hidup itu terpengaruh dan tunduk
kepada kodrat alam karena peristiwa-peristiwa alam yang
besar-besar. Dalam menerima pengaruh itu kadang ia menjurus
kepada yang baik, kadang malah menyimpang. Baik dalam tujuan
yang menjurus ke arah yang baik atau yang menyimpang, dalam
kedua hal itu atas dasar yang mempengaruhinya tidak didorong
oleh faktor-faktor kehidupan saja melainkan juga oleh
kesediaannya dalam menerima pengaruh kehidupan itu serta
kekuatan yang timbal-balik saling mempengaruhi. Ada beberapa
faktor tertentu yang dapat memberi pengaruh besar dan
beranekarupa kedalam jiwa orang. Kemudian pengaruh-pengaruh
itu akan saling terdesak ke sudut. Salah satu diantaranya
akan jadi juru pemisah, akan jadi batas antara yang baik
dengan yang jahat. Yang selebihnya, yang satu akan menjurus
kepada yang baik, yang lain kepada yang jahat.
Adanya yang baik dan yang jahat dalam
kehidupan ini tidak lain ialah suatu akibat saja dari adanya
saling pengaruh antara faktor-faktor kehidupan dengan jiwa
manusia. Oleh karena itulah yang baik dan yang jahat itu
sudah merupakan sebagian dari gejala hukum yang sudah pasti
dalam alam ini. Adanya kedua sifat baik dan jahat ini sudah
pula merupakan suatu keharusan, seperti halnya dengan
negatif dan positif yang merupakan suatu keharusan adanya
listrik. Demikian juga adanya beberapa macam kuman sudah
merupakan keharusan hidup dalam tubuh manusia.
Tidak ada suatu kejahatan hanya untuk kejahatan saja atau
kebaikan hanya untuk kebaikan saja; tetapi itu tergantung
kepada maksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang
terjadi karenanya. Adakalanya terjadinya kejahatan dan
kebaikan itu karena keharusan yang mendesak sekali.
Alat-alat perusak yang digunakan dalam peperangan untuk
menghancurkan jutaan manusia, memusnakan karya-karya ciptaan
manusia yang sungguh agung dan indah, diwaktu damai besar
sekali artinya. Kalau tidak karena dinamit manusia takkan
mampu membelah terowongan dan memasang jalan kereta api
didalamnya, takkan mampu menemukan tambang-tambang yang
berisikan harta karun terdiri dari batu-batu dan logam yang
sangat berharga. Begitu juga gas beracun yang dilepaskan
orang yang sedang berperang kepada penduduk sipil dari
bangsa yang diperanginya dan yang dianggap sebagai suatu
cemar dan cacat besar kepada perikemanusiaan dan sebagai
suatu manifestasi kebiadaban dan kepengecutan yang tiada
taranya, dimasa damai gas ini besar sekali faedahnya; ia
dapat mengabdi kepada perikemanusiaan, menolong umat manusia
dari pelbagai penyakit menular yang cukup mengerikan. Gas
ini juga yang dapat menjernihkan air dari kuman-kuman
berbahaya, seperti gas chlorine misalnya. Dalam dunia
perkapalan ia berguna sekali karena sebagian dapat digunakan
membasmi hama tikus dan sebagian lagi dapat membahayakan
kehidupan para nelayan. Dahulu kala orang membayangkan,
bahwa ada jenis-jenis serangga, burung dan binatang-binatang
yang sama sekali tak ada gunanya. Tetapi kemudian setelah
diselidiki dan dipelajari betapa besar manfaat
serangga-serangga, burung-burung dan binatang-binatang itu
buat manusia. Negara pun telah pula membuat undang-undang
memberikan suaka dan melarang orang membunuh atau
memburunya, mengingat betapa menguntungkan makhluk-makhluk
itu untuk umat manusia. Mereka yang telah mempelajari
makhluk-makhluk ini melihat bahwa makhluk-makhluk ini ingin
damai, ingin sekali menyesuaikan diri dengan dunia
disekitarnya dalam batas-batas ia dapat mempertahankan
eksistensinya, supaya dapat pula ia mengimbangi adanya
kebaikan yang harus dipelihara. Binatang-binatang ini tidak
mengganggu, kecuali bila hendak membela diri, bila ada pihak
yang menyerangnya atau yang mengganggunya.
Juga perbuatan-perbuatan kita sebagai manusia tidak ada
kebaikan hanya untuk kebaikan saja atau kejahatan hanya
untuk kejahatan saja; tetapi yang ada, semua itu tergantung
kepada maksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang
terjadi karenanya. Bukankah pembunuhan itu suatu perbuatan
dosa yang dilarang? Sungguhpun begitu dalam melarang
pembunuhan Tuhan berfirman:
"Dan janganlah kamu membunuh yang oleh Tuhan sudah
dilarang, kecuali jika atas dasar kebenaran." Membunuh atas
dasar kebenaran tidak berdosa. "Dengan hukum qishash itu
berarti suatu kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang
yang mengerti ..."
Algojo yang membunuh seorang penjahat yang telah dijatuhi
hukuman mati, orang yang membunuh karena membela diri,
prajurit yang membunuh karena membela tanah air, orang
beriman yang membunuh supaya jangan digoda orang dan
keyakinan agamanya - mereka semua tidak melakukan perbuatan
dosa, tidak melakukan pelanggaran. Tidak lebih mereka hanya
menyampaikan tugas yang telah diwajibkan Tuhan kepada
mereka, dan balasan untuk mereka pun sebagai orang-orang
yang telah berbuat kebaikan.
Apa yang berlaku terhadap pembunuhan itu, berlaku juga
terhadap yang lain, terhadap perbuatan-perbuatan yang silih
berganti antara yang baik dengan yang jahat. Sarjana yang
telah menemukan alat-alat perusak untuk kepentingan
pertahanan tanah air, atau alat-alat perusak yang dapat
memberi manfaat kepada dunia di masa damai, orang yang
membuat senjata, setiap pekerja, setiap orang di muka bumi
ini, apakah ia bekerja untuk melakukan pekerjaan baik atau
melakukan pelanggaran, tergantung kepada sasaran yang
menjadi tujuannya serta akibat yang terjadi karena
perbuatannya itu.
Ini adalah iradat dan undang-undang Tuhan
dalam alam. Oleh karena dalam menangkap hukum ini manusia
yang diciptakan Tuhan itu kesanggupannya bertingkat-tingkat
satu dengan yang lain, maka ada orang yang hanya memusatkan
seluruh kegiatannya pada "titik" tempat ia dilahirkan, serta
berusaha mengembangkan dan memeliharanya, ada pula yang
bakatnya dalam kerajinan, sedang yang lain punya bakat dalam
bidang usaha lain - dalam bidang kesenian, tehnik, ilmu
pengetahuan misalnya, yang tidak begitu mudah bagi mereka
akan dapat menangkap arti hukum itu. Oleh karena mengenal
hukum alam itu merupakan dasar bagi manusia supaya ia dapat
mencapai tujuan hidupnya, maka ada pula diantara mereka yang
telah diberi bakat kenabian. Yang lain diberi kesanggupan
untuk menjelaskan ajaran itu kepada kita, mana yang baik dan
mana pula yang jahat. Yang lain lagi mendapat karunia berupa
ilmu dan pikiran yang akan membuat mereka menjadi pewaris
para nabi, maka dituntunnya kita kepada apa yang harus kita
lakukan dan apa- pula yang harus kita hindarkan. Juga kita
dilengkapi dengan tenaga pikiran dan perasaan, supaya kita
dapat menangkap ajaran yang diberikan kepada kita. Dengan
itu kita dapat melatih diri supaya kita dapat mencapai
tujuan kita dalam hidup ini sebaik-baiknya, supaya kita
dapat mengajak orang berbuat baik dan mencegah melakukan
kejahatan.
Sungguhpun begitu, apabila ada orang-orang yang
terjerumus dalam hal ini sampai mereka itu melakukan
pelanggaran - lalu untuk menjaga eksistensinya masyarakat
menjatuhkan hukuman kepada mereka dengan maksud supaya
pelanggaran mereka tidak sampai merugikan masyarakat - maka
adanya hukuman ini tidak berarti suatu jalan buntu untuk
mereka bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Barangsiapa
melakukan perbuatan dosa karena tidak tahu kemudian ia
menyadari dan, mau mengubah keadaan dirinya, mau kembali
kepada Tuhan sebagai orang yang patuh, Tuhan akan mengampuni
dosanya yang telah lampau. Dengan demikian orang yang telah
bersalah dan berbuat dosa akan mengambil pelajaran dari
peristiwa sejarah itu dan akan membersihkan hatinya. Ia akan
kembali ke jalan yang benar dengan penuh taubat, dan Allah
pun akan menerima taubatnya, sebab Dia Maha Pengasih dan
Pengampun.
Gambaran kehidupan demikian ini dapat
mempertemukan beberapa aliran filsafat yang bermacam-macam,
yang tadinya diduga tidak akan dapat dipertemukan. Jelas
sekali bahwa eksistensi ini suatu kemauan. "Sesungguhnya
perintah Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya
Kami hanya mengatakan kepadanya 'Jadilah!' maka ia pun
jadi." Alam dapat memantulkan apa yang dapat ditangkap oleh
daya rasa dan apa yang tidak. Alam sudah mempunyai
hukum-hukum tertentu, yang dalam batas-batas ilmu kita yang
nyata ini kita dapat mengetahui apa yang akan dicapai oleh
pikiran kita. Makin bertambah kita berusaha akan makin
bertambah pula penemuan kita tentang alam. Yang menjadi
dasar hukum alam ialah kebaikan. Akan tetapi kejahatan
selalu hendak melawannya dan kadang sampai hampir
mengalahkannya. Perlawanan kebaikan terhadap kejahatan,
itulah yang disebut evolusi kreatif yang telah membawa
kemajuan yang luar-biasa kepada alam dan umat manusia,
sehingga dengan langkah itu ia telah mencapai
kesempurnaannya seperti sekarang ini.
Kita sudah melihat, bahwa gambaran ini mengandung suatu
konsepsi dengan tujuan hidup yang lebih sempurna dengan
lukisan yang begitu baik yang pernah dikenal oleh pemikiran
filsafat. Disamping apa yang sudah kita sebutkan, hal ini
menunjukkan penggambaran Qur'an mengenai evolusi rohani
dalam kehidupan sejak Tuhan menciptakan bumi dengan segala
isinya. "Tuhan telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
hari, kemudian Dia pun berkuasa diatas Singgasana." Adakah
enam hari ini sama dengan hari-hari kita di bumi ataukah
hari-hari seperti dalam firman Tuhan:
"Satu hari menurut Tuhanmu sama dengan seribu tahun
menurut perhitungan kamu." (Qur'an, 22: 47)
|