|
8. Humay
Kini di muka majelis itu berdiri
Humay,1 Pemberi
Lindap itu, dengan bayang-bayangnya yang melimpahkan
kemuliaan pada raja-raja. Lantaran ini ia mendapat gelar
"Humayun", si mujur, karena dari segala makhluk, dialah yang
paling besar gairah keinginannya. Katanya, "Burung-burung di
darat dan di laut, aku bukan burung seperti kalian. Gairah
keinginan yang muluk menggerakkan diriku dan untuk memenuhi
itu aku terpisah dari makhluk-makhluk lain. Telah kujinakkan
anjing nafsu, karena itu terpujilah Feridun dan Jamsyid.
Raja-raja diangkat karena pengaruh bayang-bayangku, tetapi
orang-orang yang berwatak pengemis tak suka padaku.
Kuberikan tulang pada anjing nafsuku dan kupertaruhkan
jiwaku sebagai jaminan terhadapnya. Bagaimana orang dapat
memalingkan muka dari diriku yang menimbulkan raja-raja
dengan bayang-bayangku. Di bawah naungan sayapku setiap
orang mencari lindungan. Masihkah kuperlukan persahabatan
dengan Simurgh yang besar bila kemuliaan sudah ada padaku
karena sifat pembawaanku?"
Hudhud menjawab, "O budak kesombongan! Jangan kembangkan
lagi bayang-bayangmu dan jangan sombongkan lagi dirimu. Pada
saat ini, jauh dari kekuasaan yang melimpah pada para raja,
kau seperti anjing yang sibuk dengan sekerat tulang. Tuhan
melarang kau mendudukkan keturunan Khosru di atas tahta.
Tetapi andaikan pula bayang-bayangmu menempatkan para
penguasa di atas tahta mereka, esok mereka pun akan menemui
kemalangan dan akan kehilangan kemuliaan mereka
selama-lamanya, sedangkan, bila saja mereka tak melihat
bayang-bayangmu, tentulah mereka tak akan menghadapi
perhitungan yang begitu mengerikan di hari kemudian."
Mahmud dan Orang Alim
Seorang yang salih, yang ada di Jalan yang benar, melihat
Sultan Mahmud2
dalam mimpi dan berkata padanya, "O Raja yang bahagia,
bagaimana keadaan dalam Kerajaan Baka?" Sultan menjawab,
"Pukul badanku jika kau mau, tetapi jangan ganggu jiwaku.
Jangan berkata apa pun, pergilah, karena di sini tak akan
disebut-sebut tentang jabatan raja. Kekuasaanku hanya riya,
kemegahan diri, kesombongan dan kesesatan semata. Dapatkah
kekuasaan mengagungkan segenggam tanah? Kekuasaan milik
Tuhan, Penguasa Alam Semesta. Kini setelah kuketahui
kelemahan dan kedaifanku, aku pun malu pada kedudukanku
sebagai raja. Bila kau ingin memberiku gelar, berilah aku
gelar "si malang". Tuhan Raja Alam ini, maka jangan sebut
aku raja. Kerajaan milik Tuhan; dan aku senang kini menjadi
seorang darwis biasa di dunia. Semogalah Tuhan menyediakan
seratus sumur untuk memurukkan diriku hingga aku tak usah
menjadi raja. Lebih baiklah sekiranya aku menjadi pemungut
sisa-sisa panenan di ladang-ladang gandum. Sebut Mahmud
hamba-sahaya. Sampaikan restuku pada putraku Masud, dan
katakan padanya, 'Jika kau ingin menjadi arif, perhatikan
peringatan dari ihwal bapamu.' Semoga layulah sayap dan
bulu-bulu Humay itu, yang menaungkan bayang-bayangnya
padaku!"
Catatan kaki:
1 Sebangsa makhluk
imajiner yang dalam bahasa Latin disebut gryphus, berbadan
singa, berkepala dan bersayap burung rajawali. Humay ialah
gryphus berjanggut. Disebut sebagai burung buas terbesar di
Benua Lama. Menggondol tulang-tulang berbagai binatang dan
menghancurkannya di batu karang untuk dimakam. Bayang-bayang
humay yang jatuh di kepala seseorang ialah alamat bahwa
orang itu bakal dinobatkan sebagai raja.
2 Hidup pada tahun 969 -
1030. Ibukotanya di Nisyapur dan istananya di Gazna. Di
istananya banyak berhimpun para penyair, seniman dan
cendekiawan.
(sebelum,
sesudah)
|