|
23. Dalih Burung Ketujuh
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "Aku cinta
akan emas; bagiku ia seperti buah badam dalam kulitnya yang
keras itu. Bila aku tak punya emas, terikat rasanya tangan
dan kakiku. Cinta akan keduniawian dan cinta akan emas telah
mengisi diriku dengan keinginan-keinginan tak berarti, yang
membutakan diriku akan perkara-perkara keruhanian."
Hudhud menjawab, "O kau yang silau karena
bentuk-bentuk lahiriah, yang dalam hatimu tak pernah
memancar nilai kebenaran! Kau seperti makhluk yang hanya
dapat melihat dalam gelap, kau seperti semut, yang tertarik
oleh rupa. Berusahalah memahami makna segala sesuatu. Tanpa
warna, emas hanyalah, logam biasa; namun kau terpikat oleh
warna, serupa anak kecil. Cinta akan emas tak layak bagi
manusia sejati; kenapa orang menyembunyikan emas dalam faraj
bagal?1 Adakah
benda-benda berharga disembunyikan orang di tempat demikian?
Jika kau tak membiarkan sesamamu mendapat manfaat karena
emasmu, kau pun tak akan beroleh manfaat pula. Tetapi bila
kau berikan sekeping obol2
kepada si malang yang miskin, kalian berdua akan mendapat
manfaat. Jika kau punya emas, banyaklah yang dapat kauberi
manfaat dengan itu; tetapi jika pundakmu
bercap,3 itu pun
karena emas juga. Untuk sebuah toko, kau harus membayar sewa
dan kadang-kadang harganya itu jiwamu sendiri. Demi usahamu,
kau korbankan apa saja, juga mereka yang menjadi pautan
hatimu, dan pada akhirnya kau tak memiliki apa-apa. Kita
hanya berharap agar kemujuran akan menyediakan sebuah tangga
di bawah tiang gantungan. Itu tak berarti bahwa kau tak usah
menggunakan benda-benda duniawi sama sekali, tetapi
hendaknya kaupergunakan apa yang kaumiliki itu secara luas.
Nasib baik hanya akan datang padamu apabila kau memberi.
Jika kau tak dapat meninggalkan hidup sama sekali,
setidak-tidakaya kau dapat membebaskan dirimu dari cin ta
akan kekayaan dan kehormatan."
Syaikh dan Muridnya
Seorang murid yang masih muda, tak diketahui syaikhnya
(seperti dikiranya) mempunyai sekedar simpanan emas. Syaikh
itu tak berkata apa-apa, dan suatu hari mereka pergi
bersama-sama dalam suatu perlawatan. Akhirnya mereka sampai
ke sebuah lembah yang gelap; di tempat masuk ke lembah itu
terbentang dua jalan. Si murid mulai khawatir, sebab emas
(memang) merusak pemiliknya. Gemetar ia pun bertanya pada
syaikhnya, "Jalan mana yang mesti kita tempuh?"
Syaikh itu menjawab, "Bebaskan dirimu dari apa yang
membuatmu khawatir itu, maka jalan mana pun tak menjadi
soal. Setan takut akan orang yang tak mempedulikan uang, dan
cepat akan menghindar daripadanya. Demi sebutir emas kau
membelah sehelai rambut. Secara agama, emas seperti keledai
yang lumpuh; tak ada harganya, hanya merupakan beban. Bila
kekayaan datang pada seseorang dengan tak disangka-sangka,
mula-mula akan membuatnya bingung, kemudian menguasainya. Ia
yang terikat dengan cinta akan uang dan harta milik,
terikatlah tangan dan kakinya dan dilontarkan ke dalam
lubang-penjara. Hindarilah lubang penjara yang dalam ini
jika kau bisa; jika tidak, tahan nafasmu, sebab udara
didalamnya amat luar biasa pengapnya."
Tuhan Menegur Seorang Darwis
Seorang suci yang telah menemukan ketenteraman dalam
Tuhan menyerahkan seluruh dirinya dalam sembah dan puja
selama empat puluh tahun. Ia telah melarikan diri dari dunia
ini, tetapi karena Tuhan begitu mesra menyatu padanya, orang
itu pun merasa puas. Darwis ini telah memagari sebidang
tanah di gurun; di tengah-tengahnya ada sebatang pohon, dan
di pohon itu seekor burung telah membuat sarangnya. Nyanyian
burung itu merdu terdengar, karena setiap nadanya mengandung
seratus rahasia. Hamba Tuhan itu terpesona. Tetapi Tuhan
menyampaikan pada seorang arif tentang ihwal peristiwa itu
dengan kata-kata ini, "Katakan pada sufi itu bahwa aku
heran setelah berkhusyuk selama bertahun-tahun, ia telah
berhenti dengan menjual aku seharga seekor burung. Memang
benar burung itu mengagumkan, tetapi nyanyiannya telah
menjerat sufi itu dalam sebuah perangkap. Aku telah membeli
dia dan dia telah menjual aku."
Catatan kaki:
1 Dikiaskan dengan
kebiasaan di Timur di mana wanita-wanita membawa surat-surat
atau benda-benda kecil yang berharga secara
sembunyi-sembunyi dalam faraj (lubang kemaluan) bagal
(peranakan kuda dan keledai).
2 Mata uang kecil yang
dipergunakan dahulu kala di Timur Dekat dan Eropa.
3 Di Persia, pencuri
diberi cap pada pundaknya.
(sebelum, sesudah)
|