Assalamu'alaikum wr. wb.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Yang Maha Mengetahui seluruh
rahasia tersembunyi dan dimana hati mukminin bergetar
tatkala mendengar asma- Nya. Shalawat dan salam semoga
tercurah pada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah
Ilahi beserta keluarganya.
Terimakasih saya sampaikan kepada seluruh anggota
keluarga besar Majelis Dzikrullah, yang masih setia menunggu
dengan sabar artikel yang akan muncul berikutnya.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah turut berperan serta memberikan saran sekaligus kritik
dalam penyelenggaraan Forum Kajian Tadzkiyyatun Nafs ini.
Sebagaimana biasa, .... harapan kami sebelum membaca
artikel yang kami posting ini, kami ingatkan kepada semua
anggota majlis dzikrullah, agar lebih dahulu membaca dan
memahami artikel yang telah kami sampaikan sebelumnya, yaitu
Bab Perjalanan Menuju Ilahi,
Makna Syari'at,
Syari'at Sebagai Gerbang Dunia
Hakikat, Etika Islam, Bab
Hakikat Manusia (Kesadaran Diri
& Kesadaran Universal), Bab
Jiwa, Bab
Hati,
Berguru Kepada Allah (5 seri
posting), Membuka Hijab (9 seri
posting), sehingga dengan mengikuti artikel tersebut secara
runut, harapan kami akan diperoleh pemahaman yang utuh dalam
mengikuti tulisan/artikel berikutnya, sehingga pada akhirnya
akan diperoleh gambaran secara utuh tentang apa yang ingin
kami sampaikan. Disamping itu juga dapat dilihat
penjelasan/tanggapan yang telah kami sampaikan atas beberapa
pertanyaan yang telah diajukan oleh para anggota kepada
kami.
Kepada anggota yang belum memiliki artikel secara
lengkap, silahkan dilihat pada
http://www.egroups.com/messages/dzikrullah.
Sudah tentu, setelah menjadi anggota
dzikrullah-subscribe@egroups.com
anda juga harus menjadi anggota keluarga egroups lebih
dahulu untuk bisa melihatnya.
Pada bab ini penulis akan menyampaikan artikel perihal
PATRAP yang secara hakiki memiliki makna yang sama dengan
DZIKRULLAH. Namun karena panjangnya artikel, maka artikel
tersebut akan kami posting secara berseri menjadi 9
(sembilan) seri, yang akan kami mulai hari ini.
Selamat membaca, ... semoga artikel ini bukan hanya
sekedar mampu menambah wawasan keislaman, tetapi juga
memberikan pengaruh kepada keimanan kita hingga menghunjam
kedalam jiwa kita dan memberikan pengaruh kesejukan dan
kedamaian didalam hati, yang pada akhirnya akan tercermin
dalam perilaku kita sehari-hari.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Abu Sangkan
----------------------------------------------------------------------
Makna Dzikrullah
Kita mengetahui bagaimana bintang-bintang itu beredar
pada porosnya sebagai-mana mengetahui tumbuh-tumbuhan,
gunung-gunung berdiri dan bergerak meng-ikuti sunnah-Nya,
sesungguhnya semuanya itu bersujud dan bertasbih kepada
khaliknya. Akan tetapi kita tidak mengetahui bagaimana cara
mereka bersujud dan bertasbih. Firman Allah:
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya
bertasbih kepada Allah .Dan tak ada suatupun melainkan
bertasbih dengan memuji- Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti mereka. Sesungguhya Dia adalah maha penyan-tun lagi
maha Penyayang"( Al Isra' 44)
Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa
kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi. silahkan
kalian mengikuti perintah- Ku dengan suka hati atau
terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti dengan suka hati (Al
Fushilat: 11)
Ayat-ayat diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa
tasbih mereka bukanlah sebuah kata-kata seperti manusia
bertasbih, akan tetapi merupakan bentuk kepasrahan dan
kepatuhan atas perintah Allah, sehingga gerak mereka serta
arah tujuannya berserah atas kehendak perintah ilahy. Dengan
demikian butir-butir atom, bumi, matahari, bintang-bintang
bergerak pada orbit atau garis yang telah ditentukan
oleh-Nya. Itulah yang dinamai ber-islam, yang artinya
berserah diri atas kemauan Allah Yang Maha Pengasih. Yaitu
pasrah atas peraturan- peraturan (sunnah-sunnah) yang telah
ditentukan oleh Allah Swt. Maka dari itu paradigma pasrah
bukanlah orang pasif yang tidak bergerak, malah sebaliknya
orang yang pasrah adalah orang aktif yang mengikuti
perintah-perintah didalam syariat, berdagang, belajar,
berperang, membayar zakat, berhaji, beternak, bertani,
bermanajemen dll.
Hal ini diibaratkan seperti kalau kita membeli sebuah
mobil. Si perancang telah menyiapkan manualnya untuk
memudahkan kita menghidupkan dan menjalankan mesin mobil
tersebut, serta untuk mengetahui suku cadang yang harus
diganti jika terjadi kerusakan. Manual yang berisi
ketentuan/aturan ini tidak bisa diganti seenaknya sesuai
dengan kemauan kita, karena bisa-bisa akan mengakibatkan
benturan/berlawanan dengan keinginan perancangnya, yang pada
akhirnya mungkin akan membuat mesin mobil menjadi rusak dan
tidak dapat berjalan dengan baik.
Perbuatan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perancang dalam ilustrasi diatas menggambarkan kepasrahan
dan kepatuhan terhadap ketentuan si perancang. Demikian pula
dengan kepasrahan terhadap ketentuan yang telah ditulis
dalam Al Qur'an dan Al Hadist ataupun dalam ayat-ayat
kauniyah (hukum yang diikuti oleh alam semesta/hukum alam),
semuanya mengikuti sistem dan keinginan ilahy. Mereka
bersujud patuh atas ketetapan-Nya dengan suka hati.
Didalam serat Pepali Ki Ageng Selo, dzikir berarti
patrap, yaitu orang susila, orang beradab. Peradaban atau
kesusilaan seseorang ditentukan oleh pendirian hidupnya dan
kesusilaan dalam arti kata yang sedalam-dalamnya dan terikat
pada sarat-sarat utama, yaitu dapat menguasai diri sendiri,
yang dijabarkan sbb:
1. Menguasai tubuh sepenuhnya, yang berarti mampu untuk
menguasai perjalanan nafas dan darah, sehingga orang tidak
lekas naik darah dan tidak mudah dipermainkan oleh urat
syarafnya (nervous) yang besar faedahnya bagi kesehatan
badan.
2. Menguasai perasaan, yaitu dapat menahan rasa marah,
jengkel, sedih, takut dan sebagainya, sehingga dalam keadaan
bagaimanapun juga selalu tenang dan sabar, oleh karena itu
lebih mudah untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang
setepat-tepatnya.
3. Menguasai pikiran, sehingga pikiran itu dalam
waktu-waktu yang terluang tidak bergelandangan semaunya
sendiri dengan tidak terarah dan bertujuan, akan tetapi
dapat diarahkan untuk memperoleh pengertian dan kesadaran
tentang soal-soal hidup yang penting.
Orang patrap (dzikir, sadar) dalam Islam diidealisasikan
dalam sosok Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah, tidak
kenal rasa takut tidak gentar dalam keadaan bagaimanapun
juga, beliau selalu sabar, dan tenang dan selalu diliputi
oleh rasa kasih sayang kepada sesama hidup dan karena itu
beliau di cintai oleh semua ummat manusia, beliau mencintai
segala ciptaan Allah.
Sikap dzikir sempurna seperti itu pernah dicontohkan
Rasulullah, tatkala tiba-tiba Da'tsur menodongkan pedangnya
kearah leher nabi, seraya berkata lantang: "Siapa yang akan
menolong engkau dalam keadaan seperti ini, ya Muhammad?".
"Allah yang menolongku", jawab nabi dengan tenang.
Jawaban sederhana yang tidak disangka-sangka oleh
Da'tsur, merontokkan karang hati yang pongah, tubuhnya
bergetar seakan tidak lagi disanggah oleh tulang-tulangnya
yang besar. Daya apa gerangan yang mengalir dari mulut
Muhammad, membuat jiwanya sesaat seperti mati tak berdaya.
Pedangnya terpental jatuh ketanah, kemudian Rasulullah
berganti membalas menodongkan pedang kearah leher Da'tsur,
dan beliau berkata: "Siapa yang akan menolong engkau ,ya
Da'tsur?" Ia jatuh bersimpuh pada kaki Rasulullah sambil
mengiba untuk diampuni atas sikapnya yang congkak dan
berkata hanya engkau ya Muhammad yang bisa menolongku.
Seketika itu Rasulullah menasehatinya agar ia kembali ke
jalan Islam.
Subject: [dzikrullah] PATRAP (DZIKIR) ... 1/9
Date: Wed, 13 Sep 2000 00:30:34 -0000
From: "sangkan " <patrap1@yahoo.com>
|