Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

4. MENCARI GERAR (2/2)

Seperti yang telah saya sebutkan, kata Ibrani b'r sb' mungkin berarti 'Sumur Kelimpahan',[4]· tetapi dapat juga dengan salah diartikan sebagai 'Sumur Tujuh'. Dalam laporannya mengenai perjalanan balik jenderal Rumawi, Aelius Gallus, dari ekspedisinya ke Arabia pada tahun 245 S.M., Strabo (16:4:24) secara rinci menggambarkan tahap-tahap yang diambil oleh Gallus sewaktu ia keluar dari 'Negrana' (Najran) untuk mencapai pelabuhan 'Negra' (Nujayrah dekat bandar Umm Lajj masa ini) di Laut Merah. Di sana, pasukan-pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal Y.; g membawa mereka kembali ke Mesir. Strabo melaporkan bahwa sebelas hari setelah meninggalkan Najran, Gallus sampai pada sebuah tempat yang bernama 'Tujuh Sumur,' jelas suatu upaya untuk menterjemahkan b'r sb' atau b'r sb'h. Dalam mempelajari teks-teks Strabo yang berkenaan dengan eksplorasi Arabia yang dilakukannya, H.St.J.B. Philby (Arabian Highlands, Ithaca, N.Y., 1952, hal. 257; selanjutnya disebut Philby) menafsirkan bahwa 'Tujuh Sumur' itu mestinya adalah Khamis Mushait yang terletak sejauh 260 kilometer dari Najran. Philby mengamati adanya desa Shaba'ah di antara pedusunan di hilir Khamis Mushait, di daerah 'yang sebagian mendapat pengairan dari luapan air sungai, dan sebagian lagi dari sumur-sumur yang kebanyakan bermulut lebar...' (hal. 132). Namun, yang luput dari pengamatannya ialah bahwa nama Shaba'ah merupakan sb'h di dalam Bibel, yang dikenali dalam Kejadian 26 sebagai tempat yang sama dengan b'r sb'. Dugaannya ialah bahwa Khamis Mushait itu sendiri pernah bernama 'Bir saba'' (hal. 257).

Menurut Strabo, Gallus memerlukan waktu 40 hari untuk menyelesaikan perjalanan dari 'Tujuh Sumur' ke 'Negra', yang ia lukiskan terletak dengan laut; jalan yang ia ambil melewati 'Chaalla' dan 'Malothas', yang terakhir ini terletak di sebuah 'sungai'. Tanpa mempertimbangkan kenyataan bahwa 'Negra' hanya dapat terletak di sepanjang pesisir Laut Merah, mengingat bahwa pasukan-pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal mereka di sana, Philby sementara mengenalinya dengan daerah pedalaman di Mada'in Salih di sebelah utara Medinah, dan melakukan identifikasi yang tidak tepat terhadap 'Chaalla' dan 'Malothas'. Ia menduga 'Chaalla' adalah Qal'at Bishah, di Wadi Bishah, dan menduga 'Malothas' adalah Turabath atau Khurma, di pedalaman Hijaz (hal. 257). Sebenarnya, jalan dari Khamis Mushait menuju ke pesisir mengikuti aliran 'sungai, Wadi al-Dila', di daerah Rijal Alma', dan dua buah pedesaan bernama Qal'ah (Chaalla) dan Maladah (Malothas) masih terdapat di sana. Jalan ini kemudian menuruni bukit menuju Darb; dan di sana menyambung dengan sebuah jalan lagi yang menuju ke utara melewati gurun pasir pesisir Arabia Barat sejauh Umm Lajj dan Nujayrah (Negra). Inilah yang persis dikatakan oleh Strabo: 'Jalannya (Aelius) dari sini melewati padang pasir, yang hanya terdapat beberapa tempat pengambilan air'. Sepanjang jalan yang disebutkan tadi, jarak total dari wilayah Khamis Mushait sampai pada Umm Lajj atau Nuiayrah kira-kira adalah 1.100 kilometer, yang dapat dengan mudah ditempuh dalam waktu 40 hari berjalan kaki.

Pendeknya, bangsa 'Kusy' (yang pasti mereka dalam Tawarikh II 14) bukanlah orang-orang 'Etiopia,' melainkan orang-orang suku daerah sekitar Kuthah (dengan kata lain, orang-orang dataran tinggi Khamis Mushait), di ketinggian Wadi Bishah, tidak jauh di hulu Shaba'ah, kota dalam Bibel b'r sb' atau Beersheba. 'Yudah' yang mereka jajah, seperti yang akan kita saksikan pada Bab 8, meliputi lereng-lereng sebelah barat Asir. Sewaktu mereka menuju 'Yudah' ini, Zerah dari Kuthah mencapai 'Mareshah' atau mrsh yang kini merupakan satu di antara dua buah desa: Mashar (msr) atau Mashari (msr), di pedalaman Qunfudhah. Di daerah yang sama terdapat lembah Wadi Hali, dan di sana sedikitnya terdapat sebuah desa yang bernama Sifah (dengan akhiran feminin, spt), sebuah kamus ilmu bumi menyebutkan dua buah pedesaan, mungkin secara tidak disengaja. Maka dari itu, 'lembah Zephathah, yang ada dalam Bibel (gy' spth), merupakan referensi kepada aliran utama Wadi Hali, atau kepada anak lembah ini tempat dua buah Sifah kini berada. Zerah harus menyeberangi tebing utama Asir dari Wadi Bishah guna mencapai Mashar (atau Mashari) dan wadi Hali di pedalaman Qunfudhah. Setelah menderita kekalahan di sana, ia mundur menyeberangi tebing curam itu menuju ke Wadi Bishah, dikejar oleh Raja Asa dan pasukannya: mereka melakukan perampokan terhadap kota Gerar dan daerah sekitarnya yang makmur itu.

Menurut Kejadian 20, seperti yang telah diketahui, Gerar terletak antara Kadesh dan Shur. Gerar ini (yang tampaknya sama dengan Gerar yang tertera di dalam Kejadian 26 dan Tawarikh II 14) mestinya dahulu adalah Qararah, bukan Ghurayrah, di daerah sekitar Khamis Mushait, karena Qararah ini sebenarnya terletak di jalan utama antara Kadas (kds, bandingkan dengan kata Ibrani qds), di Rijal Alma', dan Al Abu Thawr (twr, bandingkan dengan kata Ibrani sur), di Wadi Bishah. Di sini tidak ada kebingungan mengenai koordinat, atau setidaknya kesulitan dalam mengenali Kadesh dan Shur dengan nama mereka masing-masing. Tentunya, seseorang tidak harus terpaksa menduga-duga atau memaksakan sebuah penafsiran atas penemuan-penemuan arkeologi yang belum mencukupi dalam usahanya untuk membuktikan sesuatu. Lebih lagi, baik dalam Kejadian 20 maupun 26, seorang 'raja' Gerar disebut sebagai bernama Abimelech ('by mlk), yang dilukiskan dalam Kejadian 26 sebagai seorang raja dari orang-orang 'Filistin' (plstym, tunggal plsty, bentuk genitif dari plst). Di sini ada dua pengamatan yang perlu dilakukan. Pertama, seluruh daerah yang terletak di atas pembagi perairan di sebelah barat laut Khamis Mushait, termasuk daerah Wadi Bishah tempat Qararah terletak, memakai nama kesukuan Bani Malik (mlk). Begitu pula halnya dengan sebuah desa di daerah yang sama. Ini dapat berarti bahwa 'Abimelech' (secara harfiahnya 'Ayah dari Malik') dalam Kejadian 20 dan 26 belum tentu merupakan namanya, tetapi mungkin adalah sebuah referensi terhadap serangkaian kepala-kepala suku Malik di daerah itu, yang juga merupakan 'raja-raja' Qararah. Mengingat akan celah-celah generasi antara kisah-kisah yang diceritakan dalam Kejadian 20 dan 26, 'Abimelech' dalam kedua kisah itu agaknya tidak mungkin orang yang sama. Pengamatan saya yang kedua ialah mengenai Gerar (atau Qararah) dan bangsa Filistin (lihat Bab 14). Di utara Qararah, di lembah sungai Wadi Bishah, masih ada sebuah desa yang bernama Falsah (plst), yang jika memang demikian, penduduknya tentunya disebut plstym dalam bahasa Ibrani. Desa Falsah ini mudah saja merupakan bagian wilayah Qararah pada suatu waktu, yang dapat menjelaskan mengapa nama-nama 'Abimelech' yang tertera dalam Kejadian digambarkan sebagai 'raja-raja' Gerar dan juga sebagai raja-raja bangsa 'Filistin.'

Berpaling pada Kejadian 10, kita dapat melihat bahwa koordinat-koordinat yang diberikan untuk Gerar di sana sama sekali berbeda dengan koordinat-koordinat untuk Gerar dalam Kejadian 20, Kejadian 26 dan Tawarikh II 14. Di sini Gerar disebutkan scarah dengan salah satu perbatasan tanah bangsa Kanaan atau kn'ny, membentang dari sydn sampai pada 'zh, sedangkan sebuah perbatasan lagi yang juga bertolak dari sydn, dan membentang ke arah sdm (Sodom), 'mrh (Gomorrah), 'dmh (Admah) dan sbym (Zeboiim) sampai pada ls' (Lasha).

Sydn yang dimaksud di sini jelas bukan bandar Sidon, Libanon (sekarang Sayda, atau syd' di Libanon). Dari keempat Sidon yang bernama Zaydan atau Al Zaydan (zydn) yang masih ada sampai saat ini di berbagai daerah Asir yang tertera dalam Kejadian 10 mestinya Al Zaydan, di ketinggian Jabal Shahdan - sebuah puncak Jabal Bani Malik, di pedalaman Jizan yang menguasai sebuah jalan gunung yang strategis di sepanjang perbatasan antara daerah Jizan dan Yaman. Dari Al Zaydan ini, perbatasan kedua tanah Kanaan yang disebut dalam Kejadian 10 membentang ke barat ke arah pesisir Laut Merah berakhir di deretan pedesaan terakhir di tepi gurun pasir pesisir, antar Wadi Sabya dan daerah Bahr di sebelah utara Wadi 'Itwad. Seperti yang akan kita lihat pada Bab 7, nama suatu kota yang hilang, yaitu Sodom (sdm), masih ada sampai kini sebagai Wadi Damis (dms), sebuah cabang Wadi Sabya, yang mengalir tepat di sebelah utara gunung berapi kembar Jabal 'Akwah, dan masih terletak di dalam ladang lahar itu. Gomorrah ('mrh) mungkin merupakan sebuah kota yang hilang di Wadi Damis yang terkubur, seperti halnya Sodom, di bawah lahar yang disemburkan oleh gunung berapi setempat, atau mungkin Ghamr (gmr) masa ini, yang terletak di lerengan Jabal Harub, di atas Wadi Damis. Saling berhadapan, masing-masing di tepian yang berbeda dari aliran utama Wadi Sabya, kota kembar Sabya (sby', dalam bahasa Ibrani sby, 'gazelle,' dengan kata sandang tertentu yang berakhiran) dan al-Zabyah (zby, bentuk Arab dari kata yang sama dengan kata sandang tertentu yang berawalan) mestinya kota Zeboiim menurut Bibel (sbym, bentuk ganda atau jamak dari sby) jauh di sebelah utaranya adalah Lasha (ls') di lembah sungai Wadi Bishah, yang namanya telah diubah dalam bentuk Arab masa ini, yaitu al-'Ashshah ('l-'s, dengan l yang diucapkan sebagai kata sandang tertentu Arab). Lebih jauh lagi di utara, Admah ('dmh) terletak di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Bahr, dan namanya masih bertahan sebagai al-Dumah dengan akhiran feminin (dmh, dengan hamzah pertama pada bentuk asli nama itu dibuang, seperti yang biasanya dilakukan).

Kalau perbatasan tanah Kanaan kedua, seperti yang digambarkan dalam Kejadian 10, membentang dari Al Zaydan sampai ke gurun pasir pesisir Laut Merah di sebelah barat, perbatasan yang pertama membentang ke utara, mengikuti garis pembagi perairan, dan sampai pada 'zh -- bukan 'Gaza' tetapi Al 'Azzah ('zh). Ini merupakan sebuah dusun indah yang bertengger terasing di puncak sebuah punggung bukit di daerah Ballahmar di Sarat, di selatan Nimas. Sesungguhnya, di Asir ada sejumlah tempat lain yang memakai nama yang sama, tetapi hanya ada satu di pesisir Palestina, yaitu Gaza, atau gzh.

Ini membawa kita pada permasalahan Gerar (grr) dalam Kejadian 10, yang disebutkan di sana untuk menunjukkan arah terbentangnya perbatasan Kanaan dari sydn ke 'zh. Gerar pertama yang kita jumpai di sana ialah Ghurar (grr), di Jabal Bani Malik. Yang kedua, lebih jauh di utara, ialah al-Jarar (grr), di Jabal Harub. Yang ketiga, masih lebih jauh lagi di utara, ialah Ghirar (grr) di seberang Wadi 'Itwad, di Rijal Alma'. Yang keempat, masih lebih jauh lagi di utara dan lebih dekat pada Al 'Azzah, ialah al Qararah (qrr), yang terletak di sepanjang puncak Sarat di daerah sekitar Tanumah. Meskipun tidak ada Gerar di Libanon ataupun di Palestina, antara Sidon dan Gaza, atau melewati Gaza dari Sidon, terdapat tidak kurang dari empat buah Gerar di dataran tinggi Asir, antara Al Zaydan dengan Al 'Azzah, yang membuat kita bertanya-tanya yang mana di antara mereka adalah Gerar sebenarnya yang dimaksudkan itu, dan Gerar yang mana yang terletak di sepanjang perbatasan Kanaan itu.

Mengingat yang tertera di atas, tanah bangsa Kanaan dalam Bibel di Arabia Barat mestinya meliputi lereng-lereng pesisir Asir dari daerah sekitar wilayah Ballahmar di utara sampai pada sebagian wilayah Jizan di Selatan. Di sini kita menjumpai dua buah pedusunan yang bernama Qina' (qn', bandingkan dengan kn', asal kata kn'n) di Majaridah bagian utara, wilayah Ballahmar, yang terdapat pula sebuah dusun yang bernama 'Azzah. Di samping itu, ada sebuah desa yang bernama Al-Qina'; yang satu disebut Dhi al-Qina', dan satu lagi bernama al-Qana'at (qn't, bentuk jamak feminin dari qnn'). Dua desa yang bernama Qan'ah (qn't, bentuk jamak feminin qn') terletak di wilayah Jizan, belum lagi tiga buah nama tempat dengan akar kata yang sama di bagian-bagian lain Asir dan Hijaz bagian selatan. Yang terakhir adalah sebuah desa yang bernama Al Kun'an ('l kn'n, secara harfiahnya berarti 'dewa Kanaan') di Wadi Bishah, di seberang pembagi perairan dari wilayah Majaridah. Pendeknya, bukti toponimis mengenai penempatan bangsa Kanaan (yang berbeda dengan bangsa Kanaan di Suria) di Arabia Barat menghendaki agar kita mempertimbangkan kembali dengan cermat prasangka-prasangka yang umumnya dipegang mengenai masalah ini (lihat Bab 14 dan 15; mengenai bangsa Kanaan Suria, lihat Bab 1).

Yang jelas terlihat adalah bahwa Gerar dalam Kejadian 10 tidak mungkin sama dengan Gerar yang tertera dalam Kejadian 20, Kejadian 26 ataupun dalam Tawarikh II 14. Inilah sebabnya mengapa hanya Kejadian 10 saja yang menyebutkan grr berhubungan dengan 'zh -- Al 'Azzah di wilayah Ballahmar, dan bukan 'Azzah di wilayah Majaridah ataupun 'Azzah lainnya yang terletak lebih jauh di utara di Wadi Adam (lihat Bab 14). Sedangkan Gedor (gdr) dalam Tawarikh I 4:39f, namanya jelas bukan merupakan suatu kesalahan dalam membaca Gerar (grr). Terletak di wilayah selatan Simeon (lihat Lampiran), mestinya Gedor merupakan apa yang kini adalah desa Ghadr (gdr) di pedalaman Jizan, walaupun masih ada beberapa kemungkinan lain.

Mengingat akan semua ini, lokasi 'rs h-nqb menurut Bibel antara Kadesh dan Shur, yang disebut dalam Kejadian 20 berhubungan dengan Gerar, hanya dapat berarti wilayah sekitar al-Naqb (nqb, dengan kata sandang tertentu Arab), di Rijal Alma', jauh di seberang pembagi perairan dari Qararah.

Seharusnya sampai di sini duduk perkaranya sudah jelas: tidak ada tempat yang bernama Gerar di dekat Gaza, di Palestina. Namun di antara sejumlah tempat yang dijumpai di Asir, sebuah, yaitu al-Qararah ialah Gerar yang disebutkan dalam Kejadian 20, 26 dan Tawarikh II 15, dan yang satu lagi (salah satu dari empat buah tempat yang bernama Ghurar, al-Jarar, Ghirar atau al-Qararah) ialah Gerar dalam Kejadian 10 (lihat Peta 7). Akhirnya, perlu dicatat bahwa pengenalan terhadap Gerar yang pertama dengan menggunakan bukti-bukti toponimis dan Bibel berjalan sejajar dengan pengenalan terhadap Kusy, Filistin, Beersheba, Esek, Sitnah, Rehoboth, Kadesh, Shur, Mareshah, Zepathah dan Nageb di sekitar daerah yang sama, antara wilayah Khamis Mushait dan bagian-bagian Asir di seberang pembagi perairan ke arah barat. Pengenalan terhadap Gerar yang kedua berjalan sejajar dengan pengenalan atas kota-kota dalam Bibel Sodom, Gomorrah, Admah, Zeboiim, dan Lasha di satu arah, dan dua buah tempat yang sampai kini diperkirakan sebagai 'Sidon' dan 'Gaza' di arah yang lain. Di samping itu, perlu dicatat pula mengenai adanya bukti-bukti untuk mengenali Kanaan menurut Bibel di lereng-lereng maritim Asir, antara daerah-daerah Majaridah dan Jizan. Para arkeolog belum menggali daerah-daerah tersebut, ataupun daerah-daerah lain di Asir; jika mereka melakukannya, mereka akan menemukan banyak hal yang menakjubkan. Sebagaimana dikatakan Gerald de Gaury, salah seorang Inggris-Arab yang terakhir (Arabia Phoenix ... London, 1964, halaman 119):

Di lembah-lembah Asir, Yaman, dan Hijaz, terdapat reruntukan-reruntukan yang pada suatu hari akan mengungkapkan kepada para sejarawan dan kepada dunia lebih banyak mengenai negeri-negeri tua ... dan ... kerajaan-kerajaan Arabia yang lebih awal, dan akan menunjukkan dengan jelas arti-arti yang terkandung dalam kitab-kitab Bibel yang lebih awal serta mengenai kiasan-kiasan bersejarah dalam Qur'an. Siapa yang mengetahui akan adanya harta karun yang terpendam di antara kekusutan puing-puing Asir?

Yang akan menyusul adalah sebuah upaya yang sederhana guna menggali beberapa di antaranya.

(sebelum, sesudah)


  Mencari Asal-usul Kitab Suci
  (The Bible Came from Arabia)
  Kamal Salibi
  Penerbit Pustaka Litera AntarNusa
  Jln. Arzimar III, Blok B No.7, Tel.(0251) 329026
  Bogor 16152
 
Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team