|
13. ORANG-ORANG IBRANI HUTAN ASIR
Istilah 'Ibrani' ('bry,
jamaknya adalah 'brym,
'bryym, bentuk femininnya
adalah 'bryt) muncul tujuh kali
dalam Kitab Bibel Ibrani dan tiga kali dalam kitab-kitab
Nasrani (Perbuatan-perbuatan 6:1; Orang-orang Korintia II
11:22; Orang-orang Philipi 3:5). Dalam teks-teks Nasrani
tersebut kata ini digunakan untuk membedakan umat Kristen
yang secara kesukuan adalah Yahudi dengan yang lain,
terutama umat 'Hellenis' (Perbuatan-perbuatan 6:1). Dalam
teks-teks Ibrani penggunaannya agak kurang jelas; namun
pembacaan teks-teks tersebut memberi kesan bahwa orang-orang
Israil dahulu kala mulanya dipandang sebagai suku-suku
'Ibrani'.
Apa yang dapat dikatakan mengenai orang-orang 'Ibrani'?
Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan guna menyamakan
'brym menurut Bibel dengan
ha-pi-ru dalam teks-teks
kuniform, dengan 'prm-nya
Ugarit, 'pr-nya orang Mesir dan
habiru yang tertulis dalam Surat-surat Amarna (mengenai
Surat-surat Amarna tersebut, lihat Bab
5). Orang-orang seperti ini pada umumnya dipercaya lebih
merupakan suatu golongan sosial daripada suatu kelompok
etnis yang tidak mematuhi pihak yang berwajib dan hidup di
luar hukum dan peraturan yang ada seperti halnya
bandit-bandit, prajurit-prajurit bayaran, orang-orang
gelandangan atau penjual keliling. Kalau memang kaum
ha-pi-ru ini benar-benar bangsa
'brym menurut Bibel di dalam
teks-teks kuniform, yang ditulis dalam bahasa yang masih
serumpun dengan bahasa Ibrani Bibel, mestinya mengeja nama
mereka dengan benar tanpa membuat satu atau lebih
perubahan-perubahan yang mendasar. Dari hasil penyelidikan
terhadap daftar-daftar topografis Mesir kuno juga menyalin
susunan konsonan dari nama-nama tempat Semit dengan benar,
jelas mereka tidak pernah menyalin
b sebagai
p. Maka dari itu,
'pr-nya Mesir tidak mungkin
merupakan suatu salah penterjemahan dari
'br-nya bahasa Ibrani --akar
kata asal kata 'brym.
Untuk mengetahui secara lebih mendalam siapa sebenarnya
orang-orang 'Ibrani' pada mulanya, kita dapat melihat pada
kisah tentang Ibrahim (Abraham) dalam Kejadian, yang dikenal
dengan dua nama, Abram ('brm)
sampai Kejadian 17, dan Abraham
('brhm) mulai dari Kejadian 18.
Tanpa menghiraukan apakah Abram dan Abraham (Ibrahim) adalah
orang yang sama atau bukan, kisah Kejadian ini
memperlakukannya dengan demikian. Dalam Kejadian 14:13,
Abraham, yang dipandang sebagai leluhur orang Israil dan
bangsa-bangsa serumpun lainnya, diberi nama 'Abram orang
Ibrani' ('brm h-'bry). Ia juga
dikatakan menetap 'di samping pohon-pohon ek (lebih tepat
lagi, hutan) Mamre' (b-'lny
mmr', secara harfiah 'di dalam' bukan 'di samping'
hutan Mamre). Abram yang sama ini dikatakan bertempat
tinggal 'di dalam hutan' Mamre (sama dengan di atas) dalam
13:8. Hutan Mamre muncul lagi sebagai tempat tinggal Abraham
(Ibrahim) dalam Kejadian 18:1, tepat pada waktu pergantian
namanya terjadi.
Jelas orang yang dianggap sebagai leluhur orang-orang
Israil ini, seperti digambarkan dalam Kejadian, ialah orang
'Ibrani', atau 'bry, seseorang
yang menetap di dalam hutan. Istilah
'bry itu sendiri mungkin
menunjukkan akan hal tersebut. Sampai kini dianggap sebagai
padanan kata dari kata kerja Arab
'br (diucapkan
'abara) yang berarti
'menyeberangi, melintasi',[1]
kata Ibrani 'br dalam
'bry, atau bentuk jamaknya
'brym, mungkin pula padanan
kata dari kata benda jamak gabungan Arab
gbr (diucapkan
gabar, tunggalnya
gabarah, atau
gbrhn) yang berarti 'hutan'.
Bangsa 'Ibrani' pada mulanya mungkin merupakan sebuah
masyarakat Arabia Barat yang tinggal di dalam hutan. Di
wilayah Dhahran, di ujung selatan ketinggian Asir, sampai
kini masih berdiri sebuah desa yang bernama Al al-Ghabaran
('l gbrn 'Dewa Kehutanan').
Mungkinkah dewa dengan nama ini adalah
'lhy h-'brym (Tuhan orang-orang
Ibrani, RSV) yang disamakan dengan Yahweh, Tuhan Israil di
dalam enam buah sebutan Keluaran (3:18; 5:3; 7:16; 9:1 13;
10:3)?[2]
Untuk mengetahui di mana masyarakat hutan 'Ibrani, Arabia
Barat diperkirakan berasal, kita dapat dapat mengikuti
perjalanan 'Abram orang Ibrani' itu, seperti yang dituturkan
dalam Kejadian 11:31; 13:18. Konon Abram dan rekan-rekan
sebangsanya pada mulanya berasal dari Ur Kasdim, atau
'wr ksdym. Penterjemahan Ur
Kasdim yang tradisional sebagai 'Ur orang Chaldea' yang
diperkirakan terletak di Mesopotamia, terdapat dalam
Septuaginta Yunani, dan yang demikian ini menunjukkan suatu
salah penafsiran geografis pada zaman Hellenis. Sebenarnya
kampung halaman Abram pada mulanya mestinya kini adalah
Waryah (wry, bandingkan dengan
'wr) di Wadi Adam, yang secara
Bibel dikenali berhubungan dengan Maqsud
(mqsd, bandingkan dengan
ksdym), sebuah tempat yang
masih ada di sana di wilayah yang sama. Dari sana Abram dan
rekan-rekan sebangsanya pindah ke 'Haran'
(hrn) - agaknya kini adalah
Khayran (hyrn), juga di Wadi
Adam. Di sini Abram berpisah dengan para rekannya dan
melakukan perjalanan ke arah selatan menuju daerah sekitar
'Shechem' (skm) kini al-Kashmah
(ksm) di Rijal Alma', dan di
sini ia menetapkan diri di hutan 'Moreh' --agaknya kini
Marwah (mrwh, satu di antara
dua buah pedesaan dengan nama yang sama di Asir, yang satu
lagi adalah 'Moriah', dalam Bibel, lihat Bab
12). Kemudian Abram pindah ke 'gunung' (dengan kata
lain, punggung bukit) di sebelah timur 'Bethel'
(byt 'l), kini Batilah
(btl) di Rijal Alma' (lihat
Bab 4) dan berkemah di sebelah
baratnya dan 'Ai' (h-y, kini
al-Ghayy, di wilayah yang sama, lihat Bab
7) terletak di sebelah
timurnya.[3]
Memang ada sebuah Bethel yang bernama Bayt Ula
(byt'l) di Palestina, di
wilayah al-Khalil (atau 'Hebron'). Agak jauh ke arah timur,
melewati Laut Mati, ada sebuah Ai yang bernama Khirbat 'Ayy
('y) di wilayah al-Karak. Namun
kedua wilayah tersebut saling terpisah bukan oleh sebuah
gunung, tetapi oleh sebuah lembah Laut Mati yang sangat
dalam. Mungkin karena alasan inilah para ahli Bibel belum
mengenali tempat-tempat tersebut sebagai Bethel dan Ai-nya
Abram, dan memang sepantasaya demikian. Namun perkiraan
mereka bahwa Bethel yang dibicarakan ini adalah Baytin di
Palestina, dan bahwa Ai adalah al-Tall yang terletak di
dekatnya (lihat Bab 7, Catatan 8)
samasekali tak dapat dipertahankan.
Langkah Abram selanjutnya ditujukan ke arah 'Negeb'
(h-ngb, kini al-Naqab, atau
nqb, juga di Rijal Alma'). Dari
sini ia pergi ke msyrm - bukan
'Mesir', seperti yang dikatakan oleh identifikasi
tradisional tetapi Misramah
(msrm) kini di dekat Abha, dan
di sini ia konon mendapat kesulitan dengan 'Pharaoh' -
pr'h yang nampaknya adalah dewa
lokal di sana.[4]
Setelah menetap di daerah itu, yang konon memberinya
kekayaan yang melimpah, mungkin melalui perdagangan ternak,
Abram kembali ke Rijal Alma' --pertama-tama ke 'Negeb' atau
al-Naqab; kemudian ke tempat ia berkemah dahulu antara
'Bethel', atau Batilah, dan 'Ai', atau al-Ghayy. Dari
sinilah dia akhirnya pergi untuk menetap di hutan 'Mamre'
(mmr'), di dekat 'Hebron'
(hbrwn) - kini Namirah
(mzmr) dekat Khirban
(hrbn) di daerah perbukitan
pedalaman Qunfudhah. Di daerah sekitar Namirah dan di
wilayah Qunfudhah yang sama itu di sana sampai kini masih
terdapat empat buah pedesaan yang berdekatan yang bernama
Qaryat Al Silan, Qaryat al-Shiyan, Qaryat 'Asiyah, dan
Qaryat 'Amir --yang tak diragukan lagi adalah 'Kiriath-arba
(qryt 'rb', 'desa empat' atau
'pedesaan empat', mungkin empat dewa) dan di sini istri
Abram wafat yang dikenali dalam konteks yang sama dengan
'Hebron'. Di sekitar daerah yang sama juga berdiri desa
Maqfalah (mqplh), yang sampai
kini memakai nama gua Machpelah
(mkplh) yang ia peroleh di luar
'Hebron' sebagai makam keluarganya (Kejadian 23:9f).
Begitulah ketelitian geografis kisah Kejadian tersebut.
Secara lebih umum kita dapat menambahkan bahwa nama Abram
('brm) bertahan sebagai nama
dua buah lokasi di daerah-daerah tempat ia menetap selama
sebagian besar hidupnya: desa Sha'b Baram ('lembah'
brm) di Rijal Alma'; dan Barmah
(brm) di wilayah Qunfudhah.
Jelas karir Abram berpusat di sekitar wilayah Rijal Alma'
dan daerah perbukitan di sebelah utara, di pedalaman
Qunfudhah --daerah-daerah yang terdapat hutan-hutan tanaman
jenever dan pohon saru di ketinggian yang lebih tinggi, dan
padang-padang pohon butun, akasia serta pohon-pohon hutan
lainnya pada ketinggian yang lebih rendah, diselang-selingi
oleh padang-padang rumput dan tanah-tanah subur. Secara
kebetulan, 'hutan' 'Mamre'-nya Ibrahim kini ditandai oleh
sekelompok pohon akasia dan tumbuhan tamarisk di sekitar
daerah Namirah dan Khirban, di pedalaman Qunfudhah. Yang
dibicarakan bukanlah 'pohon-pohon ek' (seperti dalam
terjemahan-terjemahan Bibel lama) maupun 'pohon-pohon butun'
(seperti dalam terjemahan-terjemahan yang lebih baru). Akan
tetapi Misramah, tempat Ibrahim menetap untuk beberapa
waktu, tak diragukan lagi adalah sebuah kota pasar yang
penting, seperti kota-kota tetangganya, yaitu Abha dan
Khamis Mushait yang mestinya merupakan kota-kota pasar yang
penting pula sesudah zaman Abraham. Dataran tinggi di sana
ditanami secara intensif dan terletak di sebuah persimpangan
jalur niaga yang penting. Konon Abram pergi ke sana sewaktu
'terjadi kelaparan di tanah itu', yang mungkin disebabkan
oleh belalang-belalang, karena sampai baru-baru ini
wadi-wadi di sisi maritim Asir penuh dengan hama yang rakus
tersebut.
Apakah semua orang Israil pada mulanya merupakan
orang-orang 'Ibrani', atau masyarakat kesukuan dari
hutan-hutan Asir? Kemungkinan besar tidak. Di antara
keduabelas 'putra-putra' Israil yang dianggap sebagai
leluhur keduabelas suku Israil (kalau memang benar ada
duabelas), hanya Yusuf yang dengan jelas dibicarakan dalam
Kejadian sebagai orang 'Ibrani'- seorang
'ys 'bry, atau 'pria Ibrani';
seorang 'bd 'bry, atau 'pelayan
Ibrani, budak'; seorang n'r
'bry, atau 'anak Ibrani' (Kejadian 39:14, 17: 4l:12).
Di antara saudara-saudara laki-lakinya tidak ada yang
dikhususkan sebagai orang Ibrani, walaupun secara bersama
mereka disebut sebagai orang-orang Ibrani (contohnya 43:32).
Yusuf konon dijual sebagai budak di 'Mesir'
(msrym) --mungkin Misramah
dekat Abha, atau Masr (msr, tunggal dari
msrym), di Wadi Bishah. Sebelum
itu ia tinggal di 'Hebron' yang telah dikenali sebagai
Khirban di wilayah Qunfudhah, sedangkan 'saudara-saudara
laki-laki'nya menggembala ternak mereka dekat 'Shechem',
atau al-Kashmah (lihat di atas), di Rijal Alma' (Kejadian
37:13-14). Diperintahkan untuk memanggil saudara-saudaranya
di 'Shechem' dan gagal mengejar mereka, Yusuf mengikuti
mereka ke 'Dothan' (dieja dtyn
dan dtn, Kejadian 37:17)
--mungkin Dathanah (dtn) di
sekitar daerah Jabal Faifa, di daerah pedalaman Jizan yang
bergunung-gunung.[5]
Di kaki Jabal Faifa terbentang barisan pegunungan yang
menghubungkan wilayah pantai Jizan dengan pedalaman Asir.
Ini menjelaskan mengapa orang-orang kafilah lewat dekat
'Dothan' dalam perjalanan mereka menuju Misramah atau ke
Masr, dan mengambil Yusuf dari 'saudara-saudara
laki-laki'nya dan membawanya bersama mereka untuk dijual
sebagai budak di sana. Kemudian 'saudara-saudara laki-laki'
Yusuf (dan juga 'ayah'nya) menyusulnya ke Misramah atau Masr
guna menghindari kelaparan yang terjadi di tanah asal
mereka, seperti yang dilakukan oleh leluhurnya, Abram,
beberapa waktu sebelumya.
Keunggulan unsur ke'Ibrani'an di antara orang-orang
Israil ditunjukkan oleh peranan kuat yang diberikan pada
Yusuf di antara 'saudara-saudara laki-laki'nya setelah
mereka semua pindah ke wilayah Misramah atau Masr (mungkin
Masr, karena ungkapan Ibrani 'rs
msrym paling tepat diterjemahkan sebagai 'tanah
orang-orang msr', kata msry, yang jamaknya adalah
msrym, adalah genitif
msr). Setelah mereka menetap di
sana, semua 'saudara-saudara laki-laki' Israil itu dan para
keturunan mereka kemudian dikenal sebagai orang-orang Ibrani
(Kejadian 43:32; Keluaran 1:15f, 19; 2:6, 7, 11, 13; 21:2),
dan Tuhan Yahweh mereka dipandang sebagai 'Tuhan orang-orang
Ibrani', seperti yang telah dikatakan. Namun setelah
timbulnya orang-orang Israil sebagai suatu masyarakat
politik, istilah 'Ibrani' hanya kadang-kadang saja digunakan
untuk menunjuk kepada mereka, selalu untuk membedakan mereka
secara kesukuan dari bangsa-bangsa lain yang hidup di antara
mereka (Samuel I 4:6, 9; 13:3, 19; 14:11; Yunus 1:6).
Akhirnya, bahasa yang kemudian dikenal sebagai bahasa
'Ibrani' jelas bukanlah bahasa orang-orang 'Ibrani' atau
bahasa suku-suku Israil itu sendiri. Pada zamannya, bahasa
ini dipergunakan secara luas tidak hanya di Arabia Barat
saja, tetapi juga di tempat- tempat lain. Akan tetapi
orang-orang Israil di Arabia Barat lah, yang mengaku
sama-sama mempunyai leluhur orang 'Ibrani', yang
mengabadikan bahasa tersebut dalam karya-karya tulisan
mereka yang menakjubkan Kitab Bibel Ibrani, yang geografinya
merupakan pokok bahasan studi ini. Adakah nama yang lebih
baik untuk bahasa ini, yang pada dasarnya ekspresif tetapi
diperkaya dan diubah menjadi suatu alat yang mengandung
ide-ide abadi oleh para genius bangsa yang agung, yang dapat
diberikan padanya?
|