|
2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (4/6)
Tetapi bukanlah disini tempatnya kita mengadakan
pembahasan. Kalau pun kita menjumpai adanya teori evolusi,
dan yang sudah menjadi salah satu pula undang-undang Tuhan
dalam alam, namun pembicaraan dalam hal ini masih akan luas
sekali. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa lalu berkata kepada
para malaikat supaya bersujud kepada Adam. Selain Iblis
mereka pun bersujud, Iblis masih tetap menolak meskipun
Tuhan telah mengajarkan semua nama-nama kepada Adam, seperti
dalam firman Allah:
"Hai Adam! Tinggallah engkau dengan isterimu di dalam
surga! Dan makanlah mana yang kamu sukai, tetapi pohon ini
jangan kamu dekati, sebab nanti kamu akan menjadi orang yang
salah karenanya. Lalu datang setan membisikkan pikiran jahat
kepada mereka, supaya aurat mereka yang tertutup dibuka. Dan
setan pun berkata: 'Tuhan melarang mendekati pohon ini hanya
supaya kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi
orang-orang yang kekal.' Dan dia bersumpah kepada mereka:
'Sungguh aku ini penasehat kamu.' Lalu dengan tipu daya itu
setan pun dapat menjatuhkan mereka berdua; setelah keduanya
merasakan buah pohon itu, tampaklah bagi mereka berdua itu
aurat mereka, lalu mereka pun menutupi diri dengan daun
pohon surga. Oleh Tuhan kedua mereka dipanggilNya: 'Bukankah
Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan sudah
Kukatakan kepadamu bahwa setan itu musuh yang jelas sekali
buat kamu.' Keduanya mengatakan: 'Wahai Tuhan kami. Kami
telah menganiaya diri kami sendiri. Kalau tidak karena
pengampunan dan rahmat yang akan Engkau limpahkan kepada
kami, niscaya kami akan menjadi orang yang rugi.' Tuhan
berkata: 'Turunlah kamu. Kamu akan saling bermusuhan. Kamu
akan tinggal dan hidup di dunia sampai pada waktu tertentu!'
Tuhan berkata: 'Di tempat itu kamu hidup, di sana kamu akan
mati dan dari sana pula kamu akan dibangkitkan kembali.
Wahai anak Adam! Kepadamu Kami telah menurunkan pakaian
penutup auratmu, dan pakaian perhiasan. Akan tetapi pakaian
takwa itu lebih baik. Itulah tanda-tanda kebesaran Tuhan,
supaya kamu ingat. Wahai anak Adam! Jangan sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh setan seperti yang dilakukannya dalam
mengeluarkan ibu bapamu dari surga. Ia menanggalkan pakaian
mereka berdua untuk saling memperlihatkan aurat; ia dan
pengikut-pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu arah yang
tak dapat kamu lihat mereka. Kami telah menjadikan setan itu
pemuka-pemuka mereka yang tiada beriman." (Qur'an, 7:
19-27)
Adam dan Hawa turun dari surga, sebahagian keturunannya
satu sama lain akan saling bermusuhan. Mereka turun dengan
kekuatan yang diberikan Tuhan untuk memperjuangkan hidup,
dan demikian seterusnya generasi demi generasi.
Gejala pertama kehidupan manusia di dunia
ini ialah kekerasan dan fanatisma, seperti dalam firman
Allah:
"Ceritakanlah kepada mereka dengan sebenarnya kisah kedua
putera Adam itu ketika keduanya mempersembahkan kurban. Dari
yang seorang diterima, dari yang lain tidak. Yang seorang
berkata: 'Akan kubunuh engkau.' Yang lain menjawab: 'Tuhan
hanya menerimanya dari orang-orang yang bertakwa. Kalau
engkau menggerakkan tangan hendak membunuhku, aku tidak akan
menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sungguh aku takut
kepada Allah, Tuhan semesta alam. Akan kubiarkan engkau
memikul dosaku dan dosamu sendiri, supaya engkau menjadi isi
neraka. Dan itulah balasan orang-orang yang melakukan
kejahatan.' Kemudian kehendak nafsunya akan membunuh
saudaranya itu diturutinya, maka dibunuhnyalah ia. Dia sudah
menjadi orang yang rugi. Kemudian Tuhan pun mengirim seekor
burung gagak menggali tanah dengan memperlihatkan kepadanya
bagaimana caranya ia menguburkan mayat saudaranya itu.
Katanya: 'Aduhai! Kenapa aku tidak seperti burung gagak ini,
aku menguburkan mayat saudaraku.' Itu sebabnya, ia menjadi
orang menyesal sekali. Oleh karena itulah, Kami telah
menetapkan kepada anak-anak Israil, bahwa barangsiapa
membunuh seorang manusia bukan karena suatu pembunuhan atau
karena melakukan keonaran di muka bumi ini, maka orang itu
seolah membunuh semua manusia. Dan barangsiapa dapat
memelihara hidup seorang manusia, maka seolah ia telah
menghidupkan semua manusia. Rasul-rasul Kami kepada mereka
pun sudah datang, sudah memberikan keterangan-keterangan
yang jelas. Tetapi sesudah itu masih banyak juga di kalangan
mereka orang-orang yang melampaui batas melakukan kejahatan
di muka bumi ini." (Qur'an, 5: 27 - 32)
Pembunuhan seorang saudara atas saudaranya jelas sekali
karena dendam, dengki, perangai yang kasar dan keras hati
Tetapi saudaranya itu orang yang bertakwa, yang takut kepada
Tuhan ketika dikatakan oleh saudaranya: aku akan membunuhmu
- ia, tidak mau meminta pengampunan Tuhan, bahkan katanya:
Akan kubiarkan engkau memikul dosaku dan dosamu sendiri
supaya engkau menjadi isi neraka. Ini adalah suatu dominasi
kodrat manusia serta logika hukum terhadap kebesaran jiwa
dan maaf yang sungguh indah. Anak cucu Adam pun berkembang
biak di bumi ini. Lalu Tuhan mengutus para nabi kepada
mereka dengan memberikan berita gembira di samping
peringatan. Tetapi mereka tetap bersikeras, masih dalam
kesesatan. Kehidupan rohani mereka jadi beku, hati mereka
kaku tertutup. Tuhan mengutus Nuh dengan mengajak
golongannya sendiri, supaya hanya Tuhanlah Yang disembah
sebab "aku kuatir kamu akan mendapat siksaan Tuhan." Ia pun
didustakan oleh masyarakat itu dan hanya sedikit saja yang
mau percaya. Sesudah itu berturut-turut datang pula
nabi-nabi yang lain sesudah Nuh, datang pula ajaran-ajaran
yang menyerukan agar jangan orang mempersekutukan Tuhan.
Akan tetapi sikap manusia itu lebih berkuasa, pikiran mereka
tetap beku belum dapat memahami. Beberapa macam manifestasi
alam ini dijadikannya Tuhan. Setiap ada seorang rasul yang
diutus Tuhan, ada yang mendustakannya, ada pula yang
membunuhnya. Akan tetapi kekakuan mereka itu berangsur
kendor. Dengan datangnya ajaran-ajaran Tuhan secara
berturut-turut itu sudah merupakan bibit yang baik juga
meskipun lamban sekali tumbuhnya. Sungguhpun begitu namun
ada juga meninggalkan bekas. Pernahkah ajaran kebenaran itu
pada suatu waktu menjadi hilang! Kalau pun orang sudah
terdorong oleh rasa congkak dan tinggi hati terhadap ajaran
itu dan dalam beberapa hal mereka memperolok pembawanya,
namun bila mereka sudah kembali seorang diri, mereka kembali
bertanya-tanya tentang Kebenaran yang ada dalam ajaran itu.
Hanya saja mereka yang dapat memahami kebenaran yang
terkandung didalamnya tidak banyak jumlahnya.
Pada masa Firaun di Mesir para pendetanya percaya akan
keesaan Tuhan. Tetapi mereka mengajar orang sebaliknya
dengan bermacam-macam Tuhan. Tidak lain mereka melakukan itu
karena ingin mempertahankan kekuasaan terhadap orang lain
dan mempertahankan kedudukan mereka. Malah sengaja mereka
memerangi Musa dan Harun ketika keduanya datang kepada
Firaun, mengajaknya menyembah Tuhan, dan dimintanya
Anak-anak Israil itu dilepaskan pergi bersama mereka.
Oleh Qur'an juga diceritakan berita
tentang para nabi, yang silih berganti selama beberapa
generasi di kalangan umat manusia. Tetapi umat itu tetap
dalam kesesatan; hanya sedikit saja yang mendapat petunjuk
Tuhan dalam mengenal kebenaran itu. Dalam kisah-kisah para
nabi ada suatu gejala yang perlu sekali direnungkan. Untuk
jelasnya, baik juga kalau kita kembali ke masa Musa dan Isa
serta kepada tuntunan Muhammad 'alaihissalam kemudian.
Gejala ini ialah adanya pemisahan atau yang semacarn itu
pada mulanya, antara rasio dan logikanya dengan iman
kepercayaan yang didasarkan kepada mukjizat dan hal-hal yang
tak masuk akal. Para nabi itu oleh Tuhan telah diperkuat
dengan mujizat untuk masyarakatnya, supaya mereka percaya.
Sungguh pun demikian cuma sedikit mereka itu yang mau
percaya. Logika dan cara berpikir mereka belum cukup untuk
dapat memahami, bahwa Tuhan menciptakan segalanya, bahwa Ia
Maha Kuasa. Setelah dengan ketentuan Tuhan Musa disuruh
keluar meninggalkan Mesir, sebelum kerasulannya itu ia pergi
dari sana dengan membawa perasaan takut. Ketika sampai pada
sebuah mata air di Madyan, ia kawin dengan seorang wanita
penduduk kota itu. Setelah Tuhan memberi ijin ia kembali,
... terdengar ada suara memanggilnya dari balik lembah
sebelah kanan, pada tempat yang telah diberi berkah dari
batang pohon itu:
"Hai Musa! Aku ini Allah, Tuhan semesta alam.
Lemparkanlah tongkatmu!, Setelah dilihatnya tongkat itu
bergerak-gerak seperti ular, ia lari ke belakang tidak
menoleh lagi. 'Hai Musa! Kembalilah, jangan takut! Engkau
sudah mendapat lindungan keamanan. Masukkanlah tanganmu
kedalam saku bajumu, niscaya akan keluar dalam keadaan putih
tanpa cacat dan dekapkan tanganmu ke badanmu jika engkau
merasa takut.' Inilah dua mujizat dari Tuhan ditujukan
kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya; sebab mereka itu
orang-orang yang jahat." (Qur'an, 28: 30 - 32)
Sungguhpun begitu tukang-tukang sihir Firaun itu tidak
juga percaya kepada ajakan Musa. Ketika kemudian apa yang
mereka kerjakan itu disergap oleh tongkat Musa, ketika
itulah tukang-tukang sihir itu menyerah sujud, lalu mereka
berkata: Kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa.
Sungguhpun demikian orang-orang Israil masih juga dalam
keadaan sesat, sampai-sampai mereka berkata kepada Musa:
"Perlihatkan Allah itu terang-terang kepada kami." Setelah
Musa wafat, kembali mereka menyembah anak sapi. Kemudian
sesudah Musa, datang lagi nabi-nabi yang lain kepada mereka,
diajaknya mereka menyembah Allah. Tetapi nabi-nabi itu malah
dibunuh dengan sewenangwenang. Setelah kemudian mereka
kembali teringat kepada Tuhan, mereka menanti-nantikan
kedatangan seorang nabi lagi yang akan dapat mengembalikan
kerajaan mereka dengan memerintah dunia untuk
selama-lamanya.
Peristiwa ini berlangsung dalam sejarah belum begitu lama
dari kita. Tidak lebih dari 25 abad yang lalu. Dalam pada
itu jelas sekali ini membuktikan adanya dominasi perasaan
diatas pengertian rohani. Sesudah lampau lima-enam abad
kemudian datang pula Isa mengajak masyarakatnya itu
menyembah Tuhan, diperkuat dengan Ruh Kudus dari Tuhan. Oleh
karena Isa orang Yahudi, ketika begitu pertama kali berita
tentang dia itu sampai kepada pihak Yahudi mereka menduga
bahwa dia inilah nabi yang mereka nanti-nantikan (Messiah)
untuk mengembalikan kerajaan yang hilang itu ke Tanah atau
Negeri yang Dijanjikan. Mereka rindu sekali akan kerajaan
semacam ini setelah begitu lama mereka berada dibawah
kekuasaan dan kekejaman pihak Rumawi. Akan tetapi mereka
masih menunggu, ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya
tentang diri Isa. Adakah ia bicara kepada mereka dengan
bahasa rasio semata-mata? Tidak, malah jalan mujizat itulah
yang ditempuhnya untuk meyakinkan mereka.
Kalau pun sumber Kristen itu benar. bahwa ia telah
mengubah air menjadi minuman anggur dalam suatu pesta
perkawinan di Kana, Galilea, itulah yang mula-mula menarik
perhatian orang. Sesudah itu lalu mujizat roti dan ikan,
mujizat-mujizat menyembuhkan orang-orang sakit dan
menghidupkan orang-orang mati. Itulah yang membuat dia tidak
ragu-ragu lagi mengajar orang melalui jalan hati dan
perasaan tanpa memberikan tempat yang terutama kepada rasio
dan logika dalam ajaran-ajarannya itu. Tetapi bidang ini
memang diberikan lebih luas daripada yang pernah diberikan
oleh rasul-rasul sebelumnya. Dalam ajaran-ajarannya itu
dorongan perasaan kepada kasih-sayang, pengampunan dosa dan
cinta-kasih bercampur-baur dengan ajaran rasionil yang tidak
dilandasi oleh dalil logika tentang Kerajaan Tuhan. Apabila
ada rasa syak yang menyusup ke dalam hati orang mengenai
ajaran rasionil ini maka Tuhan segera memberikan mujizat
baru yang akan membuat orang lebih dapat menerima dan
percaya kepada Almasih. Dengan mujizat-mujizat yang telah
dapat menyembuhkan penyakit kusta, orang buta dan
menghidupkan orang mati, sudah begitu jauh membuat
pengikut-pengikutnya percaya, sehingga sebagian ada yang
mengira dia adalah Tuhan yang menjelma di atas bumi untuk
menebus dosa umat manusia. Ini bukti yang jelas sekali bahwa
kemampuan rasio sampai pada waktu itu belum begitu matang,
yang akan membuat orang dengan itu saja sudah dapat memahami
hakekat tertinggi tentang arti Al-Khalik dan bahwa Dia Maha
Esa, Tempat segalanya bergantung, tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan, dan tiada suatu apa pun yang
menyerupaiNya.
Pada zaman Musa dan Isa itu keadaan ilmu, filsafat dan
perundang-undangan di Mesir zaman Firaun sudah pindah ke
Yunani dan Rumawi, dan dengan segala pengaruhnya sudah dapat
menguasai cara berpikir bangsa-bangsa itu terutama dalam
bidang filsafat dan peradaban Yunani. Kesadaran berpikir
logis sudah mulai menggugah orang bahwa hal-hal yang tak
masuk akal dengan sendirinya secara logis tak dapat
dijadikan pegangan. Karena pengaruh itu pula filsafat Yunani
yang bertetangga dengan agama Kristen di Mesir, Palestina
dan Syam telah dapat menimbulkan bermacam-macam mazhab
Kristen - seperti sudah kita sebutkan dalam buku ini. Dalam
undang-undang Tuhan sudah menentukan bahwa akal pikiran
adalah mahkota hidup umat manusia, dengan syarat bahwa
pikiran demikian itu jangan sampai kering tanpa perasaan dan
jiwa. Bahkan hendaknya ia dapat menjadi pikiran yang
berimbang, dapat mengimbangi akal, perasaan dan jiwa,
sehingga dapat ia memahami rahasia-rahasia alam ini sejauh
mungkin. Demikian juga Tuhan telah menentukan pula
kedatangan seorang nabi yang akan membawa Islam ke dalam
alam ini dengan mengajarkan kebenaran menurut hukum logika,
dilandasi oleh perasaan dan jiwa, dan yang akan menjadi
mujizat logika ini ialah Kitab Suci Qur'an yang telah
diwahyukan oleh Allah kepada Nabi. Dengan demikian Tuhan
telah menyempurnakan agama ini dan memberikan nikmat
secukupnya kepada umat manusia. Ia telah menjadi mahkota dan
penutup semua ajaran Ilahi
Tetapi semua itu terjadi baru setelah adanya perjuangan
yang begitu berat terus-menerus, yang juga pernah dilakukan
oleh para nabi dan para rasul, yang membawa umat manusia
kedalam evolusi rohani sehingga akhirnya ajaran Islam dapat
mencapai kemurnian tauhid serta keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Tunggal.
Untuk melengkapi akidah ini maka keimanan itu harus
meliputi beberapa kewajiban seperti yang sudah kita sebutkan
pada pembahasan pertama dalam penutup buku ini. Supaya orang
yang beriman dapat mencapai puncak akidahnya maka ia harus
sungguh-sungguh dapat memahami hukum Tuhan dalam alam ini
dengan cara terus-menerus sampai pada waktu Tuhan
menciptakan bumi dengan segala isinya ini. Dan inilah yang
sudah dimulai oleh orang-orang Islam pada permulaan
sejarahnya dan pada zaman berikutnya, hingga tiba masanya
zaman itu beredar lagi.
Alasan-alasan yang saya kemukakan ini dengan sendirinya
sudah membantah apa yang ditafsirkan oleh
orientalis-orientalis tentang jabariah Islam serta tafsiran
mereka tentang takdir, nasib dan umur seperti yang terdapat
dalam Qur'an. Dengan tidak usah diragukan lagi argumen ini
sudah dapat memperkuat, bahwa Islam agama usaha, agama
perjuangan dalam pelbagai lapangan hidup, rohani dan ilmu,
agama dan dunia. Dalam hukum alam ini Tuhan sudah menentukan
bahwa manusia mendapat ganjaran sesuai dengan perbuatannya,
dan bahwa Tuhan takkan merugikan siapa pun, tapi manusia itu
sendirilah yang merugikan dirinya. Mereka merugikan diri
sendiri bilamana mereka menduga bahwa mereka sudah mendapat
kasih Tuhan hanya dengan berpeluk lutut dan menyerah begitu
saja atas nama tawakal kepada Allah.
Kendatipun argumen-argumen ini sudah
cukup kuat sesuai dengan maksud yang saya kemukakan itu,
namun saya tak dapat mengabaikan argumen terakhir yang saya
pandang sangat tepat dan kuat sekali, yakni argumen yang
dapat diambil dari firman Tuhan:
"Harta dan anak-anak keturunan adalah hiasan kehidupan
dunia, tetapi perbuatan baik yang kekal lebih baik pahalanya
dalam pandangan Tuhan serta harapan yang lebih baik
pula." (Qur'an, 18: 46)
|