|
10. ISRAIL DAN SAMARIA
Kalau Yudah atau yhwdh,
benar-benar adalah tanah yang mengandung jurang-jurang di
sepanjang sisi maritim Hijaz selatan dan Asir, maka Israil
(ysr'l) tentu mulanya adalah
tanah di dataran yang lebih tinggi pada daerah yang sama.
Sudah banyak yang ditulis orang mengenai etimologi
ysr'l, atau 'Israil' namun
hasilnya lebih banyak membingungkan daripada menjelaskan.
Gagasan dalam Kejadian 32:28 bahwa kata itu berarti 'dia
bergumul melawan Tuhan', atau 'Tuhan berjuang'
(ysrh 'l), adalah etimologi
rakyat yang khas. Bahwa nama itu merupakan kependekan
ysrh 'l sudah jelas; tetapi di
sini ysrh bukanlah bentuk
imperfek srh dalam pengertian
bahasa Ibrani 'bergumul, berkelahi' yang telah disahkan,
tetapi merupakan kata benda kuno dari kata kerja yang sama
dalam pengertian kata Arab srw
atau sry (disuarakan sara),
'tinggi, ditinggikan, diletakkan tinggi-tinggi,. Maka nama
itu, yang berarti 'ketinggian Tuhan', berhubungan langsung
dengan Sarat (bentuk jamak gabungan
srw atau
sry, disuarakan saru atau sari,
('ketinggian gunung'), yang sampai kini masih bertahan
sebagai nama daratan tinggi Arabia Barat, terutama di tempat
yang kini adalah Asir (lihat Bab
3).
Sebagai ungkapan yang berarti 'ketinggian Tuhan', nama
ysr'l atau 'Israil', mestinya
merupakan nama geografis sebelum kata tersebut menjadi nama
sebuah bangsa, dan akhirnya menjadi nama sebuah kerajaan
Arabia Barat yang berbeda dengan kerajaan dengan nama yang
sama di Yudah.[1]
Sebenarnya ysrh 'l yang
sebagian besar ada dalam pelbagai varian dari bentuk
'l ysrh yang terbalik, 'dewa
ketinggian', masih bertahan sebagai nama tempat, tidak hanya
di Asir tetapi di pelbagai tempat di Hijaz. Inilah
daftarnya:
- Al-Yasr (l-ysr) di
distrik Muhayil.
- Al-Yasra ('l-ysr) di
wilayah Nimas.
- Al-Yasra (juga l-ysr) di
wilayah Taif.
- Yasrah (ysrh) di daerah
sekitar Abha.
- Al Yasir ('l ysr) di
daerah sekitar Tanumah.
- Al-Yasirah ('l-ysrh) di
wilayah Madinah (al-Madinah) sebagai nama dua buah
pedesaan.
- Yasir (ysr) di wilayah
Mekah.
- Al Yasir ('l ysr) di
wilayah Qunfudhah.
- Al Sirah ('lsrh,
mempertahankan bentuk Ibrani dari asal katanya) di
wilayah Abha.
- Al-Saryah ('l-sry) di
Khamis Mushait, di sebelah timur Abha
- Abu Saryah ('b sry) di
wilayah Taif.
- Al-Sari ('l-sry),
lokasinya belum dipastikan/ditentukan.
Nama-nama yang lain yang berasal dari
srw sebagai bentuk
sry, dapat ditambahkan pada
daftar di atas dalam pengertian yang hampir sama persis
dengan kata Ibrani ysr'l
(dengan 'l-nya yang berakhiran)
dapat diwakili oleh Suraywil
(srywyl tampaknya sebuah
pengubahan dari sry 'l), nama
sebuah desa Arab di Najd (Nagd) yang pernah menjadi bagian
wilayah Yamamah.[2]
'Bani Israil' menurut Bibel (bny
ysr'l) mestinya pada mulanya merupakan sebuah
konfederasi suku-suku di dataran tinggi Arabia Barat. Konon,
suku-suku ini berjumlah duabelas buah: Reuben
(r'bwn), Simeon
(sm'wn), Levi
(lwy), Yudah
(yhwdh), Gad
(gd), Asher
('sr), Issachar
(ysskr), Zebulun
(zblwn, pada hakekatnya adalah
zbl), Dan
(dn), Naphtali
(nptly), Yosef
(ywsp) dan Benyamin
(bn ymyn, pada hakekatnya
ymyn). Dua nama di antaranya
terdapat dalam bentuk Arab yang dapat dikenali, menandakan
dua buah suku Arabia Barat kuno yang bernama Lu'ayy
(l'y, bandingkan dengan
lwy, atau Levi) dan Yashkur
(yskr, bandingkan dengan
ysskr, atau Issachar). Sepuluh
suku lainnya masih dapat dikenali sebagai nama-nama suku
Arabia bagian selatan yang sampai kini masih bertahan.
Mereka adalah: Rawabin (rwbn,
atau Reuben); Sama'inah (sm'n,
atau Simeon);[3]
Wahadin (tunggalnya adalah Wahadi, atau
whd, yaitu Yudah); Zabbalah
atau Zubalah (keduanya zbl,
yaitu Zebulun); Duwaniyah, Danaywi atau Dandan (ketiganya
pada hakekatnya dn, yaitu Dan);
Falatin (pltn, yaitu Naphtali);
Judan (tunggalnya Judi), Judah, Judi atau Jadi (keempatnya
gd, yaitu Gad); Dhawi Shari
(orang-orang Shari, atau sr;
yaitu Asher); Banu Yusuf (ysp,
yaitu Yusuf); Yamna, Yamanah atau Yamani (ketiganya
ymn, yaitu Benyamin).
Selain itu, di antara keduabelas suku Israil tersebut
suku Yusuf (Yoseph) konon mempunyai dua cabang: (Ephraim
('prym) dan Manasseh
(mnsh). Anehnya kini suku
Arabia Barat Banu Yusuf sebenarnya bernama 'dua cabang
(ranting)' (bahasa Arabnya al-Far'ayn). Nama kesukuan
Ephraim bertahan di Arabia Barat sebagai Firan
(prn) dan Manasseh sebagai
Mansi (mns). Bukti onomastik
yang lebih mendetil berkenaan dengan asal mula keduabelas
suku itu di Arabia Barat disajikan pada lampiran.
Bibel Ibrani mengatakan bahwa keduabelas suku ini
akhirnya menetap di Yudah, di sisi maritim Asir geografis,
dan pada akhir abad kesebelas dan permulaan abad kesepuluh
S.M., mereka telah mendirikan sebuah kerajaan di daerah itu.
Situasi politik dan ekonomi pada waktu itu sangat mendukung
timbulnya kerajaan semacam itu di Arabia Barat. Setelah
sekitar tahun 1200 terjadilah sebuah penurunan pada jumlah
pendudukan kerajaan di Arabia dari arah Mesopotamia, Suria
utara dan Mesir, yang menyebabkan timbulnya negara-negara
bagian di jazirah Arabia itu. Suatu waktu antara tahun 1300
dan 100 S.M., terjadilah pula suatu peningkatan yang drastis
atas perdagangan dengan kafilah di Arabia, yang tampak
dengan adanya gejala diperkenalkannya secara besar-besaran
unta untuk mengganti keledai sebagai binatang beban. Tetapi
kerajaan 'seluruh Israil' (lihat Bab
9) tidak sanggup mempertahankan persatuan poliliknya
untuk lebih lama lagi. Sampai pada akhir abad ke sepuluh
S.M., wilayah kekuasaannya telah berada di bawah pimpinan
sederetan raja-raja saingan: yaitu raja-raja 'Yudah', dengan
ibukota mereka di Al Sharim (yang dianggap sebagai lokasi
'Yerusalem' menurut Bibel), dan raja-raja (Israil).
Usaha-usaha baru untuk memperebutkan kekuasaan atas Arabia
Barat, pertama kali oleh Mesir, kemudian oleh Mesopotamia,
sudah pasti mengambil peranan penting dalam menimbulkan dan
mengabadikan perpecahan ini (lihat Bab
1).
Ahli-ahli Bibel yang berpikir dalam konteks Palestina,
secara tradisional mengatakan bahwa mereka kerajaan-kerajaan
yang bersaingan yaitu 'Yudah' dan 'Israil', masing-masing
terletak di selatan dan utara, dan yang terakhir
diperkirakan berpusat di sekitar kota Nablus di Palestina.
Sebenarnya, seperti yang akan kita lihat nanti, di Arabia
Barat pusat kekuatan 'Israil' memang terletak di sebelah
utara 'Judah'. Akan tetapi wilayah-wilayah mereka bukanlah
wilayah-wilayah yang mempunyai batas-batas yang jelas di
antara keduanya. Melainkan mereka terpisah melalui suatu
perbedaan politik dalam wilayah yang sama, berdasarkan
kesetiaan-kesetiaan yang bersaingan yang diperdalam oleh
perpecahan keagamaan. Raja-raja 'Yudah' dan 'Israil',
tampaknya menguasai kota-kota dan pedesaan pada
wilayah-wilayah yang sama, terkadang letaknya saling
berdekatan. Di wilayah-wilayah tengah Yudah, yaitu di daerah
pedalaman Qunfudhah sudah jelas begini keadaannya. Lebih
jauh ke utara di wilayah Lith dan Taif begitu pula
keadaannya (lihat di bawah).
Orang pertama yang menetapkan dirinya sebagai raja
'Israil' setelah wafatnya Sulaiman, adalah 'Yeroboam putra
Nebat' yang digambarkan sebagai seorang
'prty mn h-srdh, yang secara
tradisional di anggap berarti 'seorang Ephraim dari Zaredah'
(Raja-raja I 11:26). Begitu pula Daud, pendiri dinasti itu,
yang terus menguasai 'Yudah', juga digambarkan sebagai putra
seorang 'prty dari 'Bethlehem'.
Bahwasanya 'prty itu bukan
berarti 'orang Ephraim' itu sudah jelas; seorang 'Ephraim'
dalam bahasa Ibraninya adalah
'prymy, dari kata
'prym (bentuk ganda
'pr), kini Wafrayn
(wpryn, bentuk ganda
wpr) di Bani Shahr. Sebenarnya
'prth (yang bentuk genitifnya
adalah 'prty) kini masih
bertahan sebagai nama desa Firt
(prt), di Wadi Adam, di wilayah
Lith. Bethlehem, seperti yang telah dikatakan, adalah sebuah
desa lain di Wadi Adam itu pula, yang kini adalah Umm Lahm
(dihubungkan dengan 'prth, juga
dalam Mikha 5:2; Rut 1:2; 4:11). 'Zaredah', kota asal
Yeroboam di daerah sekitar Firt, kini adalah al-Sadrah
(sdrh, dengan kata sandang
tertentu seperti dalam bahasa Ibraninya), juga di wilayah
Lith. Pertengkaran antara Yeroboam dan keluarga kerajaan
Daud tidak diragukan lagi berasal dari kecemburuan yang
telah lama ada antara keluarga-keluarga kepala Firt di Wadi
Adam yang bersaingan, yang kemudian dilakukan dalam skala
politik yang lebih besar.
Yeroboam memulai karir politiknya dengan bertugas di
bawah Salomo dan kemudian memberontak sebelum dipaksa lari
ke Mesir, tempat ia mencari perlindungan di bawah Raja
Sheshonk I (lihat Bab 11).
Setelah wafatnya Sulaiman, ia kembali ke Yudah untuk
menantang pengganti Sulaiman, yaitu Rehoboam, anaknya dan
menetapkan diri sebagai saingan raja 'Israil' (lihat
Raja-raja I 11:26; 12:30). Setelah mengangkat dirinya
sebagai raja, Yeroboam mendirikan Schechem
(skm) di daerah perbukitan
Ephraim ('prym) dan menetap di
sana (Raja-raja I 12:25). Mengingat bahwa 'Ephraim' menurut
Bibel, seperti yang telah dibahas tadi kini adalah Wafrayn,
di distrik Bani Shahr pedalaman Qunfudhah, kota 'sechem'
yang ia dirikan dan dijadikan ibukota (Sechem-sechem menurut
Bibel) mungkin kini adalah kota Suqamah
(sqm), di Wadi Suqamah
(sqm), di Wadi Suqamah di barat
daya lerengan wilayah Zahran dan tidak jauh di utara dari
Bani Shahr. Tetapi kemungkinan besar 'Shechem' itu adalah
al-Qasim (qsm) di pedalaman
Qunfudhah.
Tidak lama setelah itu, Yeroboam kemudian 'memperkuat'
kota 'Penuel' (pnw'l) seperti
yang digambarkan dalam Raja-raja I 12:25, dan kemungkinan
besar adalah al-Naflah (npl) di
wilayah Taif, atau mungkin al-Nawf
('l-nwp) yang namanya kini
diberikan pada sebuah hutan yang terletak di punggung bukit
di dataran tinggi Zahran. Untuk mencegah
pengikut-pengikutnya pergi beribadah ke 'Yerusalem', maka ia
mendirikan tempat-tempat suci yang baru di 'Bethel' dan di
'Dan' (Raja-raja I 12:29f). 'Bethel' hampir dapat dipastikan
tempat yang sekarang dikenal sebagai Butaylah
(btyl) di dataran tinggi Zahran
(lihat di bawah). 'Dan' tidak diragukan lagi kini adalah
Danadinah di dataran rendah maritim wilayah Zahran yang
bentuk Arab dari namanya adalah jamak dny genitif dn (lihat
Bab 14).
Walaupun ibukotanya terletak di 'Shechem', tampaknya
Yeroboam terkadang menetap di 'Tirzah' (Raja-raja I 14:7)
yang terletak di atas bukit sebuah tempat yang bernama
'Gibbethon' (Raja-raja I 16:15f). 'Gibbethon'
(gbtwn) mestinya adalah salah
satu di antara pedesaan yang terletak di tempat yang kini
adalah pegunungan al-Naqabat
(nqbt), di dataran tinggi
Ghamid. Pada ketinggian yang lebih jauh lagi ke arah utara,
ada sebuah dusun kecil yang bernama al-Zir
(zr) yang mungkin dahulunya
adalah Tirzah. Daerah disana sangat kaya akan
peninggalan-peninggalan sejarah/arkeologi. Raja-raja
'Israil' yang menggantikan Yeroboam, mendirikan
ibukota-ibukota bagi mereka sendiri pertama kali di
'Tirzah', yang kemudian 'Yezreel' ('Esdraelon' dalam bahasa
Septuaginta Yunani), kemudian di 'Samaria' (Raja-raja I
15:33f; 18:45f; 20:43f) --yang terakhir, 'Samaria' merupakan
sebuah kota yang didirikan oleh mereka sendiri di sebuah
bukit dekat 'Yizreel' (kalau diuraikan menjadi
yzr' 'l, 'semoga Tuhan
menaburkan', atau 'pentaburan Tuhan') kini mestinya adalah
Al al-Zar'i ('l zr') di daerah
rendah di Wadi al-Ghayl, tidak jauh di sebelah timur
tenggara Qunfudhah. Maka 'Padang Esdraelon' yang terkenal
itu, yang jelas bukan daerah rendah yang memisahkan
Palestina dari Galilee di Suria, tidak mungkin kalau bukan
merupakan nama kuno Wadi al-Ghayl. 'Shemer'
(smr), pemilik asli bukit di
mana 'Samaria' (Ibraninya Shomeron, atau
smrwn), didirikan, kemungkinan
besar bukanlah nama seseorang melainkan sebuah suku yang
namanya hidup terus di Arabia bagian selatan sebagai Shimran
(tepatnya smrn). Kini wilayah
Shimran meliputi pedalaman Qunfudhah dan membentang
menyeberangi tebing curam dan pembagi perairan sampai pada
Wadi Bishah. 'Samaria' dahulunya sudah dapat dipastikan
adalah desa yang kini bernama Shimran di daerah pedalaman
Qunfudhah, agak jauh di atas bukit dari Al al-Zar'i, atau
'Yizreel'. Dan kenyataannya memang Shimran kini dengan jelas
terletak di sebuah bukit.
Kita tidak perlu mengamati semua nama tempat-tempat
menurut Bibel itu yang disebut sebagai kepunyaan Raja-raja
'Israil'. Untuk menggambarkan bagaimana raja-raja ini dan
para saingan mereka dari 'Yudah' menguasai kota-kota dan
pedesaan di wilayah yang sama, kiranya cukup kalau
menunjukkan saja bagaimana kebanyakan nama-nama kota yang
konon diperkuat Rehoboam guna mempertahankan kerajaan
'Yudah'nya, bertahan di daerah pedalaman Qunfudhah sampai ke
utara, yang terdapat pusat-pusat utama raja-raja 'Israil'
itu (lihat Tawarikh 11:6-9).
Nama-nama tersebut adalah sebagai berikut:
- 'Bethlehem', telah dikenali sebagai Umm Lahm di Wadi
Adam, wilayah Lith (lihat di atas).
- 'Etam' ('ytm), sangat
mungkin Ghutmah (gtm) di
wilayah Lith. Tetapi ada beberapa 'Etam' lainnya sebagai
kemungkinan di Asir geografis.
- 'Tekoa' (tqw', bentuk
kata benda kuno qw'): Waq'ah
(wq't) di Wadi Adam; Yaq'ah
(yq't) atau Qa'wah
(q'wt) di Rijal Alma'.
- 'Beth-zur' (byt swr,
'rumah' atau 'kuil' swr):
sangat mungkin Al Zuhayr ('l
zhyr)-nya Rijal Alma', atau Al Zuhayr-nya wilayah
Ballasmar; mungkin juga al-Sar
(sr) atau al-Sur
(sr) di wilayah Lith; al-Sur
atau al-Sura (keduanya sr)
di wilayah Qunfudhah; atau al-Surah (juga
sr) di sekitar daerah
Bahr.
- 'Soco' (swkw): Sikah
(sk), di wilayah Taif.
Kemungkinan-kemungkinan lain adalah Saq
(sq), Shaqah
(sq) dan Suqah
(sq), di wilayah Lith, yang
terakhir terletak di Wadi Adam; juga Shaqah dan Shaqiyah
(sqy), di wilayah
Jizan.
- 'Adullam' ('dlm):
Da'alimah (d'lm), di wilayah
Taif.
- 'Gath' (gt): al-Ghat
(gt), di wilayah Jizan.
- 'Mareshah' (mrsh):
Mashar (msr), di wilayah
Bani Shahr; Masharah (msrh)
di Rijal Alma'; atau Mashar satu lagi di pedalaman
Qunfudhah, tidak jauh dari Shimran.
- 'Ziph' (zpy): sangat
mungkin Sifa (syp), di
wilayah Qunfudhah; kemungkinan adalah Siyafah (juga
syp), di wilayah Nimas.
- 'Adoraim' ('dwrym,
secara tradisional disuarakan sebagai ganda dari
'dwr): al-Darayn
(dryn bentuk ganda Arab
dr), nama tiga buah pedesaan
di wilayah Taif, dan nama sebuah desa di dataran tinggi
Zahran.
- 'Lachish' (lkys): Jelas
bukan Tall al-Duwayr Palestina (lihat Bab
5). Asosiasi tempat ini dengan
gb'wn,
mqdh,
hbrwn, dan
'glwn ('Gibeon', 'Makkedah',
'Hebron', dan 'Eglon', dalam Yosua 10 adalah
passim), yang kini adalah Al
Jib'an (gb'n), Maqdi
(mqd), Khirban
(hrbn) dan 'Ajlan
('gln), di pedalaman
Qunfudhah (keempatnya adalah penyalinan huruf Ibrani ke
dalam huruf abjad Latin yang tepat), menunjuk dengan
jelas pada Al Qayas ('l qys)
di daerah yang sanma.
- 'Azekah' ('zqh): 'Azkah
('zqh), di wilayah
Qunfudhah.
- 'Zorah' (sr'h): di
antara beberapa alternatif, paling besar kemungkinannya
adalah Zar'ah (zr'h), di
lerengan maritim wilayah Zahran.
- 'Aijalon' ('ylwn): Alyan
('lyn), di wilayah Lith,
atau Ayla ('yl), di wilayah
Qunfudhah.
- 'Hebron' (hbrwn):
Khirban (hrbn), di wilayah
Majaridah (lihat Bab 9 dan
13).
Jelas, kerajaan-kerajaan 'Israil' dan 'Yudah' meliputi
sampai tingkat tertentu sebuah wilayah kekuasaan. Mereka
juga terdiri dari satu bangsa, terpisah karena kesetiaan
mereka yang berbeda terhadap raja-raja keluarga kerajaan
Daud di Al Sharim (atau 'Yerusalem') dan serangkaian dinasti
yang bersaingan yang terdapat di daerah-daerah lain yang
kadang-kadang terletak dekat Al Sharim, ketika
pemimpin-pemimpin mereka menentang legitimasi keluarga
kerajaan Daud dengan menyebut diri mereka raja-raja
'Israil'. Seiring dengan perpecahan politik ini, seperti
yang telah dikatakan, tampaknya terdapat perpecahan
keagamaan yang mengadu ortodoksi 'Yudah', yang bertahan
sebagai agama Yahudi, dan heterodoksi agama 'Israil' yang
diabadikan oleh sektarianisme kaum 'Samaritan'.
Di antara kaum Yahudi 'Yudah', kultus pemujaan atas Tuhan
Yahweh dikembangkan menjadi sebuah agama dunia yang canggih
oleh serangkaian nabi (nby'ym).
Namun, kekuasaan keagamaan nabi-nabi ini umumnya ditentang
oleh raja-raja 'Israil' dan para pengikutnya, yang
gambarannya terhadap agama Israil tampaknya tetap
berpandangan kesukuan. Oleh karena itu mereka kabarnya
selalu bersedia untuk menerima kedewaan beberapa dewa
suku-suku dan bangsa-bangsa lain yang hidup bersama-sama
mereka. Bagaimana heterodoksi kaum 'Israil' dapat berkembang
menjadi 'Samaritanisme' di Yaman yang mendatang bukanlah
masalah yang akan dibahas di sini. Cukup dikatakan bahwa
orang-orang Samaritan, sebagai suatu sekte, terus menyebut
diri mereka bn ysr'l,
'orang-orang (bani) Israil' atau
h-smrym (disuarakan Shomerim).
Ini biasanya dianggap berarti (orang-orang
smr), referensinya di sini
adalah kepada wilayah kesukuan Arabia Barat kuno (yang kini
masih ada), yaitu Shimran. Di antara kaum Yahudi ortodoks,
mereka dikenal sebagai
h-smrwnym (disuarakan
Shomeronim), 'mereka dari Shomeron' atau 'Samaria', yang
pernah menjadi ibukota raja-raja 'Israil' yang kini ada
sebagai desa Shimran di Arabia Barat.
Sewaktu agama Yahudi menyebar dari Arabia Barat ke
Palestina dan tempat-tempat lain, agama tersebut baik dalam
bentuk ortodoks maupun bentuk Samaritannya. Di Palestina,
kaum Samaritan mendirikan bagi mereka sebuah 'Samaria' yang
baru di daerah yang kini bernama Sabastiyah (Sabastiyah,
dalam bahasa klasiknya Sebaste) dekat Nablus sekarang; di
sana mereka mengakui dua buah bukit di daerah itu sebagai
Gunung Gerizim (grzym) menurut
Bibel dan Gunung Ebal ('ybl),
yang mereka anggap suci. Dari teks-teks Bibel yang
membicarakan kedua bukit ini kita mendapat kesan bahwa kedua
bukit itu saling berdekatan.
Gunung Gerizim dan Gunung Ebal dibicarakan di dalam Yosua
8:33f setelah kisah pendudukan orang-orang Israil atas
yryhw dan
h-'y ('Yericho' yang kini
adalah Rakhyah, di Wadi Adam (lihat Bab
7); dan 'Ai' yang kini adalah 'Uya'
('y), di dataran tinggi antara
wilayah Zahran dan wilayah Taif, bukan al-Ghayy di Rijal
Alma' (lihat Bab 7 dan 13).
By't 'l atau 'Bethel', yang
dengan h'y dalam pertalian ini
adalah Butaylah (bytl) di
dataran tinggi Zahran dan bukan Batilah yang ada di Rijal
Alma'. Butaylah ini menguasai salah satu penyeberangan utama
tebing curam (atau yrdn) di
daerah itu. Menurut Ulangan 11:30, Gunung Gerizim dan Gunung
Ebal terletak 'di luar yrdn, di
sebelah barat jalan (kini jalan raya Taif-Abha), menuju
terbenamnya matahari'. Turun bukit dari Butaylah di lerengan
Barat wilayah Zahran, berdiri punggung bukit kembar Jabal
Shada. Punggung yang tertinggi, ke arah utara, mestinya
adalah Gerizim menurut Bibel, yang namanya masih dipakai
oleh desa Suqran yang terletak tinggi pada lerengannya
(sqrn adalah metatesis dari
grzym, yang telah mengalami
perubahan, dengan akhiran jamak Ibrani yang telah diarabkan
di dalam bentuk masa kini nama itu). Punggung bukit yang
lebih rendah, ke arah selatan, mestinya adalah Ebal --sebuah
nama yang sebenarnya tidak diketemukan di sana, akan tetapi
yang hidup terus di sekitar daerah Zahran seperti halnya
Wadi 'Ilyab ('lyb); juga
pedesaan 'Abalah ('bl), 'Abla
('bl) dan 'Ablah
('bl), dan desa dan punggung
bukit berpasir Bil'ala' (bl'l),
di mana di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama
La'ba' (l'b). Punggung bukit
berpasir Bil'ala' (bl'l) tidak
mungkin Gunung Ebal menurut Bibel, karena ia terletak lebih
ke arah timur daripada ke arah barat dari tebing curam dan
jalan itu.
Menurut Ulangan 11:29, Gunung Gerizim adalah gunung yang
diberkahi oleh orang-orang Israil, dan Gunung Ebal adalah
gunung yang dikutuk oleh mereka. Sebenarnya punggung bukit
utara Jabal Shada lebat ditumbuhi pepohonan dan secara
tradisional biasanya dibuat bertingkat-tingkat agar dapat
ditanami, sedangkan punggung bukit selatannya gersang.
Hakim-hakim 9:7 menghubungkan Gunung Gerizim dengan Shechem
(skm). Kini adalah desa Suqamah
(sqm), di Wadi Suqamah yang
mengalir di kaki sebelah timur punggung utara Jabal Shada.
Pada punggung bukit yang sama ini (lihat Bab 7, Catatan
5) kita dapat menjumpai 'sebuah altar yang terbuat dari
batu-batu yang masih utuh, yang belum pernah tersentuh
perkakas besi manusia' (Yosua 9:31; bandingkan dengan
Ulangan 27:2-8). Altar-altar yang seperti ini juga ditemukan
di bagian-bagian lain wilayah Zahran, dan paling tidak ada
satu di antaranya yang terdapat inskripsi yang belum
terpecahkan (bandingkan dengan Yosua 8:32). Orang-orang Asir
dan Yaman secara tradisional telah menganggap altar yang
terletak di punggung bukit Shada Utara (dengan perkataan
lain, punggung bukit Gerizim menurut Bibel) sebagai altar
pemujaan yang mempunyai kesucian tersendiri. Dahulu mereka
pergi ke sana untuk suatu ziarah khusus dan sengaja tidak
berhenti di desa-desa yang ada di sepanjang perjalanan. Akan
tetapi pada abad ini kebiasaan tersebut telah berkurang. Apa
pun sebenarnya kedua bukit suci kaum Samaritan Palestina
dari Nablus tersebut, mereka jelas bukanlah Gunung Gerizim
dan Gunung Ebal yang sebenarnya.
|