Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

15. TANAH HARAPAN

Adakalanya suatu penyelidikan kesarjanaan yang tidak hati-hati dapat menimbulkan akibat-akibat, yang gemanya begitu jauh melampaui batas-batas disiplin akademis seseorang, terutama bila ditampilkan hendak menantang praanggapan yang menjadi pusat kepercayaan agama yang sudah berakar dalam hati dan dihormati sepanjang sejarah. Mengatakan bahwa tanah harapan, bukan terletak di tempat yang umumnya dianggap sebagai lokasinya, tidak mungkin ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang menganggap bahwa pendirian negara Israil dalam tahun 1948 merupakan terkabulnya sebuah impian yang berusia berabad-abad. Namun, setelah memulai dalam analisa onomastik saya atas Kitab Bibel Ibrani, begitulah kesimpulan yang diberikan oleh penyelidikan saya dan saya percaya penuh akan kesimpulan ini.

Seorang sejarawan tentunya dapat mengusulkan sebuah penjelasan dalam penulisan sejarah, bukan keagamaan, mengenai janji menurut Bibel yaitu suatu wilayah yang telah ditentukan bagi keturunan Ibrani dari Abram (Kejadian 15), dan pengikut-pengikut Israil dari Musa (Bilangan 34). Sewaktu kisah-kisah mengenai kedua janji itu, seperti yang kemudian dicatat dalam Bibel, diceritakan dalam bentuk aslinya, orang-orang Israil telah mendiami tanah harapan mereka, sehingga kisah-kisah mengenai kedua janji itu telah merupakan penjelasan ex post facto (berlaku surut). Tetapi yang penting bagi kita adalah janji-janji itu sebagai geografi sejarah, bukan sebagai sejarah ataupun agama.

Dalam terjemahan-terjemahan konvensional, tanah yang dijanjikan Yahweh kepada Abram orang Ibrani (Kejadian 15:18) konon membentang 'dari sungai Mesir (nhr msrym) sampai ke sungai besar, sungai Efrat (nhr prt)'. Bertentangan dengan anggapan yang telah diterima, saya mengusulkan bahwa tanah yang ditunjukkan dalam janji asli yang tertulis dalam bahasa Ibrani sebenarnya terdiri dari tanah kuno Yudah (Bab 8), di Asir geografis, dari wilayah Jizan di selatan sampai pada Wadi Adam, di pedalaman Lith di utara. 'Sungai Mesir'y (nhr msrym) dalam janji ini jelaslah bukan sungai Nil, tetapi sungai kecil Wadi 'Itwad yang bersumber di dekat desa Misramah masa ini, di dataran tinggi Asir, dan membentuk perbatasan zaman kini antara wilayah Jizan dan Rijal Alma'. Nhr msrym mungkin juga adalah Wadi Liyah, yang memisahkan wilayah Jizan dari Yaman dan sebuah desa yang bernama Masram (msrm) masih dapat dijumpai di sana. Di Wadi Adam yang membentuk sebagian lembah utama wilayah Lith terdapat sebuah desa yang bernama Firt (prt) dan sebuah lagi yang bernama Farat (juga prt), sehingga saya percaya bahwa janji kepada Abram itu seharusnya berbunyi seperti yang berikut ini: 'Kepada keturunanmu saya akan berikan tanah ini, dari sungai kecil Misramah (atau Masram, nhr msrym) sampai ke sungai besar (h-nhr h-gdwl), yaitu sungai Firt (atau Farat, nhr prt)', sungai ini terletak di Wadi Adam, bukan 'sungai Efrat'.

Tanah yang dijanjikan kepada Abram dan orang-orang 'Ibraninya', tentunya telah dihuni (berpenghuni). Janji Yahweh mencatat penghuninya yang seluruhnya berjumlah sepuluh bangsa (Kejadian 15-19-21), lima di antaranya adalah rakyat 'Kanaan', menurut Kejadian 10:15-18 (lihat Bab 14). Nama bangsa-bangsa ini bertahan sampai kini sebagai nama-nama tempat di pelbagai bagian di Asir, dan sebagian besar di 'Yudah'. Mereka adalah:

  1. Bangsa 'Kenit' (qyny, genitif qyn): sebagai sebuah nama kesukuan, qyny bertahan sebagai nama Qawayinah masa ini (tunggalnya adalah Qawni, atau qwny, dari qwn), di selatan Taif. Nama-nama yang berhubungan dengannya adalah Qani (qn), di wilayah Jizan; Qann (qn), di distrik Ballasmar; Qana (qn), seluruhnya berjumlah empat buah desa, sebuah di distrik Bahr, sebuah di dataran tinggi Dhahran, sebuah di wilayah Qunfudhah, dekat Hali, dan sebuah di Wadi Adam; Qanan (qnn), di distrik Majaridah; Qanwah (qwn), di Rijal Alma'; Qannah (qnn), seluruhnya berjumlah lima buah pedesaan, sebuah di distrik Muhayil, sebuah dekat Khamis Mushait, sebuah di wilayah Jizan, dan dua buah di Wadi Adam: Al Qaninah ('l qnyn) di dataran tinggi 'Abidah; Qanyah (qny) di Wadi Adam.
  2. Bangsa 'Kenizzit' (qnzy, genitif qnyzyz atau qnz) di wilayah Jizan. Sebuah suku Arab masih dapat ditemukan di sana yang bernama al-Qunaysat (tunggalnya adalah Qunaysn, atau qnysy, dari qnys).
  3. Bangsa 'Kadmonit' (qdmny, genitif qdmn): Damjan (dmgn, metatesis dari qdmwn) di wilayah Taif. Qadamah (qdm) di wilayah Lith, dan Kawadimah (kwdm) di wilayah Jizan, keduanya kecil kemungkinannya, tetapi masuk di akal. Sebuah suku Arab di utara Hijaz kini adalah Qidman (qdmn).
  4. Bangsa 'Hittit' (hty, genitif ht, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Hathah (ht), di wilayah Lith; Hat (ht) di distrik Ballasmar; Hatwah (htw), di Rijal Alam'; Hittayy (hty), di pesisir Zahran; lebih lagi Al-Hatahit (jamak Arab dari hty) diakui dalam kesusastraan Arab sebagai sebuah nama kesukuan Arab.
  5. Bangsa 'Perizzit' (przy, genitif dari prz): Al Farzan ('l przn, prz dengan kata sandang tertentu kuno Semit), di Bani Shahr; Furdah (prd, bandingkan dengan prz), nama dari empat buah desa, sebuah di wilayah Jizan, dua di Wadi Adam, dan sebuah di wilayah Majaridah. Mungkin juga merupakan nama-nama suku masa ini, yaitu Safarin (tunggalnya adalah Safari, atau spry), di selatan Asir; Zawafirah (tunggalnya adalah Zafiri, atau zpry), di Hijaz bagian selatan; dan Farasat (tunggalnya adalah Farsi, atau prsy), di utara Hijaz.
  6. Bangsa 'Rephaim' (rp'ym, ganda atau jamak rp' atau dari genitifnya, yaitu rp'y): Rafah (rp), di wilayah Jizan, dan Rafyah (rpy), di Rijal Alma'. Kesusastraan Arab berbicara mengenai suku Yarfa (yrp, kata benda kuno rp) di Arabia baratdaya.
  7. Bangsa 'Amorit' ('mry, genitif 'mr, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Amarah ('mr), di pesisir Zahran; Wamrah (wmr), di Wadi Adam; mungkin juga Maru (mrw, dengan w yang terakhir sebagai kata sandang tertentu Aram yang berakhiran), semuanya berjumlah tiga buah desa, dua di Wadi Adam dan satu di distrik Bahr. Sebagai sebuah nama kesukuan, 'mry mungkin masih terdapat di sana nama Banu Murrah (mr) yang terdapat di mana-mana, atau nama Maru (mrw) di Hijaz bagian selatan.
  8. Bangsa 'Kanaan' (kn'ny, genitif kn'n): Al Kun'an ('l kn'n), di Wadi Bishah; juga nama suku al-Qin'an (qn'n), di Asir (lihat Bab 14). Untuk lebih jelasnya, lihat Bab 1 dan 4.
  9. Bangsa 'Girgashite' (grgsy, genitif grgs, penghebat atau kata pengecil grs; ditulis sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Juraysh (grys, kata pengecil grs) dan Quraysh (qrys, kata pengecil qrs), di wilayah Qunfudhah; juga Quraysh, dua buah desa di wilayah Taif; Qaryat Quraysh, di wilayah Qunfudhah; Dar Bani Quraysh, di Wadi Adam; Quraysh al Hasan, di dataran tinggi Zahran. Nama kesukuan Arabia Barat kuno Quraysh tidak mungkin lain dari nama yang ini sendiri.
  10. Bangsa 'Yebusit' (ybwsy, genitif ybws; ditulis sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Yabasah (ybs), di Wadi Adam; Yabs (ybs), di lerengan maritim wilayah Ghamid; dan Yabs, dekat Mudhaylif, di sebelah utara Qunfudhah (lihat Bab 9). Yubbas (ybs) dan Yabis (ybs) kini masih tetap bertahan sebagai nama-nama suku di Arabia Barat.

Kalau kita menganggap bahwa identifikasi saya terhadap kesepuluh bangsa itu benar, maka penelitian menurut Bibel atas sejarah mereka telah sama sekali salah haluan.[1] Maka tidaklah mengherankan jika hanya ada sedikit bukti-bukti arkeologis dan paleografis yang tertulis guna mendukung sumber mereka, karena penyelidikan apa pun yang telah dilakukan dalam hal ini telah dikerjakan sehubungan dengan tempat yang salah --Palestina dan Suria kuno, bukan Arabia Barat.

Menurut Kejadian, tanah asal suku-suku Arabia Barat kuno inilah yang dijanjikan oleh Yahweh kepada Abram dan para keturunannya. Tanah asal tersebut juga termasuk dalam wilayah yang dijanjikan oleh Yahweh kepada Nabi Musa (Bilangan 34:1-12), yang kenyataannya bukan lebih kecil dari wilayah yang dijanjikan kepada Abram, seperti yang dikira sampai kini, tetapi sebenarnya lebih luas. Tanah ini terdiri dari 'seluruh tanah Kanaan' (34:2) dan termasuk baik pedalaman maupun pesisir Asir, dan juga wilayah Taif di Hijaz, dari pantai Laut Merah sampai pinggiran gurun Arabia Tengah.

Dalam upaya mereka untuk melakukan suatu penafsiran geografis dari perbatasan-perbatasan tanah harapan ini dalam pengertian Palestina, para ahli Bibel selalu menemui kesulitan-kesulitan yang juga tidak mengherankan, mengingat wilayah itu bukanlah pada tempatnya. Membaca teks Ibrani mengenai 'janji' itu, seperti yang ditafsirkan dan disuarakan secara tradisional, kata ym dalam Bibel selama ini telah dianggap berarti 'laut', walaupun kata ym yang sama itu juga diakui berarti 'barat'. Para ahli juga telah menganggap ym h-mlh berarti 'lautan garam', sebuah referensi kepada Laut Mati Palestina. Walaupun mlh dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang berarti 'garam', kata ini juga berarti 'pasir' dalam dialek Arab sekarang dari daerah pedalaman Asir. Maka dari itu meski h-ym h-gdwl dalam Bibel memang berarti 'Lautan Besar' (berkenaan dengan Arabia Barat, bukan Laut Tengah, tetapi Laut Merah), ym h-mlh dalam konteks 'janji' yang sedang dibahas ini bukan berarti 'lautan garam', tetapi 'di sebelah barat pasir'. Referensi ini seperti yang akan dilihat, adalah kepada Bilad Yam (ym), yang secara harfiah berarti 'negara barat', yang sebenarnya mengapit 'pasir-pasir' (mlh) Ar Rab'al Khali, dari sebelah 'barat' (ym). Begitu pula, ym knrt berarti 'sebelah barat Quraynat' (sebuah tempat, lihat di bawah), dan bukan 'Lautan Chinnereth', yang dikira --tanpa berdasarkan apa pun-- adalah nama menurut Bibel dari Danau Tiberias di Palestina. Selanjutnya, penyusunan ktp ym knrt bukan berarti 'pundak (ktp) Lautan Chinnereth' (RSV), tetapi 'Qatf di sebelah barat Quraynat', Qatf (qtp) sebenarnya adalah sebuah tempat di Arabia Barat yang terletak di sebelah 'Barat' Quraynat (lihat di bawah).

Dalam menafsirkan Tanah Harapan Musa, para ahli Bibel telah bingung bukan saja terhadap arti kata Ibrani ym, tetapi juga terhadap h-yrdn, yang mereka anggap adalah tidak lain dari 'Yordan' Palestina. Mereka selanjutnya dibuat bingung oleh sebuah tempat yang bernama qds brn' (atau 'Kadesh-Barnea'), yang secara tidak benar sejak tahun 1948 dikenali sebagai oase 'Ayn Qudays, di Palestina sebelah selatan (lihat Bab 4). Pengenalan ini hanya berdasarkan kenyataan bahwa Qudays Arab, atau qdys, adalah pengecilan Quds, atau qds, yang merupakan padanan kata qds dalam bahasa Ibrani. Sebenarnya, qds brn', diuraikan sehingga terbaca qds b-rn' (di sini tampaknya b adalah pemendekan dari 'b, 'ayah', dengan kata lain 'Tuhan'), hanya berarti 'tempat suci', 'kuil', 'tempat pemujaan' 'Tuhan' rn', yang namanya secara metatesis bertahan dalam dua nama tempat di Arabia bagian timur sebagai Abu 'Arinah ('b 'rn), dan di dataran tinggi Asir di sebelah selatan Khamis Mushait sebagai Al 'Arinah ('l 'rn). 'Kadesh-Barnea' mestinya dulu adalah sebuah 'kota suci' kuno, yang kini masih ada sebagai desa Al 'Arinah, seperti yang akan kita lihat. Kebetulan nama dewa Arabia Barat rn' masih bertahan melalui metatesis yang lain, sebagai r'n, dalam inskripsi-inskripsi Lihyan dan Dedan dari utara Hijaz.

Yang berikut ini adalah perbatasan-perbatasan tanah yang dijanjikan kepada pengikut-pengikut Israil Musa, seperti yang digambarkan dalam Bilangan 34 dan berkenaan dengan geografi Arabia Barat:

  1. Perbatasan barat adalah 'Lautan Besar' (h-ym h-gdwl, 34:6), dengan kata lain, Laut Merah (lihat di atas).
  2. Perbatasan selatan dimulai dari gurun pasir Zin, atau zn (sn dalam Bibel, 'Zin'), sebuah oase di wilayah Najran yang secara tepat digambarkan terletak 'di sisi' ('l ydy) Wadi Idimah, atau 'dm (dalam Bibel adalah 'dwm, 'Edom'), yang sebenarnya terletak ke arah selatan; tepatnya, 'dari Quziyyah (qzyh), di sebelah barat pasir ke arah timur' (m-qsh ym h-mlh qdmh), Quziyyah (dalam Bibel adalah qsh) adalah sebuah oase di Bilad Yam, ke arah hulu Zin di Wadi Najran, dan tepat di perbatasan barat pasir Ar Rab'al Khali. Dari sana perbatasan itu membentang ke arah barat 'di selatan lereng Akrabbim ('qrbym)', kini merupakan sebuah desa di Sarat 'Abidah, di atas Wadi Najran, yang bernama al-Jarabi' (jamak bahasa Arab grb'), metatesis 'qrb dalam Bibel, (jamak bahasa Ibrani dari 'qrb adalah 'qrbym).[2] Lebih jauh ke arah barat, perbatasan ini melintasi satu lagi Zin (sn dalam Bibel) di wilayah Dahran, yang sebenarnya adalah 'di sebelah selatan' Al 'Arinah (atau 'Kadesh-Barnea', lihat di atas), persis seperti yang tertera dalam teks. Kemudian perbatasan ini melintasi apa yang digambarkan oleh bahasa Ibrani Bibel sebagai hsr 'dr ('Hazzar-addar'), yang paling-paling menunjukkan 'tanah pemukiman' (hsr) sebuah suku yang bernama 'dr, yang namanya masih dipakai oleh suku Adhar ('dr) di Sarat 'Abidah dan daerah sekitar Dhahran al-Janub. Kemudian perbatasan ini menembus Al 'Asman ('l 'smn, bandingkan dengan nama Ibrani 'zmn atau 'zmwn, 'Azmon,), di wilayah Dhahran, dan sampai di Wadi 'Itwad (nhl msyrm, yang berarti 'pohon palem Misramah' atau 'hulu Misramah' lihat di atas, bukan 'sungai kecil Mesir' seperti yang diterjemahkan secara tradisional; untuk melihat kebingungan antara Misramah ini dengan 'Mesir', lihat di atas). Dari sini, perbatasan ini mengikuti aliran Wadi 'Itwad (atau mungkin juga Wadi Liyah, lihat di atas) sampai ke laut (34:3-5).
  3. Perbatasan utara bermula di pantai Laut Merah dan kemudian menuju ke atas bukit, melintasi 'Gunung Hor' (hr h-hr), yang telah dikenali sebagai sebuah puncak gunung (hr) al-Harrah (hr dengan kata sandang tertentu bahasa Arab), di ujung utara dataran tinggi Zahran (lihat Bab 7, Catatan 5). Dari sini perbatasan itu membelok ke utara dan sampai di wilayah Taif di Dhawi Himat (hmt) atau Himatah (hmt, bandingkan dengan hmt dalam Bibel, 'Hamath'), dan Sidad (sdd, bandingkan dengan sdd dalam Bibel, 'Zedad'). Dari sini perbatasan itu terus melintasi zprn ('Ziphron', mungkin kini adalah Safra', atau spr tanpa kata sandang tertentu berakhiran, yaitu n),[3] dan berakhir di hutan belantara Harrat al-Buqum, di 'oase' atau 'perkampungan' (Ibraninya hsr) 'Aynin ('ynn, bandingkan dengan hsr 'ynn dalam Bibel, hsr atau 'perkampungan' 'ynn yang biasanya diterjemahkan sebagai 'Hazar-enan', (34:7-9).
  4. Perbatasan timur, mulai dari 'Aynin (lihat di atas), dan terus membentang ke selatan, rupanya ke al-Thafan (tpn, bandingkan dengan spm dalam Bibel, 'Shepam'), di Wadi Tathlith (nama lengkapnya Hadayir al-Thafan, atau pemukiman-pemukiman al-Thafan). Kemudian perbatasan ini terus menuju ke selatan menerobos 'Riblah' (rblh), di sebelah timur 'Ayn' ('yn), yang kini mungkin adalah al-Rabiyah ('l-rbyh),[4] di pelosok terjauh Wadi Habuna, yaitu Yam, di sebelah timur laut oase 'Ayn, di wilayah Najran. Dari sini perbatasan itu melintasi 'Qatf (qtp), di sebelah barat Quraynat (qrynt)' (ktp ym krnt, lihat di atas), Quraynat adalah oase Wadi al-Dawasir, dan Qatf terletak di sebelah baratdaya Quraynat ini di Bilad Yam. Dari sini perbatasan itu menyeberangi 'punggung bukit' (h-yrdn), yang tidak diragukan lagi adalah apa yang disebut Philby sebagai 'jenggul granit besar' (the great granite boss) Jabal Abu Hamdan di wilayah Najran, dan berakhir di 'sebelah barat pasir' (ym h-mlh) Ar Rab'al Khali (34: 10-12).

Jika kita memproyeksikan perbatasan-perbatasan Tanah Harapan Musa seperti yang ditafsirkan di sini di atas peta Arabia Barat, hasilnya samasekali tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa pun. Gambarannya lengkap hampir sampai pada detil-detil yang terakhir.

(sebelum, sesudah)


  Mencari Asal-usul Kitab Suci
  (The Bible Came from Arabia)
  Kamal Salibi
  Penerbit Pustaka Litera AntarNusa
  Jln. Arzimar III, Blok B No.7, Tel.(0251) 329026
  Bogor 16152
 
Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team