|
28. Pertanyaan-Pertanyaan Burung Kedua
Belas
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "O kau, yang
menjadi penunjuk jalan kami, apakah hasilnya nanti kalau
kemauanku kuserahkan padamu. Dari kemauanku sendiri aku tak
dapat menerima susah-payah dan penderitaan yang kutahu pasti
akan kualami, tetapi aku dapat menyetujui untuk menaati
perintah-perintahmu; dan bila kebetulan aku nanti
memalingkan kepalaku, maka aku akan berusaha
memperbaikinya.
Hudhud menjawab, "Kau telah bicara dengan baik kita tak
dapat mengharapkan yang lebih baik dari ini. Sebab bagaimana
dapat kau tetap menguasai dirimu sendiri bila kau menuruti
kesukaan-kesukaan dan kebencian-kebencianmu? Tetapi bila kau
taat dengan suka rela, kau dapat menjadi penguasa dirimu
sendiri. Ia yang tunduk pada kepatuhan di Jalan ini terbebas
dari tipu daya dan terhindar dari banyak kesulitan. Sesaat
mengabdi Tuhan menurut hukum yang benar sama harganya dengan
seumur hidup mengabdi dunia. Ia yang menerima penderitaan
karena tak melakukan usaha apa pun sama halnya dengan anjing
sesat yang harus menuruti keinginan setiap orang lalu.
Tetapi ia yang menanggung biar sejenak pun penderitaan
karena melakukan usaha di Jalan ini akan mendapat ganjaran
sepenuhnya
Bayazid dan Tarmazi
Seorang alim yang pandai, poros dunia dan dianugerahi
sifat-sifat utama, membeberkan yang berikut. "Suatu malam,"
katanya "Dalam mimpi kulihat Bayazid dan Tarmazi, yang minta
padaku menjadi pemimpin mereka. Aku begitu heran kenapa
kedua syaikh yang mulia ini memperlakukan aku dengan
kehormatan semacam itu. Kemudian kuingat bahwa suatu pagi
aku pernah mendesahkan keluh dari dasar hatiku, dan ketika
membubung, keluh itu mengayunkan palu pengetuk gerbang suci,
sehingga gerbang terbuka bagiku. Aku masuk, dan segala orang
alim dan pengikut-pengikutnya yang bicara tanpa kata-kata,
menanyakan sesuatu tentang diriku semua mereka, kecuali
Bayazid Bistami yang ingin bertemu dengan aku tetapi tak
menanyakan apa-apa. Ia berkata, 'Ketika kudengar seruan
hatimu, aku menyadari bahwa apa yang perlu bagiku hanyalah
menaati perintah-perintahmu, dipimpin oleh kemauanmu. Karena
aku ini tak berarti apa-apa, maka tak layak bagiku untuk
mengatakan apa yang kuinginkan. Cukuplah bagi si hamba
mengiakan kehendak-kehendak ju jungannya.
Itulah sebabnya kedua syaikh itu memperlakukan aku dengan
hormat, dan memberikan padaku tempat yang lebih tinggi. Bila
seseorang berlaku patuh, ia berbuat sesuai dengan sabda
Tuhan. Ia bukan hamba Allah yang membanggakan kedudukannya
sebagai hamba. Hamba sejati memperlihatkan sifatnya pada
saat diuji. Maka patuhilah cobaan-cobaan, agar kau dapat
mengenal dirimu sendiri."
Hamba dan Jubah Kehormatan
Seorang raja memberi jubah kehormatan pada seorang hamba
yang pergi dengan amat merasa bangga pada dirinya sendiri.
Tengah ia berjalan, debu jalanan mengendap padanya dan tanpa
pikir ia menghapus wajahnya dengan lengan jubah itu.
Seseorang yang iri terhadapnya tanpa buang-buang waktu
melaporkan pada raja, yang karena murka pada pelanggaran
adat kesopanan ini, menghukum hamba itu dengan hukum
tusuk.
Ia yang merendahkan kehormatan dirinya sendiri dengan
kelakuan yang tak pantas, tidaklah layak berseba pada
permadani raja.
(sebelum,
sesudah)
|