|
16. KUNJUNGAN KE EDEN
Menurut standar orang-orang Barat Junaynah di Wadi Bishah
tidak pantas di sebut taman; namun sebagai sebuah oase di
pinggiran gurun pasir tempat ini mempunyai daya tarik yang
tersendiri. Tempat ini merupakan 'desa Bishah yang paling
rendah' tulis H. St. J. B. Philby yang mengunjungi Junaynah
di sekitar awal 1930-an; tempat ini merupakan 'sebuah oase
di gurun pasir', 'tanpa pohon-pohon palem' di luarnya.
Seperti yang dilukiskan oleh Philby, oase ini terdiri dari
'sebuah lingkaran belukar pohon-pohon palem yang anggun',
dengan 'tanaman gerst dan gandum yang sudah mulai mematang
di sana sini' di ujung timurnya, dengan 'perkebunan'
tamarisk yang 'lebat', dan semak belukar yang 'sangat lebat'
di sekitar puing-puing yang terlantar, dengan sebuah desa
kecil di dekatnya --pada keseluruhannya 'sebuah gambaran
oase yang ideal', terutama di bawah sinar bulan
(Arabian Highlands, Ithaca,
N.Y., 1952, hal. 29-31). Sebagai desa Bishah yang paling
terpencil, Junaynah, walaupun bukan sebuah desa yang
penting, ada pada sebagian besar peta-peta jazirah Arab
(20°20" lintang utara dan 40°55" bujur timur).
Philby mengunjungi tempat itu dan menggambarkannya tanpa
mengetahui bahwa tempat ini adalah Taman Firdaus (Eden).
Bagaimana ia dapat mengetahui dengan adanya tradisi yang
mendukung sepenuhnya bahwa lokasi taman ini terletak di
sebuah tempat di Mesopotamia yang sangat jauh itu?
Kini saya mengharapkan pembaca dapat menerima gagasan
bahwa Kitab Bibel Ibrani ditulis oleh penulis-penulis Israil
yang tinggal di daerah perbukitan di pantai Asir. Dalam
Kejadian 2:8-14, salah seorang penulis ini, yang namanya
tidak akan diketahui, melukiskan tentang keadaan Taman
Firdaus sebagai berikut:
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman
(gn) di Eden, di sebelah
timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang
dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan
berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang
baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan
(hyym) di tengah-tengah
taman itu, seperti pohon pengetahuan
(d'h) tentang yang baik dan
yang jahat. Ada suatu sungai
(nhr, 'sungai, sungai
kecil') mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan
dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang
(r'sym, jamak dari
r's, 'mata air sungai').
Yang pertama, namanya Pison
(pyswn), yakni yang mengalir
mengelilingi seluruh tanah Hawila
(hwylh), tempat emas ada.
Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah
dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua adalah Gihon
(gyhwn), yakni yang mengalir
mengelilingi seluruh tanah Kusy
(kws). Nama sungai yang
ketiga adalah hdql
[secara tradisional diterjemahkan sebagai 'Tigris',
yang mengalir di sebelah timur
'swr, secara tradisional
diterjemahkan sebagai 'Assyria, (Suryani)]. Dan
sungai yang keempat adalah Efrat
(prt).
Setelah itu, selagi pembicaraan mengenai Adam, manusia
yang pertama dan keluarganya, penulis yang sama memberikan
dua informasi tambahan mengenai lokasi Eden serta tamannya.
Sewaktu Adam beserta istrinya, Hawa, dikeluarkan dari surga,
Yahweh menempatkan cherubim
(krbym, ganda atau jamak krb,
harfiahnya 'pendeta') 'di sebelah timur taman itu' guna
menjaga jalan yang menuju pohon kehidupan (3:24). Waktu
Kain, anak pertama Adam dan Hawa membunuh adiknya, Abel, dan
dihukum dengan cara dibuang dari penglihatan Yahweh, ia
pergi dan menetap 'di tanah Nod
(nwd), di sebelah timur Eden'
(4:16).
Informasi yang diberikan oleh semua ini mengenai lokasi
geografis Eden dan tamannya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
- Pertama, Eden terletak di sebelah timur
kampung halaman penulis teks Bibel yang dibicarakan ini,
adalah tanah Yudah, di sisi pantai Asir.
- Kedua, Eden beserta tamannya terletak di
sebuah jaringan pengaliran yang terdiri dari empat anak
sungai yang telah dikenal, yang dikenali dengan
nama-namanya.
- Ketiga, taman
(gn) Eden
('dn) terletak ke arah hulu
sungai Eden, yang diairi oleh sebuah sungai kecil yang
'mengalir ke luar' (ys')
Eden.
- Keempat, taman itu diasosiasikan dengan dua
pohon yang penting, yaitu pohon 'kehidupan'
(hyym) dan pohon
'pengetahuan' (d'h).
- Kelima, dua atau lebih cherub-cherub
(krbym, jamak
krb) berarti 'pendeta'
ditugaskan di sebelah timur Taman Eden guna menjaga jalan
yang menuju ke Pohon Kehidupan.
- Keenam, di sebelah timur daerah sekitar
letaknya Eden terdapat tanah Nod
(nwd).
Dari semua informasi yang tertera di atas, kita dapat
mengambil kesimpuIan bahwa Taman Eden terletak di sebuah
wilayah oase yang subur yang terletak antara Tanah Yudah, di
pesisir Asir, dan sebuah daerah pedalaman yang bernama
nwd. Bahwasanya wilayah ini
tidak lain daripada lembah sungai Wadi Bishah tampaknya
jelas, berkenaan dengan pengenalan yang lebih lanjut dari
'keempat sungai' Eden:
- Sungai 'Pison' (pyswn,
pada hakekatnya psn), yang
mengalir mengelilingi tanah 'Hawila'
(hwylh) dan di sana terdapat
emas. Kini ini adalah Wadi Tabalah, cabang Bishah yang
terletak paling jauh di barat. Wadi ini mengambil nama
yang dipakainya kini dari satu di antara sejumlah
oase-oase yang terletak di sepanjang alirannya. Nama
Bibelnya bertahan sebagai nama desa Shufan
(spn, metatesis dari nama
Ibrani pyswm), dekat hulu
sungainya di dataran tinggi Nimas. Pengarang cerita Eden
mestinya menganggap Wadi Tabalah (atau 'Pison') sebagai
sungai utama di jaringan Wadi Bishah, mengingat cara yang
ia pakai dalam menggambarkan alirannya. 'Hawila' , yang
katanya dikelilingi oleh 'Pison', kini adalah Hawalah
(hwlh), di dataran tinggi
wilayah Ghamid, di sebelah utara Nimas. Aliran utama Wadi
Bishah sebenarnya mengitari wilayah Ghamid di sisi
pedalamannya setelah pertemuannya dengan cabang-cabang
utamanya. Bahwa ini merupakan tanah 'emas' adalah benar;
emas benar-benar ditemukan di sana pada zaman dahulu, dan
masih dicari di sana sampai kini. Ini mungkin merupakan
tanah 'emas fosil ... bukan dalam bentuk emas urai,
tetapi dalam gumpalan', tulis Strabo dalam gambarannya
mengenai Arabia (lihat Bab 3). Di
sebelah timur wilayah Ghamid mengalir sebuah anak sungai
Wadi Bishah, yang sebenarnya bernama Wadi Dhahab, 'Lembah
Emas' (lihat lagi di Bab 3). Di
sana juga dapat ditemukan batu carnelia
(h-shm), umumnya
disalahterjemahkan sebagai batu 'onyx'. Bahkan sampai
kini pun, para jemaah haji yang kembali dari Mekah
biasanya membawa manik-manik yang terbuat dari batu-batu
setengah mulia ini. Bdellium
(bdlh), atau damar bedolah,
yang dibicarakan adalah getah yang berharga yang
dihasilkan oleh sejenis pohon lokal (commiphora mukul),
yang khusus terdapat di Arabia Barat, kini disebut Balsem
Mekah. Walaupun namanya sama, 'Pison' dalam Bibel jelas
bukan anak sungai aliran utama Wadi Bishah yang kini
dikenal dengan nama Wadi Shaffan
(spn).
- Sungai 'Gihon' (gyhwn,
pada hakekatnya ghn), yang
mengalir mengitari tanah 'Kusy'
(kws). Ini merupakan sungai
kecil utama Wadi Bishah, yang merupakan namanya kini,
salah satu dari hulu sungainya masih bernama Wadi Juhan
(ghn). Wadi ini terletak di
antara Khamis Mushait dan Abha, dan di sana terdapat pula
sebuah desa yang bernama Al Jahun (juga
ghn). Nama sekarang Wadi
Bishah diambil dari desa Bishah, dekat persimpangan
cabang-cabang utama jaringan wadi ini. Orang-orang 'Kusy'
yang tanahnya dikelilingi oleh 'Gihon' kini adalah desa
Kuthah (kwt, lihat Bab
4), di daerah sekitar Khamis Mushait, yang sebenarnya
mengapit Wadi Juhan.
- Sungai hdql, yang secara
tradisional dianggap sebagai sungai Tigris Mesopotamia.
Kalau saja nama 'sungai' ini
h-dql (kini diarabkan
menjadi al-Dijlah, atau
dglh, didahului oleh kata
sandang tertentu), mungkin saja sungai ini adalah Tigris.
Namun kenyataannya nama sungai ini, seperti yang tertera
dalam Kejadian, jelas adalah
hdql, dengan
h sebagai huruf awal bukan
h- yang bedanya dapat sejauh
beratus-ratus kilometer. Kini, nama
hdql bertahan sebagai nama
desa Al Jahdal (ghdl), di
dataran tinggi Sarat 'Abidah, dan di sini terdapat hulu
sungai Wadi Tindahah. Sarat 'Abidah terletak di sebelah
timur tengah Khamis Mushait, dan Wadi Tindahah bergabung
dengan aliran utama Wadi Bishah di sebelah utara Khamis
Mushait. Pada zaman Bibel, Wadi Tindahah mestinya bernama
hdql menurut nama desa
tempat terdapatnya mata air. Seperti halnya
hdql bukan Tigris, melainkan
kini Wadi Tindahah, begitu pula
'swr di sebelah timur
alirannya bukanlah 'Assyria'. Sebenarnya Wadi Tindahah
mengalir tepat di timur 'swr
yang kini adalah desa Bani Thawr
(twr), juga dikenal sebagai
Al Abu Thawr. Seperti yang telah kita buktikan beberapa
kali sebelumnya, hampir tidak terdapat suatu kesalahan
topografis di dalam Bibel Ibrani.
- Sungai prt, yang secara
tradisional dianggap sebagai sungai Efrat ini tidak
mungkin kalau bukan apa yang kini adalah Wadi Kharif yang
mengalir dari ketinggian wilayah Zanumah, di sebelah
utara Abha, dan merupakan salah satu anak sungai utama
aliran Wadi Bishah. Nama Bibelnya, yaitu
prt mestinya berasal dari
nama sebuah desa di hulunya yang kini bernama al-Tafra'
(tpr, sebuah metatesis
prt). Dalam teks-teks Bibel
lainnya, seperti yang telah kita saksikan,
prt adalah Wadi Adam (lihat
Bab 1, Catatan 11), yang bukan
demikian halnya di sini.
Menurut kisah Genesis, sungai
(nhr) Eden membelah menjadi
empat hulu sungai (r'sym) di
sekitar Eden dan tamannya. Sebenarnya,
r'sym dalam Bibel ini bertahan
sebagai nama oase Rawshan
(rwsn) yang terletak dekat
tempat Wadi Tabalah (Pison) bergabung dengan aliran utama
Wadi Bishah.[1]
Di dekatnya, menuju ke arah hulu, terdapat sebuah oase yang
bernama 'Adanah ('dn), yang
sampai kini memakai nama Eden
('dn) yang terdapat dalam
Bibel. Oase Junaynah (gnyn,
pengecilan gn, bandingkan
dengan kata Ibrani gn, 'taman')
terletak tidak jauh di hilir dari Rawshan, diairi oleh air
yang mengalir dari 'Adanah. Tampaknya aneh, tetapi di
situlah letaknya taman Eden, bertahan melalui namanya (lihat
Peta 8).
Di sebelah timur pertemuan Wadi Bishah, yaitu di sekitar
daerah Eden menurut Bibel, terdapat tanah 'Nod' --sebuah
'negara ketunawismaan' (Ibraninya
nwd), tepat sebagaimana
digambarkan dalam kamus-kamus standar bahasa Ibrani Bibel
(dari kata kerja nwd, 'tuna
wisma, berjalan tanpa tujuan'). Ini merupakan sebuah
hamparan gurun pasir pedusunan yang kering, yang memisahkan
Asir dan Arabia Tengah. Di luar tanah Nod ini, di sana
'tidak terdapat apa-apa kecuali ketandusan yang tiada
akhirnya' --gurun batu kerikil, atau 'hamparan datar mati'
Ar Rab'al Khali (Arabian
Highlands, hal. 221).
Di sebelah timur tenggara Wadi Bishah terdapat oase
al-Qarban (qrbn, dengan kata
sandang tertentu; bandingkan dengan kata Ibrani h-krbym,
'pendeta-pendeta'). Ini mungkin adalah 'pendeta' yang
ditugaskan di sebelah 'timur' Taman Eden setelah Adam dan
Hawa dikeluarkan dari taman itu. Namun dalam konteks cerita
ini, kata h-krbym sebenarnya
dapat berarti 'pendeta-pendeta' (lihat di bawah). Mengenai
pohon kehidupan (hyym) dan
pohon pengetahuan (d'h) di
taman itu, mereka sudah pasti adalah dua buah pohon keramat
yang dipersembahkan kepada dua desa lokal kuno. Desa yang
sekarang Al Hi ('l hy) di Wadi
Bishah, masih menggunakan dewa 'kehidupan' Arabia Barat yang
sudah dilupakan. Begitu juga perkampungan Al Hi
('l hy) dan Al Ibn Hi (juga
hy) di dataran tinggi Asir ke
arah Barat; dan Al Hayat (hyt)
di wilayah Dhahran, dan Hiyin (hyyn, bandingkan dengan kata
Ibrani hyym, dalam bentuk jamak), di wilayah Jizan. Begitu
pula, desa yang sekarang Al Da'yah ('l
d'y, bandingkan dengan kata Ibrani
d'h), di dataran tinggi di
sebelah barat Wadi Bishah, sampai hari ini mengabadikan nama
dewa 'pengetahuan' Arabia Barat yang telah terlupakan.
Apakah dahulunya Taman Eden dalam Bibel merupakan sebuah
belukar keramat --sebuah pusat pemujaan Dewa Kehidupan lokal
dan Dewa Pengetahuan-- sebelum taman ini menjadi taman
kepunyaan Yahweh sendiri? Bukti toponimis yang ada jelas
menunjukkan ke arah ini. Diteliti dalam susunan referensi
ini, kisah menurut Bibel mengenai taman ini mungkin dapat
menghasilkan pengertian-pengertian baru yang, seperti
penelitian atas masalah Melchizedek, dapat memberikan
pengetahuan yang lebih mendalam tentang asal mula monoteisme
di Arabia Barat kuno. Namun penelitian yang semacam itu atas
cerita ini tidak akan dilakukan di sini.
Akan tetapi yang patut diperhatikan adalah bahwa Qur'an
tidak berbicara mengenai sebuah Taman Eden saja, tetapi
mengenai 'Taman-taman Eden', dalam bentuk bentuk jamak, dan
juga mengenai 'sungai-sungai'
(anhar), bukan hanya sebuah
'sungai' (nahr) saja, yang mengalir di bawah taman-taman
itu. Secara menyeluruh, ada sebelas referensi di dalam
Qur'an mengenai 'Taman-taman Eden' ini, dan bukan hanya
mengenai sebuah taman saja, sehingga kita menduga-duga
berapa sebenarnya taman-taman yang ada. Lebih penting lagi,
ada dua buah sebutan Qur'an yang memberi petunjuk tentang
adanya hubungan yang erat antara taman-taman dan
pemujaan-pemujaan keagamaan tradisional yang mungkin
merupakan penjelasan terhadap penyebutan dalam Bibel
mengenai pengangkatan 'cherubim', atau 'pendeta-pendeta',
sebagai pengawas-pengawas taman Eden itu. Menurut teks
Qur'an, Nabi Muhammad diberitahu oleh 'kebanyakan orang'
bahwa mereka tidak sudi mengakui tugas keagamaannya kecuali
kalau ia dapat menunjukkan bahwa ia mempunyai 'sebuah kebun
pohon-pohon palem dan anggur dengan sungai-sungai yang
deras' (17:89-91). Menurut sebuah teks yang lain,
orang-orang bertanya-tanya bagaimana Nabi Muhammad dapat
mengakui dirinya sebagai seorang rasul kalau ia memakan
makanan biasa, dan berjalan-jalan di pasar-pasar, dan tidak
memiliki sebuah 'kebun khusus ia mendapatkan makanannya'
(25:7-8).
Dari taman-taman di Arabia Barat kuno ini, yang Taman
Eden dalam Bibel dan 'cherubim'-nya merupakan purwa rupa,
kita hanya mengetahui secara langsung satu di antaranya yang
masih pada dasawarsa permulaan abad ke-7 Masehi. Taman ini
ialah taman milik pendeta tinggi Maslamah dari Yamamah,
seorang monoteis Arab, yang sezaman, tetapi bukan pengikut
Nabi Muhammad. Taman ini disebut Hadiqat al-Rahman,
al-Rahman (rhmn, 'Yang Maha
Pengampun'), yaitu nama Tuhan Esa di beberapa pemujaan
monoteisme Arab pada zaman pra-lslam. Sewaktu Nabi Muhammad
masih hidup, Maslamah bersedia mencapai persetujuan
dengannya. Namun setelah wafatnya Nabi Muhammad, ia
bertengkar dengan pengganti-pengganti Nabi Muhammad, dan
Khalifah yang pertama, yaitu Abu Bakr (632-634 M.),
mengerahkan pasukan-pasukannya guna menundukkannya. Menurut
sejarawan-sejarawan Arab, seruan perang Maslamah dan para
pengikutnya adalah: 'Ke Taman! Ke Taman!'. Kenyataannya,
konon pertahanan terakhirnya melawan pasukan-pasukan Islam
adalah di balik tembok-tembok tamannya tempat ia dan sepuluh
ribu pengikutnya melakukan perlawanan sampai mereka
terbunuh.
Suatu pikiran yang menarik: mungkinkah Maslamah, dengan
taman keramatnya, merupakan cherubim Arabia Barat yang
terakhir?
|