Kebebasan Wanita

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

B. HAJAR IBU ISMAIL A.S.

1. Penuh Tawakal Kepada Allah

Ibnu Abbas berkata: "Wanita pertama yang memakai ikat pinggang adalah ibu Ismail. Dia memakai ikat pinggang untuk menutupi tanda hamilnya di hadapan Sarah. Kemudian Ibrahim membawa Hajar dan Ismail --ketika itu Hajar sedang menyusukan Ismail-- lalu menempatkannya di samping Baitullah dekat pohon besar di atas zamzam dan bagian atas masjid. Ketika itu belum ada seorang pun tinggal di Mekah, juga tidak ada air. Di sanalah Ibrahim menempatkan mereka. Ibrahim meletakkan di samping mereka satu kantong kurma dan satu tong air. Kemudian Ibrahim pulang (ke Syam). Ibu Ismail segera membuntutinya dan berkata: 'Hai Ibrahim, pergi kemana engkau dan engkau tinggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan apa-apanya ini?' Hajar menyampaikan pertanyaan itu kepada Ibrahim berulang kali, sementara Ibrahim tidak menoleh kepadanya sama sekali. Lalu Hajar bertanya lagi: 'Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk melakukan perbuatan ini?' Ibrahim menjawab: 'Ya.' Hajar berkata: 'Kalau demikian halnya, tentu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.' Kemudian Hajar kembali (ke Baitullah). Menurut satu riwayat210: 'Wahai Ibrahim, kepada siapa engkau tinggalkan kami?' Ibrahim menjawab: 'Kepada Allah.' Hajar berkata: 'Aku pasrah kepada Allah.'" (HR Bukhari)211

2. Tetap Tenang Meskipun Berada di Daerah Terpencil

Lanjutan hadits di atas, lalu Ibrahim berangkat hingga ketika sampai di Tsaniyyah dan mereka sudah tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadapkan mukanya ke arah Baitullah, lalu memanjatkan doa, sambil mengangkat kedua tangan dia berkata: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman, di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Wahai Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." Selanjutnya, Ibu Ismail menyusukan Ismail dan dia sendiri minum dari air (yang ditinggalkan Ibrahim dalam tong tadi). Ketika air yang dalam tong itu habis, dia kehausan, dan begitu pula anaknya. Hajar melihat anaknya merintih kehausan. Karena tidak tahan melihat anaknya begitu, Hajar pun berangkat (untuk mencari air) Dia melihat bahwa Shafa adalah bukit yang terdekat dari tempat itu. Hajar berdiri di atas bukit itu dengan menghadap ke arah lembah untuk melihat apakah di sana ada orang. Namun dia tidak melihat seorang pun berada di sana. Lalu dia turun dari bukit Shafa hingga sampai ke lembah tersebut. Dia mengangkat ujung bajunya, lalu berlari sebagai larinya orang yang sangat kepayahan, sehingga dia berhasil menembus lembah itu. Kemudian dia sampai ke Marwah, lalu berdiri di atasnya dan melihat-lihat apakah ada seseorang di sana. Ternyata tidak ada seorang pun di sana. Dia melakukan hal itu (berlari dari Shafa ke Marwah) sebanyak tujuh kali. Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw. berkata: "Demikianlah halnya sa'i yang dilakukan manusia antara kedua bukit tersebut."

3. Allah Memuliakan Hajar

Lanjutan hadits di atas, "Tatkala Hajar sampai ke atas Marwah, dia mendengar suara, lalu dia berkata kepada dirinya sendiri: 'Diamlah kamu.' Dia tekun mendengarkan suara itu. Ternyata dia mendengarkan suara itu lagi, lalu dia berkata: 'Engkau telah memperdengarkannya. Jika kamu ingin memberi pertolongan, maka tolonglah aku.' Tiba-tiba malaikat (Jibril) muncul tepat pada tempat zamzam. Jibril menggali dengan tumitnya --atau berkata: 'Dengan sayapnya'-- hingga keluarlah air. Lalu Hajar membuat kubangan kecil dengan tangannya seperti ini, selanjutnya menciduk air tersebut dan memasukkannya ke dalam tong. Sedangkan air itu terus memancar setelah diciduk." Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda: "Semoga Allah menyayangi Ibu Ismail. Seandainya dia meninggalkan zamzam --atau beliau bersabda: 'Seandainya dia tidak menciduk air itu'-- niscaya zamzam itu sudah menjadi mata air yang mengalir terus ke permukaan buini." Beliau bersabda: "Lalu Hajar minum dan menyusukan anaknya. Malaikat (Jibril) berkata kepada Hajar: "Janganlah kamu takut tersia-sia, karena sesungguhnya di sinilah Baitullah itu di mana anak ini dan ayahnya akan membangunnya kelak. Dan Allah tidak akan menyianyiakan keluarganya."

4. Menggeluti Kehidupan dan Arif dalam Berbuat

Lanjutan hadits di atas, "Adalah Baitullah ketika itu agak tinggi letaknya bagaikan bukit kecil. Apabila banjir datang, maka dia akan lewat di sebelah kanan dan sebelah kirinya. Demikianlah keadaannya hingga lewat dekat mereka rombongan dari Kabilah Jurhum atau Keluarga Jurhum. Mereka datang dari daerah Kada, lalu singgah di (satu tempat) di bawah Mekah. Mereka melihat burung-burung melayang-layang mengitari tempat itu, lalu mereka berkata: 'Burung itu pasti berputar-putar di atas air. Kita kenal betul dengan tempat ini dan biasanya tidak ada air.' Lalu mereka mengirim satu atau dua orang utusan yang berlari cepat. Ternyata mereka menemukan air. Lalu utusan itu kembali dan memberitahu Kabilah Jurhum bahwa disitu ada air Kemudian mereka mendatangi tempat air itu. Nabi saw. berkata: 'Ketika itu ibu Ismail berada dekat air itu.' Mereka berkata: 'Apakah kamu mengizinkan kami singgah di tempatmu ini?' Ibu Ismail menjawab: 'Boleh, asal kalian tidak punya hak atas air ini.' Mereka berkata: 'Ya, kami setuju.' Ibnu Abbas berkata: "Lalu Nabi saw. berkata: 'Rombongan itu tahu bahwa ibu Ismail merasa senang mendapatkan teman. Lalu mereka tinggal di situ. Kemudian mereka mengajak keluarga mereka untuk tinggal di tempat itu. Akhirnya semua anggota keluarga mereka tinggal di tempat itu. Selanjutnya Ismail tumbuh menjadi dewasa, lalu belajar bahasa Arab dari mereka. Mereka sangat sayang kepada Ismail dan merasa kagum kepadanya setelah dia dewasa. Ketika dia sudah akil balig, mereka mengawinkannya dengan salah seorang gadis mereka." (HR Bukhari)212

C. KHADIJAH BINTI KHUWALID ISTRI RASULULLAH SAW.

Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Sebaik-baik wanita (pada zaman)nya adalah Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita (dari umat)nya adalah Khadijah." (HR Bukhari dan Muslim)213

1. Bergaul Baik dengan Suami

Aisyah, Ummul Mukminin, berkata: "Mula pertama Rasulullah saw. menerima wahyu adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Ketika itu beliau tidak melihat mimpinya kecuali datang bagaikan cahaya subuh. Sejak itu beliau menyepi di Gua Hira untuk beribadah selama bermalam-malam sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Untuk itu beliau membawa bekal. Setelah beberapa hari, beliau pulang kepada Khadijah mengambil bekal lagi untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan hingga datang kepada beliau kebenaran (wahyu) ketika beliau sedang berada di dalam Gua Hira."214

2. Sangat Cerdas dan Tawakal

Lalu Malaikat Jibril a.s. datang dan berkata: 'Bacalah!' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Beliau berkata: 'Lalu malaikat itu memeluk dan mendekapku erat-erat sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu ia melepaskanku seraya berkata: 'Bacalah!' Aku menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskanku sambil berkata: 'Bacalah!' Aku jawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk ketiga kalinya sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu dia melepaskanku dan berkata: 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.' Rasulullah saw. pulang membawa ayat tersebut, sementara hati beliau gemetar sekali, hingga beliau masuk ke rumah Khadijah binti Khuwailid r.a. seraya berkata: 'Selimutilah aku, selimutilah aku.' Lalu dia menyelimuti Nabi saw. sehingga hilang rasa takut beliau. Kemudian beliau menceritakan apa-apa yang telah beliau alami kepada Khadijah seraya berkata: 'Aku sungguh khawatir sekali akan keselamatan diriku.' Khadijah berkata: 'Jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak bakal mengecewakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau suka memikul beban orang lain, engkau suka memenuhi kebutuhan orang tak punya, engkau suka memuliakan tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran.'"215

3. Penuh Kasih Sayang dan Perhatian terhadap Suami

Kemudian Khadijah mengajak Nabi saw. pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad ibnul Uzza, saudara misan Khadijah. Waraqah bin Naufal telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliah. Dia sudah terbiasa menulis dengan tulisan Ibrani, dan cukup banyak menulis dari Injil dengan tulisan Ibrani. Ketika itu dia sudah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini!" Waraqah bin Naufal berkata kepada Nabi saw.: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau alami?" Rasulullah saw. menceritakan kepada Waraqah segala sesuatu yang telah beliau alami. Lalu Waraqah berkata kepada Rasulullah saw.: "Ini adalah Namus (Jibril) yang telah diturunkan oleh Allah kepada Musa. Oh, kalau saja aku pada masa kenabianmu kelak masih muda belia. Oh, kalau saja aku masih hidup pada saat engkau diusir oleh kaummu." Rasulullah saw. bertanya: "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab: "Ya, setiap orang yang datang dengan mengemban tugas sepertimu, pasti dimusuhi. Jika harimu itu sempat aku alami, tentu aku akan membelamu mati-matian." (HR Bukhari dan Muslim)216

Dalam satu riwayat menurut versi Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw. berkata: "(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang memblokade."217

4. Melahirkan Keturunan yang Saleh

Aisyah berkata: "Terkadang aku berkata kepada Rasulullah saw.: 'Seolah--olah tidak ada di dunia ini wanita selain Khadijah?' Beliau berkata: 'Sesungguhnya dia (adalah wanita yang utama) dan dia (adalah wanita yang bijaksana) dan dari dialah aku mendapatkan anak.'" (HR Bukhari)218

Di dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Nabi saw. berkata: "Allah mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari istri-istriku yang lain."219

5. Rasulullah saw. sangat Mencintai Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.'" (HR Muslim)220

6. Rasulullah saw. Memuliakan Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Nabi saw. tidak mengawini selain Khadijah sampai dia (Khadijah) meninggal dunia." (HR Muslim)221

7. Rasulullah saw. Senantiasa Mengingat Khadijah r.a.

Aisyah berkata: "Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang dari istri-istri Nabi saw. yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah melihat (bertemu dengan)nya. Akan tetapi (rasa cemburuku itu timbul karena) Nabi saw. seringkali menyebut-nyebutnya. Bahkan beliau sering menyembelih seekor kambing, lalu memotongnya menjadi beberapa bagian, kemudian mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah." (HR Bukhari dan Muslim)222

Dari Aisyah, dia berkata: "Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, minta izin untuk menemui Rasulullah saw. Hal itu mengingatkan beliau kepada cara minta izinnya Khadijah, sehingga beliau agak terperanjat. Kemudian beliau berkata: 'Ya Tuhan, rupanya si Halah.' Aisyah berkata: 'Aku merasa cemburu sekali.' Lalu aku berkata: 'Apa yang membuatmu selalu teringat kepada salah seorang nenek dari nenek-nenek Kabilah Quraisy itu? Dia sudah tua renta dan telah habis ditelan masa? Bukankah Allah sudah memberimu pengganti yang lebih baik daripadanya?'" (HR Bukhari dan Muslim)223

Dalam salah satu riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw. menjawab: "Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia."224

8. Allah Memuliakan Khadijah r.a.

Abu Hurairah berkata: "Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: 'Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepadamu dengan membawa bejana berisikan lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, maka sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku dan beri kabar gembiralah kepadanya tentang sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara di mana di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.'" (HR Bukhari dan Muslim)225

D. FATHIMAH AZ-ZAHRA PUTRI RASULULLAH SAW.

1. Penuh Perhatian terhadap Ayah

Tentang cerita masa kecilnya, Abdullah berkata: "Suatu ketika Rasulullah saw. tengah melaksanakan shalat di dekat Ka'bah dan di sana ada sekumpulan orang Quraisy sedang duduk-duduk. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata: 'Apakah kalian tidak melihat orang yang suka mencari muka itu? Siapa di antara kalian yang mau pergi ke tempat unta keluarga si fulan, lalu mengambil kotoran, darah, dan ari-ari (hewan tersebut yang telah mereka potong sebelumnya)? Bawa semua kotoran itu ke sini dan tunggu sebentar. Apabila dia telah sujud, maka letakkanlah kotoran tersebut di atas pundaknya. Maka berangkatlah orang yang paling celaka di antara mereka (yaitu Uqbah bin Abi Mu'ith) untuk mengambil kotoran tersebut. Tatkala Rasulullah saw. sedang sujud, dia meletakkan kotoran tersebut ke atas pundak Nabi saw. Nabi saw. tetap saja sujud, sementara mereka tertawa terbahak-bahak sampai mereka miring satu sama lainnya. Lalu ada seseorang yang berangkat untuk memberitahu Fathimah. Fathimah ketika itu sudah gadis remaja. Dia segera berlari ke tempat Nabi saw. shalat. Beliau masih tetap dalam keadaan sujud hingga Fathimah membuang kotoran tersebut dari pundak beliau. Setelah itu Fathimah memaki-maki orang-orang Quraisy tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)226

Tentang cerita masa dewasanya, dari Sahal r.a. dikatakan bahwa dia ditanyai tentang luka Nabi saw. pada hari peperangan Uhud, maka dia berkata: "Wajah Nabi saw. terluka, gigi geraham beliau patah, dan topi baja yang ada di atas kepala beliau pecah tertembus panah. Lalu Fathimah membasuh darah (luka beliau) sementara Ali memegangi. Ketika Fathimah melihat darah luka itu semakin banyak mengalir, dia mengambil tikar, lalu membakarnya sehingga menjadi abu, kemudian menempelkannya ke tempat luka sehingga darah berhenti mengalir." (HR Bukhari dan Muslim)227

2. Menikah dengan Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Ketika aku hendak membina rumah tangga dengan Fathimah, putri Rasulullah saw., aku mengikat janji (bersepakat) dengan seorang pandai emas dari Bani Qainuqa untuk pergi bersamaku mengambil kayu idzkhir (yang harum aromanya) yang akan kujual kepada para pandai emas sehingga uangnya dapat kupergunakan buat penyelenggaraan pesta perkawinanku." (HR Bukhari dan Muslim)228

3. Sabar dan Penuh Perhatian terhadap Rumah Tangga

Ali mengatakan bahwa Fathimah r.a. datang kepada Nabi saw. untuk mengadukan tangannya yang lecet akibat gilingan miliknya. Dia mendengar bahwa ada seorang budak datang kepada Nabi saw. Tetapi, ketika itu Fathimah tidak menemukan Nabi saw., sehingga masalah itu akhirnya dia ceritakan kepada Aisyah. Setelah Nabi saw. datang, Aisyah menyampaikan cerita Fathimah tadi kepada beliau. Nabi saw. lalu menemui kami. Waktu itu kami sudah berada di tempat pembaringan. Kami bangun menemui beliau. Beliau berkata: "Tetaplah di tempat kalian." Beliau lalu duduk di antara kami. Saat itu aku merasakan betapa dinginnya telapak kaki beliau yang menyentuh perutku. Kemudian beliau berkata: "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian, maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takhir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim)229

Menurut riwayat Abu Daud, Ali berkata: "Suatu ketika Fathimah putri Nabi saw. berada di dekatku. Dia memutar gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet pundaknya, dan dia menyapu rumah sehingga berdebu pakaiannya." Di dalam riwayat Abu Daud yang lain dikatakan: "Fathimah membuat roti sehingga warna mukanya berubah (terkena arang)."230

4. Kemarahan Rasulullah saw. dalam Membela Fathimah

Miswar bin Makhramah berkata: "Ali meminang putri Abu Jahal. Berita itu sampai kepada Fathimah. Lalu dia pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata: '(Wahai Rasulullah), kaummu menduga bahwa kamu tidak akan pernah marah untuk membela putri-putrimu. Itulah Ali, dia mau kawin dengan putri Abu Jahal.' Mendengar berita itu, Nabi saw. berdiri. Kemudian saya mendengar beliau membaca syahadat dan bersabda: 'Sesungguhnya aku telah menikahkan Abul Ash bin ar-Rabi, lalu mempercayai aku. Dan sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku, dan aku tidak suka kalau ada sesuatu yang menyakitinya.' --Menurut satu riwayat: 'Dan sesungguhnya aku merasa khawatir jika agamanya sampai terfitnah ... Aku tidak mengharamkan sesuatu yang halal dan tidak menghalalkan sesuatu yang haram. Akan tetapi, demi Allah, tidak mungkin berkumpul putri Rasulullah saw. dengan putri musuh Allah sama sekali.'--231 Akhirnya Ali membatalkan pinangannya tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)232

5. Rasulullah saw. Memuliakan Fathimah, Suami, dan Kedua Putranya

Aisyah berkata: "Pagi-pagi Nabi saw. keluar dengan memakai pakaian yang tidak dijahit terbuat dari bahan bulu berwarna hitam. Datang al-Hasan bin Ali, lalu beliau mengajaknya masuk. Kemudian datang al-Husain dan masuk bersamanya. Kemudian datang Fathimah dan beliau mengajaknya masuk. Kemudian datang pula Ali dan beliau pun mengajaknya masuk. Kemudian beliau membacakan firman Allah: 'Sesungg;uhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kalian, hai ahlal bait. dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.'" (HR Muslim)233

Aisyah, Ummul Mukminin berkata: "Pada waktu Rasulullah sakit kami para istri Nabi saw. berkumpul bersama beliau. Tidak seorang pun dari kami yang pergi meninggalkan tempat. Lalu datang Fathimah ... Begitu melihat Fathimah, beliau menyambutnya seraya berkata. 'Selamat datang putriku.' Kemudian beliau menyuruh putrinya itu duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Setelah berbicara sejenak secara berbisik-bisik, lalu Fathimah menangis tersedu-sedu. Melihat kesedihan yang dialami putrinya itu, beliau berbicara secara berbisik-bisik sekali lagi, sehingga Fathimah tersenyum. Aku berkata kepada Fathimah: 'Aku adalah salah satu dari istri-istri beliau Tetapi Rasulullah saw. hanya memilih berbisik dengan kamu di antara kita semua. Kemudian kamu menangis.' Ketika Rasulullah saw. pergi, aku langsung bertanya kepada Fathimah: 'Masalah apa yang dibisikkan beliau kepadamu?' Fathimah menjawab: 'Aku tidak mungkin mengungkapkan rahasia Rasulullah saw.' Setelah Rasulullah saw. wafat, aku kembali menanyai Fathimah: 'Aku sengaja menemuimu untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibisikkan Rasulullah saw. kepadamu, sebab dahulu kamu tidak mau menceritakannya kepadaku.' Fathimah berkata: 'Sekarang baiklah akan aku ceritakan kepadamu.' Lalu Fathimah menceritakannya kepadaku sebagai berikut: 'Pembicaraan beliau yang pertama kali adalah mengenai Jibril yang mendengarkan bacaan Al-Qur'an oleh beliau setiap tahun satu kali. Dan pada tahun ini hal itu dilakukan sampai dua kali. Itu menurutku menunjukkan sudah dekatnya ajalku. Karena itu (kata beliau padaku) hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan bersabar. Sesungguhnya sebaik-baik salaf adalah aku terhadapmu. (Fathimah berkata) karena itulah aku menangis seperti yang engkau lihat. Tatkala melihat kesedihanku itulah beliau berbicara kepadaku secara rahasia untuk kedua kalinya. Beliau berkata: 'Wahai Fathimah, apakah kamu tidak merasa senang apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita mukmin atau sebagai pemimpin umat ini?' Di dalam satu riwayat disebutkan234: 'Ucapan beliau tersebut membuat Fathimah tertawa.'" (HR Bukhari dan Muslim)235

Dalam satu riwayat menurut Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i disebutkan: "... apabila Fathimah datang untuk menemui Nabi saw. beliau berdiri menghampiri Fathimah, menciumnya, dan menyuruhnya duduk di tempat duduk beliau. Sebaliknya Fathimah juga melakukan hal yang sama apabila Nabi saw. datang untuk menemuinya. Tatkala Nabi saw. sakit, Fathimah datang untuk menemui beliau, lalu memeluk dan menciumnya."236

Abu Hurairah ad-Dausi r.a. berkata: "Nabi saw. keluar sesaat di siang hari. Beliau tidak berbicara denganku dan aku juga tidak berbicara dengan beliau hingga sampai ke pasar Bani Qainuqa. Lalu beliau duduk di pekarangan rumah Fathimah. Beliau bertanya: 'Apakah di sana ada Luka (nama kecil al-Hasan bin Ali)?' Fathimah menahan Hasan sebentar. Saya kira Fathimah memasangkan kalung (yang terbuat dari bahan yang harum baunya) kepada Hasan atau memandikannya. Lalu Hasan datang bergegas sehingga Rasulullah saw. merangkul dan menciumnya seraya berkata: 'Ya Allah, cintailah ia dan cintailah orang yang mencintainya.'" (HR Bukhari dan Muslim)237 Dari Ibnu Umar, dia berkata: "... aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Keduanya (Hasan dan Husain) adalah sekuntum bunga dunia dan akhirat untukku.'" (HR Bukhari)238

6. Mirip Fathimah dan Putranya

Aisyah berkata: "... lalu Fathimah datang dengan berjalan kaki. Cara berjalannya mirip sekali dengan berjalannya Nabi saw." (HR Bukhari dan Muslim)239 Dari Anas, dia berkata: "Tidak ada seseorang yang lebih mirip rupanya dengan Nabi saw. dibandingkan dengan Hasan bin Ali." (HR Bukhari)240

Menurut riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i: "Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih minp rupa, gaya, dan pembawaannya dengan Rasulullah saw. dalam cara berdiri dan duduk seperti Fathimah."241

7. Allah Memuliakan Fathimah

Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada Fathimah: "Apakah kamu tidak senang apabila kamu menjadi pemimpin wanita-wanita penghuni surga?" (HR Bukhari)242

(sebelum, sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team

HR> ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team