|
41. Lembah Keempat atau Lembah Kebebasan dan
Kelepasan
Hudhud melanjutkan, "Kemudian menyusul lembah di mana tak
ada nafsu untuk memiliki atau keinginan untuk menemukan.
Dalam suasana jiwa yang demikian, angin dingin pun bertiup,
begitu hebat sehingga dalam sejenak saja angin itu
menimbulkan kerusakan yang luas tak terhingga: ketujuh
lautan tak lebih dari sebuah lobang air, ketujuh kaukab
hanya setitik bunga api, ketujuh langit hanya sebuah
bangkai, ketujuh neraka hanya es yang hancur. Kemudian,
sesuatu yang mengherankan, tak masuk akal! Seekor semut sama
kuatnya dengan seratus gajah, dan seratus kafilah tewas
sementara seekor gagak sedang mengisi temboloknya.
Agar Adam dapat menerima cahaya samawi, barisan malaikat
yang berpakaian hijau dicekam duka. Agar Nuh dapat menjadi
tukang kayu Tuhan dan membuat perahu, ribuan makhluk tewas
di perairan. Puluhan ribu nyamuk menyerang tentara Abrahah
agar raja itu tergulingkan. Ribuan bayi mati agar Musa dapat
melihat Tuhan. Ribuan orang mengenakan ikat pinggang Nasrani
agar Isa dapat memiliki rahasia Tuhan. Ribuan hati dan jiwa
terampas agar Muhammad dapat bermikraj suatu malam ke
langit. Di Lembah ini tiada apa pun yang baru atau yang lama
akan berharga; kau boleh berbuat atau tidak berbuat. Bila
kaulihat seluruh dunia terbakar dan segala hati tak lebih
dari syisy kabab, itu baru impian saja dibandingkan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Jika puluhan ribu jiwa harus
tenggelam ke lautan yang tak terbatas, itu akan seperti
setitik embun belaka. Bila langit dan bumi mesti meledak
jadi bagian-bagian kecil, itu tak akan lebih dari setangkai
daun yang jatuh dari pohon; dan bila segalanya mesti
dimusnahkan, sejak dari ikan hingga bulan, akankah terdapat
di dasar sumur kaki seekor semut yang lumpuh? Jika tiada
lagi bekas jejak manusia maupun jin, rahasia setitik air,
dari mana segala sesuatu terjadi, masih harus
direnungkan."
Orang Muda yang Jatuh ke Dalam
Sumur
Di desaku ada seorang laki-laki muda, tampan seperti
Yusuf, yang jatuh ke dalam sumur dan tanah pun mengurungnya.
Ketika orang-orang mengeluarkannya, dia dalam keadaan sedih.
Orang muda yang terpuji ini bernama Muhammad, dan disukai
setiap orang. Bapanya mengeluh ketika melihat dia dan
katanya, "O Muhammad, kau cahaya mataku dan jiwa bapamu. O
puteraku, bicaralah sepatah kata pada bapamu!" Sang putera
pun mengucapkan sepatah kata lalu meninggal, demikianlah
adanya.
O kau, yang menjadi murid muda di jalan pengetahuan
ruhani, dan yang dapat meninjau merenungkan, pikirkanlah
tentang Muhammad dan Adam; pikirkan tentang Adam dan
zarrah-zarrah, keseluruhan dan bagian-bagian dari
keseluruhan; bicaralah tentang bumi dan langit demi langit,
tentang gunung-gunung dan lautan; bicaralah tentang peri dan
dewa-dewa, tentang manusia dan malaikat, tentang seratus
ribu jiwa suci, tentang saat-saat pedih melepas nyawa;
katakan bahwa setiap pribadi, jiwa dan raga, tak berarti
apa-apa. Jika kau lumatkan kedua dunia itu menjadi debu dan
kau tapis seratus kali, bagaimana jadinya bagimu? Jadinya
akan seperti istana terbalik, dan kau tak menemukan apa-apa
pada permukaan penapisan itu
Lembah ini tak begitu mudah dilalui seperti yang mungkin
kau kira dengan keluguanmu. Meskipun seandainya darah hatimu
akan memenuhi lautan, kau hanya akan dapat memulai tahap
pertama. Meskipun andaikata kau mesti pula menjelajahi
segala jalan di dunia, namun kau akan tetap berada pada
langkah pertama. Tiada musafir yang telah mengetahui
batas-batas perjalanan ini dan tiada pula yang telah
menemukan penawar cinta. Jika kau berhenti, kau akan
membeku, atau bahkan akan mati; jika kau melanjutkan
jalanmu, senantiasa maju, kau akan mendengar selamanya
seruan: "Pergilah terus lebih jauh lagi." Kau tak dapat
berjalan maupun tinggal berhenti. Tak ada manfaatnya baik
hidup maupun mati.
Keuntungan apa yang telah kau dapat dari segala yang
telah terjadi padamu? Apa yang telah kau peroleh dari
kesulitan-kesulitan yang berhasil kau atasi? Tak banyak
artinya apakah kau akan memukul-mukul kepalamu atau tidak. O
kau yang mendengarkan aku, hendaklah tinggal diam dan
berusaha dengan giat.
Tinggalkan tujuan-tujuanmu yang tak berguna dan kejarlah
segala apa yang hakiki. Bersibuklah sedikit mungkin dengan
hal-hal di dunia lahiriah, tetapi bersibuklah banyak-banyak
dengan hal-hal di dunia batin. Maka kegiatan yang benar akan
mengalahkan keadaan tak bergiat. Tetapi mereka yang tak
menemukan penawar dalam bergiat, lebih baik tak berbuat
apa-apa karena kau mesti tahu kapan harus bergiat dan kapan
harus menahan diri dari kegiatan. Tetapi bagaimana
mengetahui apa yang tak mungkin kauketahui? Namun masih
mungkin bergiat seperti yang semestinya kau lakukan,
meskipun tak kausadari. Lupakan segala yang telah kau
perbuat hingga kini, dan berusahalah untuk bebas dan
cukupdengan dirimu sendiri, meskipun kadang kau akan
menangis dan kadang bergembira. Di Lembah Keempat ini cahaya
kilat kemampuan, yang merupakan penemuan sumber-sumber
dirimu sendiri, kecukupan dirimu sendiri, menyala sehingga
panasnya membakar seratus dunia. Karena beratus dunia
menjadi serbuk, adakah aneh kalau duniamu sendiri akan
lenyap pula?
Ahli Nujum
Pernahkah kau lihat seorang arif membentangkan papan
ramalan dan memenuhi permukaannya dengan pasir? Di sana
dibuatnya angka-angka dan coretan garis-garis dan
ditempatkannya bintang-bintang dan kaukab, bumi dan langit.
Kadang dibuatnya ramalan dari langit, kadang dari bumi. Juga
dibuatnya gambar susunan bintang dan lambang-lambang rasi
bintang, dan ditunjukkannya timbul dan tenggelamnya
bintang-bintang, dan dari sini disimpulkannya
ramalan-ramalan baik atau buruk. Setelah menujumkan nasib
baik atau buruk, diangkatnya salah satu sudut papan ramalan
itu dan diserakkannya pasir itu, dan adalah seakan segala
lambang dan angka-angka itu tak pernah ada.
Permukaan dunia yang terjadi secara kebetulan ini serupa
dengan papan ramalan itu. Bila kau tak berdaya melawan
keinginan akan hal-hal yang dangkal di dunia ini, maka
berpalinglah daripadanya dan duduklah di sudut. Banyak
laki-laki dan perempuan menerima hidup ini tanpa sesuatu
pikiran tentang dunia lahir dan dunia batin.
Lalat dan Madu
Seekor lalat yang sedang mencari madu melihat sebuah
sarang lebah di sebuah kebun. Hasrat akan madu telah
membuatnya sedemikian rupa sehingga kita akan memandangnya
sebagai seekor singa. Dan lalat itu pun berseru, "Akan
kuberi se-obol siapa yang mau menolong membawa aku masuk ke
dalam sarang ini." Ada yang merasa kasihan padanya, dan
dengan upah se-obol ditolongnya lalat itu masuk. Tetapi
begitu sampai di dalam, maka kaki lalat itu pun lekat pada
madu. Meskipun ia mengepak-kepakkan sayap dan berloncatan ke
sana-sini, namun keadaannya semakin menyedihkan, dan ia pun
mengeluh, "Ini kelaliman, ini racun. Aku terjerat. Kuberikan
se-obol tadi untuk masuk, tetapi kini dengan senang
kuberikan dua obol untuk keluar."
"Di Lembah ini," kata Hudhud selanjutnya, "jangan ada
yang tinggal bersikap tak giat, dan siapa pun hendaknya
memasuki Lembah ini hanya setelah mencapai tingkat
perkembangan tertentu.
Kini tiba saatnya untuk berusaha dan bukan tinggal dalam
ketakpastian dan melewatkan waktu dengan tak peduli.
Bangkitlah kau dari sikap masabodoh, tinggalkan
keterikatan-keterikatan lahir dan batin, dan lintasi Lembah
yang sulit ini; sebab bila kau tak meninggalkan semua itu,
kau akan lebih bersikap tak peduli ketimbang kaum pemuja
dewa-dewa, dan kau tak akan pernah merasa cukup dengan
dirimu sendiri."
Kata-kata Syaikh pada Seorang
Muridnya
Seorang murid minta jawaban dari gurunya atas sebuah
pertanyaan yang tak berguna. Syaikh itu pun berkata, "Lebih
dulu basuhlah mukamu. Dapatkah wangian kesturi tercium dalam
bau kebusukan? Aku tak memberikan pengetahuan pada
orang-orang yang mabuk."
Seorang Darwis Mencintai Puteri
Pemelihara Anjing
Adalah pada suatu ketika seorang syaikh terpuji yang
mengenakan khirka kemiskinan, tetapi ia jatuh cinta pada
puteri seorang yang banyak memelihara anjing, dan dengan
harapan akan dapat melihat puteri itu, ia pun hidup dan
tidur di jalanan. Ibu si gadis mengetahui hal ini, lalu
berkata pada syaikh itu, "Kau tentu saja tahu bahwa kami ini
pemelihara anjing, tetapi karena kau jatuh hati pada puteri
kami, maka kau boleh mengawininya setahun lagi, dan tinggal
bersama kami; dan kau harus bersedia menjadi pemelihara
anjing dan menerima cara hidup kami." Karena syaikh itu tak
tanggung-tanggung cintanya, maka ia pun menanggalkan jubah
Sufinya dan mulai bekerja. Setiap hari dibawanya seekor
anjing ke pasar, dan yang demikian itu terus dilakukannya
selama hampir setahun. Suatu hari, seorang Sufi lain, yang
juga sahabatnya, berkata padanya, "O orang hina, selama tiga
puluh tahun kau telah menekuni dan merenungi perkara-perkara
ruhani, dan kini kau melakukan apa yang tak pernah dilakukan
oleh orang-orang yang sejajar denganmu!"
Syaikh itu menjawab, "Kau tak melihat hal yang
sebenarnya, maka janganlah menyanggah. Bila kau ingin
mengerti, ketahuilah bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui
kerahasiaan itu dan hanya Dialah yang dapat
menyingkapkannya. Lebih baik tampak menggelikan ketimbang
seperti kau, tak pernah memasuki kerahasiaan Jalan
Ruhani."
(sebelum,
sesudah)
|