Memasuki Keadaan Diri (Aku)
Kali ini saya akan mengajak pembaca sekalian menyelami
kesadaran diri yang sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh
yang biasa menyebut dirinya "Aku". Dan saya tidak akan lagi
bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat,
kita tidak lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal
memasuki keadaan shalat yang sebenarnya. Diskusi kita sudah
selesai dalam hal hukum-hukum berdzikir.
Manusia merupakan makhluq yang sempurna ... sehingga
diangkat sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini. Biarpun
sebagian besar orang tidak mengerti banyak tentang sifat
sebenarnya dari diri sendiri. Dalam susunan fisik, mental
dan kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi maupun
terendah. Didalam tulang-tulang terdapat kehidupan bersifat
mineral, badan dan darahnya benar-benar mengan-dung bahan
mineral. Kehidupan fisik badan manusia mirip dengan
kehidupan tanaman. Banyak keinginan /nafsu fisik serta emosi
mirip dengan yang dimiliki oleh binatang. kemudian manusia
mempunyai seperangkat sifat mental yang menjadi miliknya,
dan tidak dimiliki oleh binatang yang bersifat rendah.
Selain itu masih ada sifat lebih tinggi yang dimiliki oleh
sebagian orang yang lebih maju kerohaniannya, meskipun masih
terdapat daya kemauan yaitu daya sang "Aku", yang merupakan
daya yang diterima (ditiupkan) dari Yang Maha Mutlak.
Benda-benda fisik dan mental tersebut adalah milik
manusia, dan bukannya manusia itu sendiri. Sebelum manusia
("Aku") dapat menguasai atau mengalahkan, dan mengarahkan
benda yang menjadi miliknya yaitu alat dan instrumennya
terlebih dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia
harus dapat membedakan mana yang merupakan Aku dan mana yang
merupakan alat atau milik Aku, dapat membedakan mana yang
Aku dan mana yang bukan Aku. Inilah tahapan pertama yang
harus disadari.
Katakan bahwa Ruh itu adalah dari amar-amar-Ku ... Aku
adalah ruh yang ditiupkan kedalam tubuh yang terbuat dengan
komposisi kosmos yang sempurna setelah diberi bentuk. (Al
Hijir 28-29) ... sang aku bersifat abadi &endash;-tidak bisa
mati tidak bisa rusak. Ia memiliki kekuasaan, kebijaksanaan
dan kenyataan. Tetapi seperti halnya seorang bayi yang
kemudian menjadi dewasa, bathin manusia tidak menyadari
sifat potensial yang tertidur dalam dirinya, dan tidak
mengenal dirinya sendiri yang sebenarnya. Bila diri sendiri
yang sebenarnya sudah bangun, ia mengenal mana yang disebut
Aku dan mana yang bukan Aku sebagai dirinya sendiri atau
Aku. Aku inilah yang akan kembali kehadirat asalnya yaitu
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun.. Sesungguhnya Aku
adalah berasal dari Allah dan kepada-Nya lah Aku kembali ...
Orang primitif dan orang beradab jarang menyadari "Aku"
nya, rasa keakuan mereka hanya merupakan kesadaran mengenai
nafsu badani pemenuhan keinginan, pemuasan kesenangan,
memperoleh kenyamanan bagi dirinya. Bagian bawah dari bathin
naluri merupakan tempat rasa keakuan orang-orang primitif.
Bila seorang primitif mengatakan "Aku", maka yang dimaksud
adalah badannya. Badan ini mempunyai perasaan, keinginan dan
nafsu. Tetapi pikiran semacam itu terdapat pula pada banyak
orang yang mengaku beradab. Mereka menggunakan daya pikirnya
guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka
sebenarnya hidup dalam tingkat bathin naluri. Tentu, setelah
orang menjadi lebih beradab maka perasaannya menjadi lebih
halus, sedangkan orang primitif mempunyai perasaan kasar.
Yang perlu dicatat adalah, pikiran orang beradabpun masih
diperbudak oleh keinginan dan nafsu badannya.
Setelah manusia semakin tinggi tingkatannya, mulailah ia
mempunyai konsep tentang Aku nya yang lebih tinggi. Ia mulai
menggunakan pikirannya dan akalnya, maka ia pindah dari
tingkat bathin naluri ke tingkat bathin mental --ia mulai
menggunakan kecerdasannya, ia mulai merasakan bahwa
bathinnya adalah lebih nyata bagi dirinya dari pada badannya
- bahkan kadang ia melupakan badannya bila sedang terbenam
dalam pemikiran secara serius.
Setelah kesadaran orang meningkat &endash;-yaitu
kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat
kerohanian-&endash; ia menyadari bahwa "Aku" yang sebenarnya
adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan
dan badan fisiknya, bahwa semuanya ini dapat digunakan
sebagai alat atau instrumennya. Pengetahuan ini bukan
merupakan pengertian saja, tetapi merupakan kesadaran yang
khas, artinya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang
sebenarnya (sebagai bashirah).
Dalam kajian kali ini, kami coba menunjukkan kepada anda
cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang
fitrah. Ini merupakan amalan pertama yang harus disadari,
sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah
kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Seperti
tujuan melakukan amalan puasa dibulan ramadhan adalah
mencapai fitrah (idul fitri, kembali kepada fitrah yang
mempunyai sifat suci seperti bayi yaitu diri yang sejati
atau "Aku").
Kesadaran "Aku" ini merupakan langkah pertama pada jalan
menuju keadaan yang disebut sebagai 'penerang", merupakan
realisasi hubungan dengan Yang Maha Agung.
Latihan ini harus dipraktekkan, bukan sekarang saja
tetapi diberbagai tahapan perjalanan sampai anda memperoleh
penerangan jiwa.
Subject: [dzikrullah] PATRAP (DZIKIR) ... 7/9
Date: Wed, 13 Sep 2000 00:42:23 -0000
From: "sangkan " <patrap1@yahoo.com>
|