Kebebasan Wanita

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

H. KAUM WANITA MENGHADIRI PERTEMUAN UMUM DI MASJID

Fathimah binti Qais, dia berkata: "Muadzin mengumandangkan seruan ash-shalatu jami'ah (kalimat ini disamping untuk memanggil orang untuk shalat, juga digunakan untuk memanggil orang-orang supaya berkumpul). Aku pun ikut berangkat bersama orang-orang lain. Ketika itu aku berada pada barisan terdepan dari kaum wanita, yaitu persis setelah barisan terakhir dari kaum laki-laki." (HR Muslim)192

1. Ummu Kaltsum binti Abu Mu'ith Berhijrah untuk Menyelamatkan Agama

Marwan dan Miswar bin Makhramah, dari sahabat-sahabat Rasulullah saw., mengatakan bahwa wanita-wanita mukminat yang berhijrah ke Madinah sudah tiba dan Ummu Kaltsum binti Uqbah bin Abu Mu'ith adalah di antara mereka bergabung bersama Rasulullah saw. Ketika itu Ummu Kaltsum masih muda belia. Lalu datang keluarganya meminta kepada Nabi saw. supaya beliau mengembalikan Ummu Kaltsum kepada mereka. Akan tetapi, permohonan mereka itu ditolak oleh Rasulullah saw." (HR Bukhari)193

2. Ummu Haram Memohon Mati Syahid Bersama Pasukan Marinir

Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw. setiap pergi ke Quba' selalu mampir di rumah Ummu Haram binti Milhan. Ummu Haram pun menjamu Rasulullah saw. Ketika itu dia adalah istri Ubadah bin Shamit. Pada suatu hari Rasulullah saw. mampir ke rumah Ummu Haram dan menjamu beliau. Beliau tidur di sana. Kemudian ketika bangun, beliau tersenyum. Ummu Haram berkata: 'Apa yang membuatmu tersenyum, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Beberapa orang dan umatku diperlihatkan kepadaku sedang berperang di jalan Allah. Mereka mengarungi lautan ini bagaikan raja-raja di atas singgasananya ...' Ummu Haram berkata: '(Ya Rasulullah), doakanlah kepada Allah supaya Allah menjadikan aku di antara mereka.' Lalu beliau mendoakannya. Kemudian beliau menyandarkan kepalanya, dan tertidur kembali. Ketika bangun beliau kembali tersenyum. Ummu Haram bertanya: 'Apa yang membuatmu tersenyum, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Beberapa orang dari umatku diperlihatk-an kepadaku sedang berperang di jalan Allah.' --Menurut satu riwayat194: 'Pasukan pertama dari umatku yang menggempur kota Kaisar, semoga Allah mengampuni mereka.'-- Aku berkata: '(Ya Rasulullah), doakanlah kepada Allah supaya Dia jadikan aku di antara mereka.' Nabi saw. menjawab: 'Kamu termasuk di antara para pendahulunya.' Kemudian Ummu Haram mengarungi lautan pada masa Mu'awiyah berkuasa. Ketika mendarat dari laut dia terjatuh dari tunggangannya sehingga dia meninggal dunia." (HR Bukhari dan Muslim)195

3. Ummu Hani Melindungi Prajurit dan Mengadukan Pencegahan oleh Saudara Laki-lakinya

Ummu Hani binti Abu Thalib berkata: "Aku pergi menemui Rasulullah saw. pada tahun penaklukan kota Mekah, lalu aku mengucapkan salam kepada beliau .... Beliau menjawab: 'Selamat datang Ummu Hani.' Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, saudaraku Ali (bin Abu Thalib) mengaku bahwa dia sedang memburu (memerangi) laki-laki yang telah aku lindungi keselamatannya, yaitu fulan bin Hubairah.' Rasulullah saw. menjawab: 'Akulah yang akan melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani."' (HR Bukhari dan Muslim)196

4. Hindun binti Utbah Mengucapkan Selamat kepada Rasulullah saw. Setelah Dia Masuk Islam

Aisyah berkata: "Hindun binti Utbah datang, lalu dia berkata: 'Wahai Rasulullah, dahulu tidak ada di permukaan bumi ini penghuni tenda (rumah) yang sangat aku harapkan supaya dia hina melebihi penghuni tendamu. Tetapi saat ini malah tidak ada di permukaan bumi ini penghuni tenda yang sangat aku dambakan supaya dia mulia melebihi penghuni tendamu.' Nabi saw. menjawab: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya semoga kamu begitu pula ...'" (HR Bukhari dan Muslim)197

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hadits tersebut menunjukkan betapa sempurnanya akal Hindun dan betapa hebatnya dia bertutur kata."198

5. Ummu Aiman Gelisah dan Sedih karena Putusnya Wahyu dengan Wafatnya Nabi saw.

Anas berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar sesudah wafatnya Rasulullah saw.: 'Ayo kita berangkat ke rumah Ummu Aiman untuk menziarahinya sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw. dahulu.' Sesampainya kami di sana, dia menangis. Keduanya berkata kepada Ummu Aiman: 'Apa yang membuatmu menangis? Apa yang ada di sisi Allah lebih baik untuk Rasul-Nya.' Ummu Aiman menjawab: 'Aku menangis bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasul-Nya. Yang membuatku menangis ialah bahwa wahyu kini sudah terputus dari langit.' Jawaban Ummu Aiman itu mengguncang batin Abu Bakar dan Umar sehingga keduanya ikut pula menangis bersama Ummu Aiman." (HR Muslim)199

6. Zainab binti al-Muhajir Berdialog dengan Abu Bakar

Qais bin Abi Hazim berkata: "Abu Bakar bertemu dengan seorang wanita dari Kabilah Ahmas, namanya Zainab binti al-Muhajir. Abu Bakar melihat wanita itu tidak mau berbicara, lalu Abu Bakar bertanya: 'Mengapa dia tidak mau berbicara?' Mereka menjawab: 'Dia bernazar melakukan haji secara membisu.' Abu Bakar berkata kepada wanita itu: 'Berbicaralah! Perbuatanmu seperti ini tidak boleh, itu adalah perbuatan jahiliah.' Lalu wanita itu berbicara dengan bertanya: 'Siapa engkau?' Abu Bakar menjawab: 'Salah seorang dari kaum Muhajirin.' Wanita itu bertanya: 'Orang Muhajirin yang mana?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Kabilah Quraisy.'Wanita itu terus bertanya: 'Dari Kabilah Quraisy yang mana kamu?' Abu Bakar menjawab: 'Kamu ini banyak tanya. Aku adalah Abu Bakar.' Wanita itu terus bertanya: 'Apa yang bisa membuat kami tetap pada perkara/jalan yang benar yang didatangkan oleh Allah sesudah zaman jahiliah ini?' Abu Bakar menjawab: 'Yang bisa membuat kalian tetap padanya ialah selagi para pemimpin kalian (konsisten pada jalan yang benar) bersama kalian.' Wanita itu masih bertanya: 'Siapakah yang dikatakan para pemimpin itu?' Abu Bakar menjawab: 'Bukankah kaummu memiliki para pembesar dan tokoh yang apabila mereka memerintahkan sesuatu, lalu kaumnya menaatinya?' Wanita itu menjawab: 'Ya, benar.' Abu Bakar berkata: 'Mereka itulah pemimpin bagi semua orang."' (HR Bukhari)200

7. Hafshah binti Umar Menyadarkan Abdullah bin Umar

Nafi berkata: "Ibnu Umar bertemu dengan Ibnu Sha'id di suatu jalan di Madinah, kemudian Ibnu Umar mengeluarkan satu kata yang membuat Ibnu Sha'id marah sejadi-jadinya. Kemudian Ibnu Umar pergi ke rumah Hafshah yang telah mendengar kejadian itu. Hafshah berkata kepada Ibnu Umar: 'Semoga Allah memberimu rahmat. Apa yang kamu kehendaki dari Ibnu Sha'id? Bukankah kamu tahu bahwa Rasulullah saw. pernah berkata: 'Dia hanya keluar untuk melepaskan marah yang melandanya?'" (HR Muslim)201

8. Ummu Ya'qub Berdialog dengan Abdullah bin Mas'ud

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Allah melaknati para wanita pembuat tato dan para wanita yang minta dibuatkan tato, para wanita yang mencabuti alis mata, para wanita yang menggerinda giginya untuk tujuan kecantikan, serta wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah." Ucapan Abdullah bin Ma'sud itu sampai ke telinga seorang wanita dari Bani Asad, namanya Ummu Ya'qub. (Ketika itu dia sedang membaca Al-Qur'an)202 Lalu dia datang menemui Abdullah bin Mas'ud dan berkata: "Telah sampai kepadaku berita bahwa kamu melaknati yang begini dan yang begini." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Mengapa aku tidak boleh melaknati orang yang dilaknati Rasulullah saw. dan orang yang terdapat sebutannya dalam Kitabullah?" Ummu Ya'qub berkata: "Sungguh aku telah membaca Kitabullah dari awal sampai ujungnya, namun aku tidak menemukan apa yang kamu katakan itu." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Seandainya kamu membaca Kitabullah dengan baik, pasti kamu sudah menemukannya. Tidakkah kamu pernah membaca: 'Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah?"' Ummu Ya'qub berkata: "Ya, aku sudah membacanya." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang perbuatan tersebut." Ummu Ya'qub berkata: "Tetapi aku melihat keluargamu melakukannya." Abdullah bin Mas'ud menjawab: "Pergilah dan lihat sendiri (bagaimana keluargaku)." Akhirnya Ummu Ya'qub pergi dan melihat langsung keluarga Abdullah bin Mas'ud, tetapi dia tidak melihat sedikit pun apa yang dia inginkan. Setelah itu Abdullah bin Mas'ud berkata: "Seandainya keluargaku melakukan hal itu, pasti aku tidak mau berkumpul dengannya." (HR Bukhari dan Muslim)203

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Ada yang mengatakan bahwa Ummu Ya'qub memang pernah melihat istri Abdullah melakukannya. Akan tetapi karena Abdullah bin Mas'ud tidak suka, maka dia lantas menghilangkannya. Karena itulah ketika Ummu Ya'qub datang lagi untuk melihatnya, dia tidak melihat lagi apa yang pernah dia lihat sebelumnya."204 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata pula: "Koreksi Ummu Ya'qub terhadap Abdullah bin Mas'ud dengan menyebut keluarganya menunjukkan bahwa dia menyadari kesalahannya."205

9. Ummu Darda Menentang Beberapa Perilaku Khalifah Abdul Malik bin Marwan

Zaid bin Aslam mengatakan bahwa sesungguhnya Abdul Malik bin Marwan mengirim beberapa peralatan rumah tangga kepada Ummu Darda. Pada suatu malam, Abdul Malik terbangun, lalu dia memanggil pelayannya. Karena pelayan itu terlambat menyahut panggilannya, Abdul Malik memaki-makinya. Pada pagi besoknya, Ummu Darda berkata: "Aku dengar semalam kamu mengutuki pelayanmu ketika kamu memanggilnya. Aku pernah mendengar Abu Darda mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata: 'Orang-orang yang biasa mengutuk tidak bisa mendapat syafaat dan tidak bisa menjadi saksi pada hari kiamat.'" (HR Muslim)206

Masih banyak lagi contoh lain yang menunjukkan kekuatan kepribadian wanita muslimah dan kesadarannya akan hak dan kewajibannya. Contoh-contoh tersebut tersebar dalam berbagai pasal buku ini. Dapat kami sebutkan beberapa contohnya sebagai berikut:

  • Ummu Salamah memberikan masukan pendapat yang sangat berharga kepada Rasulullah saw. pada peristiwa Hudaibiah.
  • Perdebatan Khaulah binti Tsa'labah dengan Rasulullah saw. mengenai suaminya yang menzhiharnya.
  • Asma binti Umais menentang Umar ibnul Khattab yang menganggap kecil nilai hijrah warga perahu.
  • Ummu Salamah menentang Umar ibnul Khattab yang tidak menyenangi istri-istri Nabi saw. mengajukan pendapat mereka kepada beliau.
  • Keikutsertaan Asma binti Abu Bakar dalam shalat gerhana bersama wanita-wanita lainnya sehingga dia hampir pingsan.
  • Ketegaran Ummu Sulaim ketika memberitakan kematian putranya kepada suaminya.
  • Kesiapan Ummu Sulaim menghadapi berbagai risiko dan bahaya keikutsertaannya dalam berjihad.
  • Perhatian Hafshah binti Umar terhadap krisis kekhalifahan setelah kematian ayahnya.
  • Asma binti Abu bakar menentang keangkuhan al-Hajjaj.
  • Pelurusan pemahaman oleh Aisyah terhadap para sahabat.
  • Fathimah binti Qais meluruskan pendapat yang mengatakan wajibnya wanita yang sudah ditalak tiga tinggal di rumah suaminya selama menjalani masa 'iddah.

Pasal 4. Pasal Keempat. Kepribadian Wanita

Di dalam Al-Qur'an disebutkan beberapa kepribadian wanita yang mempunyai kedudukan terpandang. Mereka terkenal pada masa nabi-nabi terdahulu. Begitu pula halnya dalam Sunnah, banyak ditemukan kisah-kisah para sahabat wanita yang mulia di samping kepribadian dua orang wanita terpandang dari zaman Ibrahim a.s..

Saya kira kisah-kisah mengenai para wanita suci ini akan lebih memperjelas keterangan tentang kepribadian wanita muslimah yang telah dibebaskan dan diangkat kedudukannya oleh Islam sehingga banyak dari mereka yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang sangat tinggi.

A. SARAH ISTRI IBRAHIM A.S.

1. Kecantikan yang Luar Biasa

Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Ibrahim a.s. hijrah bersama Sarah. Dia memasuki satu desa yang dikuasai oleh seorang raja yang tergolong tirani. Dikabarkan kepadanya bahwa Ibrahim datang bersama seorang wanita yang sangat cantik.207 Lalu raja itu memanggilnya." (HR Bukhari dan Muslim)208

2. Tenang Menghadapi Cobaan

Hadits berikut ini merupakan lanjutan hadits di atas. Lalu raja itu menyuruhnya datang menghadap. Utusan itu bertanya: "Wahai Ibrahim, siapakah perempuan yang bersamamu ini?" Ibrahim menjawab: "Saudaraku." Kemudian Ibrahim menemui Sarah dan berkata: "Ucapanmu jangan berbeda dengan ucapanku, sebab aku telah memberitahu mereka bahwa kamu adalah saudara perempuanku. Demi Allah (aku terpaksa berdusta) karena di sini tidak ada orang mukmin selain aku dan kamu." Kemudian raja mengirim utusan untuk membawa Sarah.

3. Penuh Tawakal kepada Allah

Lanjutan hadits di atas, kemudian raja mengirim utusan kepada Ibrahim untuk membawa Sarah. Lalu raja berdiri ke dekat Sarah, sementara Sarah berdiri untuk berwudhu, lalu shalat. Sarah berdoa: "Ya Allah, seandainya aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan Engkau menjaga kemaluanku kecuali terhadap suamiku, maka janganlah Engkau kuasakan orang kafir atas diriku." Raja seperti orang sekarat dengan mengeluarkan suara seperti orang mendengkur dan kakinya bergerak-gerak.

4. Pintar dan Memahami Risiko yang Dihadapi

Lanjutan hadits di atas, Sarah berkata: "Ya Allah, jika dia mati, maka orang akan berkata: 'Dialah yang telah membunuhnya.' Maka sadarkanlah dia." Kemudian raja berdiri menghampiri Sarah, dan Sarah juga berdiri untuk berwudhu dan shalat, kemudian berdoa: "Ya Allah, seandainya aku beriman pada-Mu dan pada Rasul-Mu dan Engkau menjaga kemaluanku, kecuali terhadap suamiku, maka janganlah Engkau kuasakan orang kafir ini atas diriku." Raja kembali seperti orang sakarat, mendengkur, dan menggerak-gerakkan kakinya. Kemudian Sarah berkata: "Ya Allah, jika dia mati, maka orang akan berkata: 'Sarah telah membunuhnya.'" Maka sadarkanlah dia untuk kedua dan ketiga kalinya.

5. Allah Memuliakan Sarah

Lanjutan hadits di atas, (melihat keadaan dirinya) raja berkata: "Demi Allah, yang kalian kirim kepadaku ini hanyalah setan. Kembalikanlah dia kepada Ibrahim dan berikanlah Hajar kepadanya." Lalu Sarah kembali kepada Ibrahim a.s. seraya berkata: "Tahukah kamu bagaimana Allah menghinakan si kafir itu dan memberi kita seorang pelayan?" (HR Bukhari dan Muslim)209

6. Ikut Menerima Tamu dan Berita Gembira dari Para Malaikat

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: 'Salaman (selamat).' Ibrahim menjawab: 'Salamun (selamat)', maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ihrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. 'Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Ya'qub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. 'Para malaikat ini berkata: 'Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Ini adalah) rahmatAllah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (Hud: 69-73)

(sebelum, sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

mepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team